Interlude

Istran

Aku sudah menantikan ini seumur hidupku. Inilah satu-satunya alasanku untuk tetap hidup, tetap menarik napas demi napas yang dibubuhi kekhawatiran, ketakutan, dan keputusasaan. Tidak ada satu hari pun lewat tanpa aku bertanya pada diriku sendiri apakah aku akan bertemu dengan putriku lagi. Dan saat ini, saat hari ini tiba, aku masih tidak tahu harus merasa apa.

Tidak, aku belum bisa bersenang-senang. Masih terlalu pagi untuk itu. Masih ada begitu banyak kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Bagaimana jika Rodra tidak berhasil menemukannya? Bagaimana jika dia terluka? Bagaimana jika Rodra tidak berhasil membujuknya untuk kembali? Bagaimana jika mereka datang terlambat dan melewatkan pembukaan portal?

Aku mulai panik. Aku memandang Sorba. Dia sudah berdiri di dekat pintu ruang tahta ini selama dua jam. Bagaimana dia bisa setenang itu? Aku akan merasa lebih baik jika dia mondar-mandir di ruangan dengan wajah berkerut. Paling tidak, aku tidak akan merasa begitu sendirian.

***

Sorba

Satu jam lagi semuanya akan berakhir. Atau justru akan dimulai.

Penantian dan kekhawatiran bertahun-tahun akan berubah menjadi kelegaan dan kegembiraan. Tapi jika Rodra tidak berhasil menjalankan tugas ini, yang akan ada hanya keputusasaan. Karena apa yang dapat dilakukan sebuah kerajaan tanpa seorang putri atau putra mahkota?

Sekuat apa pun tentara yang dihimpunnya tidak akan ada artinya saat Amladistia beraksi. Dan, Timlad—Raja Amladistia—itu sudah pasti akan beraksi. Mereka sudah mengincar Chitrasca sejak serangan pertama mereka yang membunuh Raja Grecar. Semoga arwahnya tenang selamanya.

Amladistia sampai saat ini belum bergerak hanya karena tahu bahwa tanpa penerus, keberadaan Kerajaan Chitrasca hanya akan sepanjang usia Ratu Istran saja. Setelah itu, hanya akan ada dua kemungkinan saja: Amladistia akan mencoba menguasai Chitrasca, atau muncul seorang pahlawan yang mampu melawan Amladistia dan dirinya akan diangkat untuk memulai garis kerajaan yang baru. Dan, Timlad tahu kemungkinan pertama jauh lebih besar.

Seorang rakyat jelata yang tiba-tiba muncul untuk menjadi pahlawan hanya ada di dalam dongeng-dongeng saja. Apa pun yang terjadi, Chitrasca akan berakhir dan pertumpahan darah tidak akan bisa dielakkan. Tapi jika Rodra berhasil membawa Astrica kembali, paling tidak itu akan membawa pukulan untuk Timlad karena tiba-tiba Chitrasca kembali mempunyai seorang penerus. Dia akan kaget karena asumsinya selama ini bahwa garis keturunan Chitrasca sudah habis ternyata salah besar.

Namun, jika Astrica tidak berhasil pulang....

Selama bertahun-tahun, setiap malam, sebelum tidur, hanya ada satu hal yang mengganggu benakku. Satu pertanyaan. Apakah keputusan mengirim Astrica pergi adalah keputusan yang benar?

Itu memang dilakukan demi melindungi Astrica dan Chitrasca. Karena jika Timlad tahu masih ada putri mahkota kecil, dia pasti sudah membunuhnya.

Tapi jika Rodra tidak berhasil membawanya kembali....

Aku menggelengkan kepalaku. Aku tidak boleh memenuhi benakku dengan pikiran-pikiran negatif ini. Astrica akan kembali. Dia akan. Dia harus. Jika saja Astrica seorang pangeran, itu akan lebih mengagetkan Timlad lagi. Tapi Astrica adalah Astrica. Paling tidak, seorang putri mahkota lebih baik daripada tidak ada sama sekali.

Mungkin saja seorang putri lebih bisa mengambil hati rakyat dan tentara daripada seorang pangeran. Seorang putri akan memberikan rakyat dan tentara sebuah alasan untuk berjuang. Segalanya memang bisa terjadi. Aku memutar tubuhku dan mendapati sang ratu duduk di singgasananya, memandangi pangkuannya seolah ada sesuatu yang begitu menarik di sana. Aku mendekatinya.

"Yang Maha Mulia? Sudah waktunya," kataku.

***

Istran

"Sorba, apakah..., apakah sebaiknya aku ikut?" tanyaku.

"Tidak harus. Yang Maha Mulia bisa menunggu kami di istana saja. Perjalanan ke Danau Kiras memakan waktu kurang dari satu jam. Kurang dari dua jam lagi, Astrica sudah akan tiba di istana...," kata Sorba.

Aku tahu dia sengaja tidak menyelesaikan kalimat itu. Dia tidak menyebutkan frasa, "Jika memang dia berhasil kembali".

Aku mengangguk. Tapi lalu aku berdiri.

"Aku akan ikut, Sorba. Aku tidak bisa lagi menunggu di sini."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top