STARRAWS YOU | Padang Bunga Milik Bunda by DeeJayPrast
| A Fantasy Fiction Story |
"Nggak jelas, kurang pixel. Kepikiran, waktu manusia pertama dibikin, punya puser atau nggak. Divisi di Starraws: Pembuat sajen jangkep. Lagi gandrung sama rock idol Pascode." - The Rising Star, DeeJayPrast
***
Padang rumput ini terlihat sangat luas. Lautan hijau yang terbentang hingga kaki langit. Kadang riak berombak-ombak kala tiupan udara yang bergerak menyapa.
Langit kali ini terlihat cerah. Tidak ada satu benda pun berarak dalam kubah hijau ini. Bintang terdekat, pusat revolusi merangkap reaktor nuklir fusi sudah tergelincir kurang lebih 20 derajat dari titik zenit.
Ini sudah tidak sepanas beberapa waktu lalu. Paling tidak bola pijar putih keperakan itu tidak ganas terasa.
Sudah memasuki hari ke tujuh sejak kepindahan mereka ke tempat ini. Ya, tujuh hari. Jika terhitung sehari bernilai satu rotasi penuh, maka mereka sudah berada di tempat ini selama tujuh kali putaran penuh.
Sabana itu terlihat tanpa ada pergerakan. Benarkah, coba perhatikan dengan baik. Ada yang bergerak sebanyak dua objek disana.
Satu makhluk kecil iring berjalan bersama sosok serupa, tapi dengan versi yang lebih dewasa.
"Bunda, apa Bunda akan pergi sekarang?" Makhluk kecil itu terdengar sedih.
Sosok dewasa itu berhenti. Dalam tundukkan kepalanya, diamati mkhluk kecil yang tengah menengadah, balas menatap Bunda.
Sembari satu senyum dia simpulkan, Sang Bunda perlahan melipat lutut, duduk berjongkok tepat dihadapan makhluk kecil itu.
"Hei, Sayang. Jangan bersedih seperti itu, Bunda mohon." Sang Bunda menatap dalam mata hijau makhluk kecilnya itu. "Janji, kali ini Bunda tidak akan pergi lama."
Salah satu kalimat penenang telah diluncurkan. Berharap semoga itu cukup menjadi keyakinan.
Makhluk kecil itu memindai satu persatu mata yang sewarna dengan yang dia punya. Melacak satu saja tipuan disana. Dan hasilnya, nihil.
"Janji?"
Tanpa jawaban, Sang Bunda hanya mengangguk. Dia rasa gerakan itu sangat cukup untuk menjelaskan.
Selanjutnya satu kecupan kecil, Sang Bunda berikan di mata makhluk kecil itu. Sebelum bangkit.
Dan, kembali berdiri. "Baiklah, Bunda rasa, ini saatnya Bunda harus pergi." Sesaat satu kelebat pikiran melintas. "Oh, ya. Dan, satu lagi. Titip juga para saudaramu, ok."
Makhluk kecil itu berjalan mendekat. "Aku tidak janji. Maksudku, tanpa Bunda, aku tidak tahu apa aku sanggup mengurus mereka."
Sang Bunda yang berjalan terlebih dahulu, memberi satu lirikan. "Bunda yakin kau bisa."
Kalimat itu terjeda. "Lagi pula, Bunda menanam bunga tidak akan lama."
Sang Bunda segera melangkah lebar setelah ucapan itu usai.
Itu simbol non verbal yang meminta makhluk kecil itu berhenti untuk mengikuti.
Menanam bunga, ya.
Makhluk kecil itu akhirnya berhenti melangkah. Dia terdiam. Percuma saja dia paksakan kaki kecilnya melangkah.
Dari tempatnya berdiri dia hanya bisa menatap rambut hijau Sang Bunda beserta punggungnya yang terbuka. Ya, Bunda tampak cantik dengan gaun hijau limau diatas lutut dengan punggung terbuka.
Di sisi lain ....
Zvonimir mengerjap. Matanya masih melihat banyak bintang dari kepalanya ke segala arah. Kesadarannya masih dalam proses pengisian. Seingatnya dia tadi berada di jalan sebelum pot bunga itu menghajar kepalanya.
Beberapa hari yang lalu dia berada di dalam restoran, makan malam romantis, berteman musik klasik, dan temaram nyala lilin.
Yah, standar umum melamar perempuan yang dicintai. Zvetlana, nama perempuan itu Zvetlana. Namun, Zvonimir biasa memanggilnya dengan nama Retno.
Kenapa?
Bukankah sudah biasa sepasang kekasih saling memberi nama kesayangan. Lagipula Retno itu nama yang bagus.
Jauh di belah dunia lain, nama Retno itu berarti permata. Coba saja bandingkan dengan nama Honey Bunny Sweety Strawberry, dan beberapa kata lagi yang panjangnya serupa jalur Trans Siberia serta tanpa arti itu.
Dengan sedikit pengertian dari hati ke hati, akhirnya Zvetlana alias retno mengubah nama Zvonimir menjadi Star
Satu buah cincin telah disiapkan dalam kotak kecil warna ungu.
Selain rasa gugup, Zvonimir kira semua masih dalam kendali.
"Star, apa yang sedang kau kunyah itu?" Retno dari seberang meja ambil suara.
Zvonimir berhenti mengunyah. "Tidak ada, hanya pencuci mulut."
Retno hanya menggeleng lemah. "Star, dengar ini. Hidangan penutup kita belum sampai, dan berhentilah mengunyah lilin-lilin itu, tahu."
Mungkin Retno merasa malu, atau mungkin merasa kesal karena tidak kebagian lilin untuk dikunyah, gadis itu meninggalkan Star begitu saja.
Di malam tanpa bintang itu Zvetlana memilih pergi meninggalkan Zvonimir. Padahal mereka sudah berpacaran sejak dalam kotak inkubator. Sakitnya itu lebih terasa di sini lantaran cincin lamaran itu batal diberikan.
Puluhan usaha Zvonimir lakukan untuk mengikis perih. Mulai memakan es krim bersama cone-nya, makan roti sebungkusnya, sampai minum kopi secangkirnya.
Namun, rasa sakit itu masih menghujam jantungnya. Putus harapan, berjalan tanpa tujuan, Star melangkah sembari mencabut satu demi satu kelopak bunga ditangannya.
Satu buah kaleng kosong tergeletak di pinggir jalan Star jadi pelampiasan. Benda itu ditendangnya. Meluncur deras, kaleng itu menabrak tembok lalu memantul.
Sebuah sepeda muncul dari balik jalan sempit terkena hantaman kaleng.
Sepeda melaju tanpa kendali, dan menabrak tangga darurat apartemen. Lepas dari pengaitnya, tangga itu meluncur dengan deras mengagetkan seorang nenek penghuni apartemen lantai atas yang kebetulan berada di dekat jendela dengan satu pot di tangan. Pot itu lepas, terjun bebas dari lantai atas.
Dan menghantam keras kepala Star.
Tanpa bisa dicegah, taburan bintang segera berhambur keluar dari kepalanya. Sebelum limbung dan pingsan.
Star berada di sebuah ruangan gelap, tempat yang ia tidak tahu dimana. Star berusaha mengembalikan fokusnya, dan teringat bahwa tadi ia pingsan. Ketika sedang mencari jalan keluar, ia menemukan kotak hitam kotor, besar, dan menunggu untuk dibuka terletak di sudut ruangan.
Ternyata!?
Apa ini!?
Zvonimir masih belum mengerti keadaan. Dia belum bisa memastikan telah sadar sepenuhnya, atau masih dalam mimpi.
Yang pasti, saat ini dia berada dalam sebuah lubang lebar menganga. Banyak terdapat akar gantung di tempat itu, dan sepertinya cukup kuat dia panjat. Maka Star pun memanjat menuju lubang keluar.
Duuuag!!
Kembali, sesuatu yang keras menghantam kepala Star saat pemuda itu keluar lubang.
Sakit. Itu terlalu terasa nyata untuk sebuah mimpi.
Star lalu berbalik, dia sangat ingin tahu, apa yang menghantam kepalanya. Semoga bukan pot bunga lagi.
Alangkah terkejut Star melihatnya. Seorang gadis cantik berambut hijau tengah menggenggam balok kayu seukuran tongkat baseball. Jadi, pelaku pemukulan kepalanya adalah balok itu. Sedangkan gadis itu adalah saksi kunci merangkap sandera. Ya, balok kayu itu pasti menyanderanya.
Gadis itu menatap Star tajam. "Kau, Neom, Sapien, Primata. Apa yang kau lakukan di tempat ini!?"
Star hanya mengangkat tangan, tanda menyerah. "Hei, tenang dulu, ok. Kita bisa bicara dan aku tidak bersenjata. Tadi, aku jatuh terperosok dalam lubang. Jadi, buang balok itu."
Sang Gadis terdiam. Dia seolah sedang menimbang.
Lalu, dengan pelan balok itu dia letakkan balok itu diatas rumput.
"Baiklah, maaf atas kekasaranku tadi. Aku Jasmine, seorang Ersa, atau para Neom biasa menyebut kami gulma."
"Tunggu, tunggu. Tunggu dulu. Jadi kau semacam pohon, begitu. Masih kerabat dengan walking palm?" Star yakin gadis itu telah gila.
Mana ada pohon secantik Jasmine. Sungguh, mimpi kali ini gila.
Di luar dugaan Jasmine mengangguk. "Kau benar. Socratea Exorrhiza adalah leluhur kami. Sekarang jenis kami adalah Socratea Exorrhiza Fx, atau biasa disebut Ersa. Baiklah, cepat tinggalkan tempat ini. Sebelum Renjani, pemburu dari Aida datang kemari."
Tidak punya pilihan lain, Star kemudian berjalan mengikuti Jasmine.
Saat pandangan Star mengedar, saat itu dia tahu, ada yang berbeda dari tempat ini. Langitnya hijau cerah, matahari berwarna keperakan. Belum lagi ada tiga bulan disini.
Sepertinya sebentar lagi matahari tenggelam.
Masih terus berjalan Star tanpa sadar bergumam. "Planet apa ini?"
"Ameru." Jasmine menjawab tanpa menoleh. "Ini Planet Ameru. Apa kepalamu terbentur sesuatu, hingga kau lupa nama tempat ini."
Lucu, siapa tadi yang menghajar kepala Star. Oh, bukan Jasmine, tapi balok sialan itu.
Star tidak menanggapi pertanyaan gadis yang dia ekori. "Jadi benar, ini bukan di Bumi?"
Tawa Jasmine seketika meledak, tanpa Star tahu apa penyebabnya. Untuk sesaat, Jasmine mengajak berhenti dengan isyarat tangan sembari mengendalikan tawa.
"Kau aneh Star. Semua makhluk di semesta ini menyebut planet mereka bumi, satelitnya sebagai bulan, dan bintang pusat revolusi adalah matahari. Jadi, yang kau maksud itu bumi yang mana, yang sebelah mana?"
Jasmine mengambil satu bunga dari jepit rambutnya. Ya, terdapat dua jepit di sisi kiri, dan kanan rambut hijaunya. Tiap jepit berhiaskan empat kelopak bunga.
Setelah bunga itu Jasmine kecup, benda bermahkota itu ditancapkan di tempat itu. Saat tertanam, bunga yang semula mekar, kembali menjadi kuncup.
Star masih mencerna semua itu, hingga tanpa sadar dia menggantung semak berduri yang dia ambil acak, ke telinganya.
Sampai sadar akan satu hal. Kebetulan Jasmine telah usai menanam bunga. "Tunggu, Jasmine. Tentang Star, bagaimana Kau tahu kalau aku adalah Star?"
Jasmine mengangkat alis seolah berkata, kau serius bertanya itu. "Bajumu. Hanya Star, pilot SHiV-A yang memakai baju seperti itu. Ah, sudahlah. Jika amnesiamu seakut itu, lebih baik kau tanyakan saja kepada benda yang membingkai matamu itu."
Tanpa kata setelah itu, Jasmine melangkah kembali. Benar juga, setelah berada di Ameru, Star sama sekali belum memeriksa penampilanya dengan benar.
Sembari kembali mengekor, Star meraba bajunya. Seperti parasut, namun terasa nyaman. Lalu, rabaan mengarah ke area mata. Eh, apa ini. Dan, Star menyentuhnya.
"Selamat sore, Zvonimir Zwazwovsky. Terima kasih telah mengakses kembali."
"S-s-siapa itu?!" Star kaget bukan main.
"Maaf mengejutkan. Saya, personal AI Anda, Vina. Apa ada yang Anda ingin ketahui?"
"Eh, anu. Itu, apa ya. Ah, beri tahu secara singkat, keadaan saat ini?"
"Baiklah."
Lalu, Vina memberi penjelasan singkat dengan suara manjanya. Star sempat berpikir bisa-bisanya pembuat Vina merancang suara mendesah seperti ini.
Jasmine yang memimpin jalan, sesekali melihat ke belakang. Memastikan Neom berambut jingga, bermata kelabu itu tetap di belakangnya. Yang pasti sebelum gelap, mereka harus sudah mendapatkan tempat untuk berlindung. Terutama dari Renjani, sang pemburu dari Aida.
Sementara itu, dibelakang mereka, bunga yang ditanam Jasmine telah tiada. Dari sana tumbuh dengan cepat, batang pohon yang tingginya sejajar dengan tinggi Star yang 172cm itu.
Dan, Star. Dari Vina dia mendapat penjelasan singkat. Star adalah sebutan untuk pilot SHiV-A, Super Humanoid Vehicle and Artillery. Sebuah kendaraan perang super canggih yang berdiri dengan dua kaki, dan kebanggaan bangsa Neom.
Star harus mendapatkan SHiV-A agar bisa terlacak, dijemput oleh Dropship, dan kembali ke stasiun komando yang berada di luar atmosfir Ameru. Star segera saja antusias. Mungkin di tempat apalah itu, dia bisa peroleh informasi tentang mimpi gila ini. Oh, bagus.
"Kita sampai."
"Eh!?"
Jasmine berhenti. Star melakukan hal serupa. Di depan mereka, menjulang sebuah pohon sangat besar. Bahkan, mungkin butuh sepuluh orang untuk menggapai lingkar pohonya.
"Pohon apa ini?" Star mengamati.
Jasmine menyentuh permukaan pohon itu. "Tempat istirahat, tentu saja. Memangnya apalagi."
Setelah itu, jasmine diam sesaat, mata kirinya terpendar cerah. Sebuah akar gantung turun dari atas pohon. Jasmine meminta Star naik ke atas akar seperti ayunan, dan keduanya menuju atas pohon.
Di dalam pohon, rajutan akar gantung menjadi peraduan mereka saat itu.
Star mendapatkan makan malam dari pohon besar itu, berupa satu buah besar Bread Fruit. Sebelum membaringkan diri diatas peraduan. "Jasmine, apa yang akan kita lakukan esok hari?"
"Aku akan mengintai aktivitas Aida di area ini." Jasmine berbaring di samping Star. "Dan, kau. Perlu mencari SHiV-A milikmu, bukan?"
Star hanya bergumam. Matanya terasa berat. Walau sempat terlontar sebuah pertanyaan, sebelum jatuh tertidur. "Apa bangsa Ersa berasal dari planet ini?"
"Tidak." Jasmine tahu, pemuda itu telah terlelap.
"Sama seperti Neom, dan Aida. Aku juga bukan berasal dari sini." Sebelum gadis itu menegakkan punggung.
Benar, bagi tanaman, malam adalah waktu untuk bernapas, setelah seharian mengolah makanan. Asal tau saja, rambut serta baju jasmine yang berwarna hijau itu adalah daun yang bermutasi.
Satu bunga Jasmine ambil dari sisi kepala, dan kembali dia cium. Berbeda dari tadi siang, bunga kali ini meresap ke dalam bibir ranumnya.
Wajah Jasmine mendekat ke wajah Star. Untuk sebuah bisikan. "Hiduplah untuku."
Dan,
Untuk satu kecupan!
Esoknya perjalanan mereka berlanjut ....
Star, dan Jasmine sedang mengendap. Di depan mereka, sebuah makhluk sedang berjalan mengitari batu kristal besar yang melayang.
"Kita sampai, ini markas Aida." Jasmine menanam kembali sebuah bunga.
Yang Star sendiri tidak tahu, apa maksudnya. "Ya, Vina juga bilang itu padaku, dan SHiV-A juga ada di sana. Sepertinya cumi-cumi bernama Renjani itu menawannya."
Dari keterangan personal AI-nya, Vina. Star mendapatkan keterangan bahwa Aida adalah evolusi dari filum Mollusca, serta Cephalopoda, menjadi Cephalae-dopoda, atau Aida. Bagus, bangun tidur, masih tetap dalam mimpi. Bersama komputer yang terus mendesah manja, ditemani pohon berjalan yang bentuk tubuhnya serupa model Starraws, dan harus berhadapan dengan cumi pembunuh.
Mereka mengendap kian dekat. Kristal melayang yang ternyata terus mengeluarkan air itu adalah Psi-quantum jade. Sumber energi sekaligus pusat teknologi bangsa Aida, harus dihancurkan. Namun, tidak semudah itu.
"Eh, kemana Renjani? Apa dia bisa menghilang?" Star tampak tidak siap dengan keadaan.
Apalagi sebuah gema terdengar mendahului sebuah ucapan. "Oh, apa ini. Tamu tak diundang. Kerjasama Neom, dan Ersa. Cukup menarik."
Sebelum Renjani menampakkan diri untuk menyerang.
Dan, ditahan Jasmine. "Star, ambil SHiV-A, dan cepat pergi dari sini!"
Dengan berat hati Star pergi meninggalkan Jasmine layaknya seorang pecundang. Hal yang pemuda itu rutuki, lagi.
Pertarungan dengan batang pohon berduri melawan sabetan pedang laser menari dalam pandangan Star saat kokpit SHiV-A berhasil di buka.
Keinginanya membantu Jasmine urung ketika dari dalam kokpit dia melihat Renjani berhasil membekukan tubuh Jasmine dengan pedang laser sebelum tubuh Ersa itu...
Hancur berkeping!
Star yang mempunyai phobia tempat sempit sampai lupa hal itu karena tegang. Sebagai ganti karena cemas, satu sepatunya terjepit di pintu kokpit, dan mengendarai artileri dengan satu kaki tanpa sepatu.
Vina membantu hampir semuanya, kecuali pengambilan keputusan. Mulai mengaktifkan mesin tempur ini, mengirim pesan darurat ke stasiun komando, dan memburu balik Renjani.
Sialnya, setelah beberapa serangan berhasil memojokkannya, cumi itu menghilang. Dan, Vina memperingatkan, bahwa Dropship telah menjemput.
Keluar dari Ameru, sebuah stasiun komando tampak di luar angkasa.
Sebuah hanggar tempat Dropship mendarat menutup pintu. Segera Star keluar, hendak melapor, lalu istirahat.
"Kerjamu bagus, Prajurit. Kau boleh istirahat. Komandan dengan papan nama bertulis Alfari, mengakhiri laporan.
Star memberi hormat. "Siap komandan." Sebelum berbalik hendak pergi.
"Tunggu, Prajurit. Tahan langkahmu!" Komandan Alfari memberi perintah.
Star tanpa punya pilihan, kembali berbalik. "Siap komandan."
"Apa Ersa itu menciummu?" Hei, ada apa dengan Sang Komandan.
Bukan berarti jika dia berkuasa disini maka dia harus tahu privasi bawahanya, sialan. "Tidak, pak."
Tentu saja Star tahu bahwa Jasmine mencuri satu ciuman darinya. Tapi, sudahlah. Bukannya dia sudah mati juga.
Star jatuh terjengkang ke belakang saat pintu kabin tempatnya menyandar punggung bergeser, dan membuka.
Setelah melepas baju parasutnya yang ternyata baju anti tekanan, dan membersihkan diri, pemuda itu ingin melepas lelah, dan tidur. Melepas penat, dan semoga kembali ke hidupnya yang dulu.
Setelah terlelap, tanpa sadar tubuhnya membesar. Makin lama, makin membengkak.
DUUUAAR!
Tubuh Star meledak. Berhamburan menghiasi ruangan cairan merah bersama perangkat keras, dan perangkat lunak pemuda itu.
Di dekat kepalanya, seorang gadis berambut hijau berjongkok, dan mengambilnya. Sebelum meletakan benda itu di nakas sembari berbisik. "Terima kasih telah hidup untuku, menjadi inangku."
Ya, Jasmine keluar dari tubuh Star.
Pandanganya memindai seisi kabin dengan mata kiri yang bersinar, cerah.
"Kita lihat Neom, Sapien. Tehnologi semi konduktor milikmu, atau tehnologi karbon milik kami yang unggul." Jasmine tersenyum manis.
Satu kepalan tangannya dibuka dekat mulut. Satu tumpuk serbuk disana, gadis itu tiup.
"Jika kau melawan kami dengan nuklir, maka kami akan menaklukan Neom dengan spora." Sang Ersa masih bergumam.
Serbuk spora yang menempel di dinding logam, segera menumbuhkan tanaman rambat yang terus merambat, tumbuh, dan menjalar.
Dengan cepat!
Hingga keluar kabin. Tidak hanya itu, bahkan diameter tumbuhan rambat tersebut membesar dengan cepat, memunculkan daun lebar, serta kuncup bunga yang besar.
Di sudut kabin, tempat sebuah kuncup terbesar tumbuh, Jasmine berjalan ke sana. Tepat berada di dekat bunga itu.
Kuncup itu jatuh!!
Meluncur deras ke bawah. Jasmine hanya memperhatikan tanpa ada maksud untuk bertindak.
Tidak!
Kuncup itu akan menghantam lantai!!
Hampir saja jika mahkota itu tidak terbuka, dan berputar. Ya, berputar selayak baling-baling. Hingga, mampu membuat benda itu melayang, terbang, dan mendekati Jasmine. Dari dalam bunga itu terdapat sebuah bola tergantung sebesar kepala Jasmine. Serta sebuah belahan di salah satu sisi.
Jasmine tersenyum manis saat belahan itu terbuka.
Mata tunggal!!
"Bunda, aku siap membantu." Suara itu sangat berat, dan serak."
Jasmine tahu suara itu dari makhluk di depannya. "Cyclopberry, kau tampak sehat, dan siap membantuku."
Cyclopberry hanya berkedip pelan tanda bersedia.
Jasmine mendekat, serta menyentuh pintu keluar kabin dengan mata kiri yang bersinar hijau.
"Bunda makin mahir saja menggunakan kristal amber itu." Cyclopberry terbang mendekat.
Jasmine hanya meliriknya, sebelum pintu itu terbuka kasar, dan mereka keluar.
Jangan ditanya lagi seberapa kacaunya keadaan di luar. Raungan sirine tanda ada bahaya, dan penyusup, tanpa putus berteriak. Serupa teriakan pilu para punggawa stasiun yang tidak siap atas serangan kejut ini.
Beberapa orang telah meregang nyawa karena jeratan kuat, bantingan pohon besar penuh duri, tumbuhnya batang daun dari dalam mulut, dan Jasmine terus berjalan guna mencari ruang komando.
Beberapa kuncup berjatuhan, mekar, dan berputar, sebelum terbang menyebar. Tunas-tunas tumbuh, membesar, penuh daun, dan duri, sebelum akar mereka terangkat ke permukaan, bergerak seperti kaki, dan mulai berburu.
Di satu pintu, Jasmine melangkah masuk. Kristal amber pusat tehnologi bangsa Ersa yang tersemat di mata kiri Jasmine terlihat sangat benderang.
Cyclopberry setia mendampingi saat Sang Bunda mendekati panel kontrol serta satu sosok yang tengah meronta liar dari jerat semak duri beracun.
Jasmine melihat papan nama sosok itu. "Ah, Komandan Alfari, perkenalkan aku Jasmine, dan pemilik baru stasiun komando ini."
"Keparat kau Ersa, apa maumu?" Masih dalam rontaan, pria itu menghardik.
Ketika Jasmine meraih satu kembang dari sisi kepala, menghilangkannya di bibir, dan mendekatkan wajah mereka. "Kemenangan,Komandan, tentu saja. Memangnya, untuk apa perang jika tidak untuk itu."
Jasmine berkata, pelan. Sepelan satu kecupan lembut untuk Sang Komandan.
Dia berteriak makin gusar, "Ersa kurang ajar. Aku lebih memilih mati ketimbang menjadi inangmu. Kau dengar itu, sialan."
"Ah, ah, ah. Tenang saja, jika tidak mau menjadi inang, jangan tidur saat mengantuk. Itu mudah, bukan. Lagi pula, mati pun kau tidak merasa sakit." Jasmine mendekati panel kontrol dengan tawa lepas. "Bukankah untuk menang, Neom juga berbuat sesuatu dengan membongkar kromosom, meretas kode DNA, dan men-junction kesadaran kosmos curian kepada jasad yang masih utuh seperti pilot Starmu itu."
Dan meraba perlahan permukaan panel. Dan, berhenti disana. "Cyclopberry, kita akan masuk Ameru sembari menumpang kaleng ini. Siapkan prosedur pembuatan ozone."
Berry itu berkedip khidmat. Mereka biarkan raungan Sang Komandan saat dia di seret paksa.
Mata kiri Jasmine kembali terang. Saat stasiun itu mulai bergerak, mulai saat itu juga percikan listrik statis terpendar rata di permukaan luar stasiun.
Langkah awal pembentukan ozone. Cyclopberry melakukan rangkaian reaksi fusi dengan menabrakkan enam molekul oksigen menjadi empat molekul ozone, dan berlaku secara berlipat. Saat molekul ditabrakkan, saat itu partikel elektron lepas, dan menjadi listrik. Itu terus berlanjut hingga selubung udara menyelimuti stasiun komando.
Benda itu berkeliling Ameru. Planet itu hampir keseluruhan jatuh ke tangan Ersa, kecuali satu tempat kecil di sudut Ameru.
Dari sisi lain Ameru, pesawat induk bangsa Aida pergi dari tempat itu. Dari sisi yang lain pula sebuah pohon menjulang, nyaris menembus atmosfir Ameru.
Memasuki Ameru, stasiun hasil retasan Jasmine beserta para anaknya mendarat tepat di dekat markas terakhir Aida di Ameru.
Pintu stasiun itu membuka setelah mendarat, Jasmine keluar dari sana seorang diri.
"JASMINE!!" Dia disambut sebuah. Tidak, dua teriakan sekaligus.
Melihat dua sosok itu berlari kearahnya, di saat yang sama Jasmine melakukan hal serupa, dan ketiganya saling berpelukan.
Mereka terlihat serupa, kecuali beberapa hal. Sungguh, tidak terbendung rasa bahagia, dan haru Jasmine. "Kita berhasil Orchid!"
Satu sosok serupa Jasmine dengan bando penuh bunga. "Tulip!" Sosok lain dengan rambut terikat ke belakang, serta ikat rambut penuh ornamen bunga.
"Kau benar, kita berhasil." Tulip melihat ke balik punggung sosok serupa dirinya.
"Tapi, hasil tangkapanmu kali ini luar biasa, Jasmine." Dengan jepit rambut berhias bunga tersemat cantik di sisi kiri, dan kanan kepalanya.
"Tidak juga, aku masih kalah jauh di banding kalian yang mampu menaklukan satu planet hanya berdua saja. Jadi apa kabar para Aida itu?"
"Sebaiknya kau lihat saja sendiri."
Orchid dan Tulip membuka jalan.
Hanya beberapa langkah, Jasmine dapat melihat markas Aida naas tengah di terjang pasukan Ersa. Pohon-pohon besar tengah memukul tanpa henti, para Carnation berjalan menghempas tanpa ampun cambuk duri, dan para Cyclopberry menembakkan plasma dari mata tunggalnya lewat udara. Di samping Jasmine, Renjani tengah sekarat tergantung dengan kepala di bawah.
"Belum mati Renjani hanya gegar di lutut"
Tulip buka suara ketika pandangan Jasmine beralih dari Renjani ke gadis itu.
Benar juga, kepala panjang oval milik para Aida, mereka gunakan untuk mencerna makanan, bukan berpikir. Sebagai gantinya rangkaian syaraf pusat mereka berada di lutut.
Mulut mereka juga tidak mengeluarkan suara, dan tidak ada yang benar-benar disebut mulut di sana, termasuk lubang telinga. Lubang yang terbuka, dan tertutup yang berada di antara kedua matanya hanya jalan keluar masuknya makanan.
Ah, satu lagi. Selain berguna untuk melindungi diri, mantel air yang setebal dua inci yang melapisi tubuh Aida juga mereka gunakan untuk merespon getaran, mendengar, bahkan berbicara sekalipun.
Jasmine terkadang merasa teknologi karbon milik bangsanya masih kalah jauh dibandingkan teknologi psi–quantum milik Aida yang bahkan bisa memanipulasi air sampai seperti itu.
Sudahlah, yang penting saat ini, Ersa menang atas Aida di Planet Ameru.
Jasmine tidak sempat menyapa Renjani, saat kakinya merasa mendapat sentuhan.
Dia angkat makhluk kecil, hijau, imut, lucu itu ke dalam gendongan. "Hi Cuteberry, kau terlihat baik."
"Bunda juga." Cuteberry makin menenggelamkan diri di dada Jasmine.
"Sesuai janji, Bunda tidak akan lama menanam bunga, bukan."
Cuteberry hanya mengangguk tanpa berniat membalas dengan ucapan.
Dia tidak peduli dengan alam semesta.
Karena hanya ada satu hal yang dia pedulikan.
Pelukan hangat dari alam semestanya.
Bunda!
"Penaklukkan berikutnya, Planet Ard".
***END OF PADANG BUNGA MILIK BUNDA***
Catatan kaki:
Socratea Exorrhiza :Biasa dijuluki dengan "Walking Palm" atau "Cashapona". Tanaman ini berasal dari hutan tropis Afrika Selatan dengan panjang batang 17 cm dan dapat tumbuh hingga mencapai 25 meter. Wikipedia.org
Mollusca : Dari : molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak.Sumber Wikipedia.org
Anthropoda : Hewan dengan kaki beruas-ruas, berukuku dan bersegmen Wikipedia.org
Teknologi Semi Konduktor : Suatau bahan yang mempunyai sifat hantaran listrik diantara isolator dan konduktor. Contoh , silicon, germanium. definisimenurutparaahli.com
Reaksi Fusi : Reaksi penggabungan dua inti atom yang ringan menjadi inti atom yang lebih berat yang disertai pelepasan energi yang sangat besar. Reaksi fusi disebut juga reaksi termonuklir karena untuk dapat menggabungkan inti-inti ringan dibutuhkan suhu yang sangat tinggi, yaitu sekitar 1.108OC. Kamusqu.com
***
K O L O M N U T R I S I
1. Siapa nama asli Star pada cerita Padang Bunga Milik Bunda?
2. Sebutkan nama latin tanaman yang kamu tahu dan jelaskan tanaman apa itu?
3. Apa pendapatmu terhadap cerita Padang Bunga Milik Bunda?
***
Buatlah ilustrasi karakter STAR menurut imajinasimu (boleh anime/kartun, intinya buatan sendiri) untuk mendapatkan paket buku gratis dan pulsa dari STARRAWS (Lihat keterangan lebih jelas di bab "WATTPAD TODAY: STARRAWS ZONE")
***
Mari terapkan budaya baca cermat, memberi masukan dengan santun juga bijak, serta menghargai keberagaman dalam berkarya dan perbedaan pendapat, seperti yang terdapat dalam aturan dasar RAWS Community. Be wise.
***
Sudahkah kamu vote cerita dan follow penulisnya?
Scroll/Swipe untuk membaca bab selanjutnya dari antologi cerpen Once Upon A Time in STARRAWS
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top