STARRAWS YOU | Starry Force by Piscessore

| A General Fiction Story |

"Suka nulis dan membaca (komik atau novel), suka Sehun, pengen belajar nulis Fan-fiction tapi gak bisa-bisa." - The Rising Star, Piscesscore

***

Angin berhembus kencang membuat seorang gadis berambut ikal kemerahan membuka matanya sehingga menampilkan bola mata abu-abu yang berkilau.

"Lagi?" gumam gadis tersebut.

Stary Force, perempuan berusia 20  tahun yang duduk di bangku kuliah semester 5.

Semua berawal ketika Star merasa cacing-cacing perutnya seperti menggerogoti lambungnya di jam istirahat. Karena pribadinya yang pemberani, Star sudah terbiasa ke kantin sendirian tanpa ditemani oleh teman.

Star menyusuri koridor yang mulai ramai oleh mahasiswa yang keluar dari kelas masing-masing. Ada yang bergosip, ngobrol, baca majalah, dan ada juga yang belajar. Star terus berjalan tanpa memperdulikan sekitarnya yang ramai, sesekali ia menaikkan kacamata tanpa lensanya yang merosot.

Saat sampai di depan kantin Fakultas, Star tidak langsung masuk namun menatap isi kantin yang penuh dan sesak karena kepenuhan.

"Sepertinya aku akan tunggu sepi dulu," gumam Star pada dirinya sendiri.

Star berbalik dan berjalan meninggalkan kantin, namun itu tidak bertahan lama karena Star lebih dulu ambruk dan kehilangan kesadarannya di koridor lantai satu.

Mata Star berkedip-kedip menyesuaikan cahaya yang masuk, namun berkali-kali ia menyesuaikan cahaya, namun tidak ada cahaya yang masuk menembus bola matanya yang abu-abu, semuanya tampak gelap.

"Apa aku buta?" tanya Star yang menyadari dirinya tidak melihat apa pun.

Cukup lama Star berdiam diri meyakinkan dirinya bahwa apakah ia buta atau tidak, sampai ia tersadar bahwa dirinya tidak buta, melainkan Star sedang berada di sebuah ruangan yang gelap, tempat yang ia tidak ketahui di mana. Star berusaha mengingat bagaimana dirinya bisa sampai di tempat ini. Yang ia ingat hanyalah ketika dirinya merasa lapar dan berniat ingin ke kantin, namun saat sampai di sana, ia mengurungkan niatnya karena melihat kantin penuh dan sesak karena siswa-siswi berdesakan untuk jajan, saat berbalik dan berjalan pergi, ia sudah tidak ingat apa-apa. 

Tak ingin berlama-lama di tempat gelap ini, Star berusaha berdiri dengan meraba-raba sekitarnya karena tidak bisa melihat apa pun. Dengan langkah pelan, Star mulai bergerak, namun baru selangkah ia tersungkur kedepan membuat sesuatu yang ada di saku bajunya ikut terlempar kedepan.

"Ponselku?" tanya Star sambil meraba-raba lantai mencari ponselnya. Tidak butuh waktu lama, Star mendapatkan ponselnya yang tidak terlempar jauh darinya. Baru saja ia ingin memasukkan kembali ponselnya itu ke saku, ia teringat sesuatu.

"Bodoh!! Kenapa aku tidak berpikir dari tadi, ponselku kan memiliki senter, kau benar-benar bodoh Star!!" makinya pada dirinya sendiri.

Tanpa menunggu lama, Star menyalakan senter ponselnya dan mulai mencari jalan keluar dari ruangan gelap ini. Ketika Star sedang mencari jalan keluar, ia menemukan kotak hitam kotor, besar, dan menunggu untuk dibuka terletak di sudut ruangan. Star yang penasaran kini berjalan mendekati kotak tersebut. Awalnya Star hanya melihat tanpa berniat ingin membuka kotak itu, namun secara tiba-tiba kotak itu menimbulkan suara dari dalam yang membuat tingkat kekepoan Star semakin bertambah.

"Siapa di dalam?" tanya Star sambil menendang pelan kotak tersebut.

"Halo?" tanyanya lagi.

Tak ada yang bersuara, Star semakin penasaran, dengan perlahan, tangannya mulai menjulur untuk membuka kotak kotor tersebut. Detik selanjutnya kotak tersebut telah terbuka, Star masih berdiri ditempatnya dan melihat isi kotak dari kejauhan. Setelah Star merasa tidak ada terjadi apa-apa, ia mulai mendekat dan melihat apa yang ada di dalam kotak tersebut, namun Star kembali mundur sambil menutup mulutnya, tubuhnya gemetar, keringat dingin mengalir di dahinya, tangannya terkepal dan tatapannya berubah, dan seketika pandangan Star menjadi buram dan akhirnya kehilangan kesadaran.

Ada dua hal yang menjadi kelemahan seorang Star Force, yang pertama ia takut melihat cermin dan merasa takut jika berada di sebuah ruangan yang sempit. Dan isi dari kotak tersebut adalah salah satu kelemahan Star yaitu sebuah cermin dengan ganggang berwarna silver.

Star menatap sekitarnya dengan pandangan jengah ketika ia menyadari bahwa ternyata dirinya kembali ke tempat yang minggu lalu ia datangi secara tiba-tiba karena lapar, bedanya, Star tidak berada di ruangan gelap itu, melainkan Star kini berada di taman.

Pertama, Star tidak tahu kenapa dirinya tiba-tiba berada di suatu tempat yang tidak ia ketahui. Kedua, Star akan kehilangan kesadaran jika dirinya merasa lapar. Ketiga, Star akan kembali ke tempatnya semula jika ia kembali tidak sadarkan diri.

Dan hari ini, ketika Star sedang di restoran, dirinya kembali ambruk dan tidak sadarkan diri, dan ketika terbangun Star sudah berada di taman yang sepertinya berada di dekat bangunan gelap kemarin.

"Ahh, aku capek seperti ini terus, aku harus mencari tahu alasan dibalik ini," ucap Star sambil bangkit dari tidurnya. Yah, dia terbaring di tengah taman yang indah.

Dengan penuh tekad, Star bangkit dan berjalan keluar dari taman, namun langkahnya terhenti ketika melihat sepatunya.

"Oh tidak, bisa-bisanya aku memakai sepatu beda warna sebelah," Star memukul kepalanya sambil menggeleng-geleng. Satu kebiasaan buruk Star adalah, dirinya yang kerap tidak peduli dengan penampilannya, sehingga kadang membuatnya tidak sadar dan terbiasa seperti itu.

"Aku tidak peduli," ucapnya sambil berjalan menuju bangunana tua dan gelap, tempat dirinya pertama kali sadar di dunia yang bukan dunianya.

Star melangkahkan kakinya masuk kedalam bangunan tak lupa senter yang menyala dari ponselnya. Star terus melangkahkan kakinya menuju kotak yang ditemuinya terakhir kali. Kotak yang berisi cermin berganggang silver. Sebenarnya ada kisah di balik itu semua.

Stary Force kecil sedang berlarian dengan teman-temannya di lapangan komplek. Star kecil adalah pribadi yang ramah, riang, dan fashionable. Ibunya seorang desainer dan ayahnya adalah pimpinan perusahaan.

Hari itu, Star bermain kejar-kejaran dengan teman-temannya, ia bertugas mengejar karena kalah. Awalnya berjalan lancar, hingga Star tidak sengaja didorong oleh temannya, membuat Star jatuh dan wajahnya duluan yang mendarat di permukaan lapangan. Teman-temannya panik dan segera memanggil orang tua Star. Kejadian itu begitu cepat dan semua saksi adalah anak kecil membuat orang tua Star tidak bisa apa-apa.

Sesampai di rumah sakit terdekat, Star segera mendapatkan perawatan. Tidak ada luka dalam, hanya luka luar yaitu, goresan-goresan yang memenuhi wajah cantiknya. Karena goresan itu, Star menjadi dijauhi oleh teman-temannya, ia sudah jarang bermain di luar rumah karena merasa malu pada dirinya. Hal itu menjadi-jadi ketika Star takut melihat wajahnya sendiri di cermin. Hingga wajahnya telah kembali dan goresan lukanya telah hilang, Star masih takut melihat cermin. Semuanya tambah parah ketika orang tuanya meninggal karena kecelakaan mobil saat ingin pergi mengambil salep untuk luka diwajah Star di rumah sakit. Star kecil merasa bahwa karena dirinya, karena luka diwajahnya, orang tuanya meninggalkannya. Karena itu semua, Star kecil tumbuh menjadi Stary Force yang cuek dengan penampilannya dan tidak pernah mendekati cermin lagi.

Star menatap kotak itu seperti ia menatap kotak itu sebelumnya, bedanya, ia tidak lagi penasaran apa yang ada didalam kotak tersebut. Star mencoba untuk membuka kotak itu, ia berpikir mungkin ia dibawa ke dunia lain untuk mengatasi phobianya itu.

Kotak kembali terbuka dan isinya masih sama seperti sebelumnya. Sebuah cermin berganggang silver, cermin cantik seperti milik ratu jahat di dongeng snow white. Star mengembuskan napasnya pelan, ia berusaha mengatur napasnya agar badlam karena traumanya tidak muncul. Perlahan tapi pasti, Star mulai mendekati kotak dan mengambil cermin walaupun keringat dingin sudah membasahi tubuhnya.

Dengan tangan gemetar, Star telah memegang ganggang cermin, ia baru memegang, belum mengarahkan cermin tersebut ke wajahnya. Cukup lama Star hanya terdiam tanpa pergerakan, cermin berganggang silver itu masih setia di genggamannya. Lama-kelamaan genggaman Star semakin erat pada cermin tersebut, keringatnya semakin banyak, tatapan Star mulai berubah.

Star menyadari bahwa badlam nya kembali menguasai dirinya. Awalnya Star berpikir bisa mengatasi traumanya, tapi ternyata ekspektasi tidak sesuai realita yang terjadi, Star tidak bisa mengendalikan traumanya yang selama ini ada di dalam dirinya. Menyadari bahwa dirinya sebentar lagi ambruk, Star lebih dulu melepaskan cermin itu. Cermin berganggang silver tersebut terjatuh dan retak, tapi tidak pecah. Star ikut jatuh terduduk di dekat cermin dengan tubuh gemetar dan keringat dingin membanjiri tubuhnya.

"Aku tidak bisa, aku tidak bisa, aku tidak bisa..." gumam Star yang duduk dengan memeluk lulutnya sambil terisak.

"Aku ... harus bagaimana? Aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri, aku tidak bisa ...." Star menenggelamkan wajahnya di antara lulutnya, ia terisak sambil terus bergetar.

"Star ...."

Star mengangkat kepalanya dan menatap sekelilingnya. Ia mengerutkan keningnya bingung.

"Siapa?" tanya Star sambil sedikit berteriak.

Tidak ada yang bersuara, tidak ada yang menjawab pertanyaan Star, keadaan sunyi tak berpenghuni.

"Siapa di sana?" tanya kembali Star.

Karena penasaran, Star berdiri dari duduknya, ia berjalan pelan sambil melihat sekelilingnya sebagai bentuk waspada. Star terus berjalan menyusuri bagian-bagian bangunan yang tidak sempat ia lihat kemarin. Senter ponsel menyinari perjalanan Star menyusuri lorong bangunan. seratus meter di depan, sebuah pintu terlihat sudah tua mencuri perhatian Star. Lagi-lagi Star penasaran. Ia melangkahkan kakinya mendekati pintu itu. Saat berada di depan pintu tua itu, Star berhenti sejenak menatap dan meneliti sebentar pintu itu. Setelah meyakinkan hatinya, Star mulai memutar knop pintu, karena tinggi badannya yang lumayan tinggi, membuatnya menunduk sedikit agar bisa melewati pintu tersebut.

Star menyapu pandangannya ke seluruh ruangan di balik pintu tua, ruangan yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit, ruangannya terlihat rapi walau sedikit berdebu. Star memasuki lebih dalam ruangan tersebut sambil berhati-hati.

Semuanya berjalan lancar, Star asik meneliti sekitarnya yang tampak antik dan unik, sampai ketika ia mengarahkan senter ponselnya ke cermin yang menampilkan seluruh badannya mulai dari kepala hingga ujung kaki, Star tiba-tiba menjatuhkan ponselnya karena kaget dan ketakutan.

"Star ...."

Perhatian Star beralih. Dia mendengar seseorang memanggil namanya. Lagi. Star yang tadinya ketakutan akan badlam nya yang muncul kembali, merasa ketakutannya berkurang karena suara yang ia tidak tau siapa pemiliknya.

"Siapa itu!!" teriak Star sambil mencari sumber suara.

"Star ...."

Star membalik badannya kebelakang, kesamping, kedepan, untuk mencari si pemilik suara.

"Please jangan buat aku takut!!"

Nada suara Star mulai bergetar tanda ia mulai capek dan takut dengan panggilan-panggilan yang berasal dari sesuatu yang tidak ia lihat.

"Star ...."

Star yang tadinya berdiri kini terduduk dengan kaki ia lipat ke belakang. Ia menjatuhkan ponselnya di samping tubuhnya, dirinya pas berada di depan cermin full body. Star menundukkan kepalanya karena tidak ingin melihat cermin didepannya.

"Star ... Sayang ...."

Star membulatkan matanya kaget, "Mama?"

Star menyapu pandangannya ke seluruh ruangan, kecuali cermin di depannya, ia mengabaikannya.

"Mama? Ma?" Star mulai berdiri dan mencari sumber suara yang ia yakini adalah mamanya.

"Mama di mana? Star takut Ma," ucap Star sambil berlarian ke sana kemari mencari sumber suara.

"Mama di sini, Sayang ...."

Star berhenti berlari. Senter yang sinarnya terang ia matikan dan berjalan menuju sumber suara, suara Mamanya yang ia yakini berasal dari cermin full body.

Dalam kegelapan, Star berjalan menuju cermin tersebut. Ia tidak merasa takut karena tidak melihat wujud dirinya di dalam cermin. Saat Star rasa dirinya telah tepat berada di depan cermin, mata abu-abunya mulai berkaca-kaca.

"Mama," ucapnya sambil meraba cermin didepannya.

"Lihat Mama, Sayang ...."

Star menggeleng dalam diam, ia takut, tak berani, ia takut tidak bisa mengendalikan badlamnya nanti.

"It's ok, Sayang, Mama di sini."

"Aku takut Ma," ucap Star masih menatap cermin di depannya dalam gelap.

"Kamu tau arti dari namamu Star?"

Star menggeleng.

"Stary Force jika diartikan menjadi kekuatan bintang. Kekuatan dari Star yang akan membawa cahaya untuk semua yang berada di sekitarnya. Kamu kekuatan bagi Mama dan Papa. Selama ini kamu sudah cukup menghukum dirimu, Star yang Mama kenal ada Star yang pemberani, teliti, jenius, dan tentunya baik. Sekarang, kamu harus buktikan kalau kamu itu perempuan pemberani, tatap Mama dengan cahaya."

Star terdiam sambil menangis, ia merindukan Mamanya, tapi ia takut dan belum berani mengarahkan senter ponselnya pada cermin didepannya ini.

"Star ... kamu percaya pada Mama, kan?"

Star mengangguk. Ia sangat-sangat merindukan mamanya. Dengan ragu, Star mulai mengarahkan cahaya senter dari ponselnya ke cermin full body di hadapannya. Keringat dingin mulai mengalir di pelipis Star, tangannya terkepal menahan tubuhnya yang mulai bergetar. Kini cahaya sepenuhnya menyorot pada cermin membuat cahaya itu terpantul dan menembus bola mata abu-abu milik star.

Aku membuka mata secara perlahan, kusesuaikan cahaya yang masuk ke dalam pupilku. Angin berhembus, aroma bunga di mana-mana, suasana sejuk, membuatku yang masih berusaha memfokuskan penglihatanku bertanya-tanya.

"Di mana aku?"

Aku melihat banyak kupu-kupu yang hinggap di bunga-bunga yang sedang mekar, aroma semerbak dari bunga yang menyeruak menembus hidungku, dan angin yang membuat rambut ikalku bergoyang-goyang. Aku sadar, bahwa aku berada di sebuah taman.

Suara tawa bahagia, suara anak kecil, dan suara orang dewasa terdengar dari arah belakangku membuatku penasaran. Aku membalikkan badan dan melihat siapa pemilik-pemilik suara tersebut.

Tak jauh dari tempatku berdiri, kuliat seorang gadis kecil dengan gaun biru selutut melekat di tubuhnya sedang berlari dengan tawa karena dikejar oleh lelaki dewasa berkumis dengan pakaian formal, sedangkan seorang wanita duduk di atas tikar dengan gaun peach sambil tersenyum manis melihat lelaki dewasa tadi dengan anaka kecil tersebut.

"Jangan lari terlalu jauh Star!" teriak wanita tersebut.

"Tidak Ma, aku hanya berlari di sini, tidak akan pergi jauh," jawab gadis kecil tersebut.

"Papa capek Star, ayo kita makan sandwich buatan Mama untuk menambah energi," ajak lelaki tersebut sambil menggandeng anak kecil tersebut.

"Ayo, Papa!!" seru gadis tersebut dengan senang.

Aku terdiam menatap keluarga itu, Star, Papa, dan Mamanya. Aku melangkahkan kakiku mendekati keluarga mereka, kulihat mereka sangat bahagia, terpancar dari mata mereka yang berbinar-binar.

"Mama, Papa," ucapku ketika telah berada didepan mereka.

Tidak ada yang mendengarku, mereka asik bercanda dan memakan sandwich kesukaanku.

"Star kalau besar mau jadi apa?" tanya lelaki tersebut sambil memangku Star.

"Aku mau jadi kekuatan Mama sama Papa, yang bisa melindungi dan menyayangi kalian."

Angin berhembus begitu kencangnya, aku terbawa oleh angin tersebut dan terputar-putar di udara. Lama kelamaan kepalaku menjadi pusing dan detik selanjutnya kurasa kesadarku telah hilang.

Star membuka matanya dan yang ia lihat pertama ada dirinya yang berada di dalam cermin. Dalam cermin tersebut, Star tidak sendiri, Mama dan Papanya, ada di samping Star, tubuh Star menegang, tangannya terkepal, ia kembali menutup matanya dan napasnya mulai terputus-putus, ia rasa badlamnya akan segera muncul.

Sebuah tangan hingga di bahu Star, tangan yang begitu lembut dan halus, tangan tersebut mengusap-usap bahu Star dengan sayang, "Kamu bisa mengatasinya sayang."

Tangan lain kembali hinggap di bahunya yang sebelah, tangan itu terlihat kokoh dan hangat, "papa dan mama ada disini, dan selalu ada di sini."

Star merasa dirinya hangat mendapatkan usapan dari Papa dan Mamanya. Perlahan, mata Star terbuka, ia mengatur napasnya agar tidak panik, ia membayangkan apa yabg dilihatnya bukan cermin tapi dirinya dan orang tuanya, seperti waktu di taman. Awalanya Star masih merasa tidak nyaman, namun lama-kelamaan Star mulai terbiasa, di dalam cermin, Star melihat kedua orang tuanya tersenyum manis membuatnya ikut tersenyum.

"Aku sayang kalian," ucap Star sambil menitikkan air matanya.

Perlahan-lahan orang tua Star menghilang, bayangan mereka hilang bersamaan dengan angin berhembus entah dari mana, Star yang melihat dirinya kembali sendiri didalam cermin hanya tersenyum manis, ia tidak merasa aneh pada tubuhnya, tanda-tanda traumanya sudah tidak ada. Entah kenapa mata Star terasa berat, lama-kelamaan ia merasa mengantuk dan akhirnya ambruk didepan cermin dengan nafas teratur.

"Dek ..."

"Dek ... bangun, Dek ..."

Aku membuka mata karena guncangan yang kurasakan pada bahuku.  Cahaya langsung masuk ke bola matanya yang berwarna abu-abu .

"Aku di mana?" tanyaku saat melihat kondiri sekitarku yang terasa asing. 

"Kamu di puskesmas dekat restoran, tadi adek pingsan di restoran saat makan," ucap laki-laki yang kupastikan waiter dari restoran tempatku makan.

"Kacamataku mana?" tanyaku saat menyadari bahwa kacamatanya tidak ada.

"Ini Dek," ucap waiters tersebut sambil memberikan kacamata Star.

"Makasih Kak, kalau gak pake kacamata, muka orang agak gak jelas gitu," ucapku sambil memakai kacamataku.

Kulihat waiter yang berdiri di depanku menunjukkan raut wajah kebingungan. Aku hanya tersenyum tipis, lalu mulai turun dari kasur puskesmas.

"Mau kemana dek?" tanyanya sambil menahan tanganku.

"Pulang kak," ucapku bersiap-siap untuk pergi.

"Kamu belum bayar makan," ucapnya sambil menjulurkan tangannya ke depanku.

Wajahku memerah menahan malu, aku lupa bahwa aku sempat memesan dan pastinya harus kubayar, dengan wajah memerah aku merogoh uang dari sakuku dan memberikannya pada waiters didepannya. Karena malu yang teramat, aku berbalik dan berlari untuk keluar.

"Eeehhh, tunggu..." teriak waiter membuatku menghentikan langkahku yang sudah berada di depan pintu.

Kulihat waiter itu berjalan mendekatiku sambil memegang sesuatu yang tidak asing di tangannya.

"Ini barangmu yang terjatuh saat kamu pingsan,"

Waiter itu memberikanku sebuah cermin berganggang silver yang tidak asing menurutku. Setelah memberikanku cermin itu, waiter itu meninggalkanku sendirian. Aku menatap cermin berganggang silver yang berada ditanganku, dengan pelan aku mengangkat cermin itu dan mengarahkan ke wajahku, perasaan gugup, keringat dingin, tangan gemetar, sudah tidak muncul saat aku dengan sempurna melihat pantulan wajahku di cermin. Perlahan bibirku tertarik keatas, kulihat senyumku yang manis lewat cermin silver ini, cermin yang kurasa adalah keberuntunganku dan aku bersyukur mendapatkannya di kotak hitam yang kotor besar dan terletak di sudut ruangan yang sampai sekarang aku tidak tau dimana tempat itu sebenarnya.

"Aku berhasil ..."

***

K O L O M N U T R I S I

1. Jika di depanmu ada cermin yang bisa memunculkan potret orang-orang yang kamu rindukan, siapa yang ingin kamu temui?

2. Apakah kamu memiliki suatu fobia yang sudah sembuh? Bagaimana ceritanya?

3. Apa pendapatmu terhadap cerita Starry Force?

***

Buatlah ilustrasi karakter STAR menurut imajinasimu (boleh anime/kartun,   intinya buatan sendiri) untuk mendapatkan paket buku gratis dan pulsa dari STARRAWS (Lihat keterangan lebih jelas di bab "WATTPAD TODAY: STARRAWS ZONE")

***

Mari  terapkan budaya baca cermat, memberi masukan dengan santun juga bijak, serta menghargai keberagaman dalam berkarya dan perbedaan pendapat, iseperti yang terdapat dalam aturan dasar RAWS Community. Be wise.

***

Sudahkah kamu vote cerita dan follow penulisnya?

Scroll/Swipe untuk membaca bab selanjutnya dari antologi cerpen Once Upon A Time in STARRAWS

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top