Bab 8

Andrea

Aku tidak menanti-nantikan liburan musim panas ini. Aku memang bahagia sekali musim panas lalu karena saat itulah aku mendapatkan kebebasanku. Musim panas lalu aku mulai tinggal di Carter dan mulai bekerja menghasilkan uang untuk biaya sehari-hari. Dan setiap hari aku menanti-nantikan dimulainya tahun ajaran baru.

Satu tahun telah berlalu dan harus kuakui, tahun kemarin adalah tahun terbaik dalam hidupku—sejak aku ditinggal Aunt Nancy. Aku tidak lagi harus tinggal bersama keluarga asuh. Aku belajar tekun dan mendapatkan nilai bagus yang kubutuhkan untuk mempertahankan beasiswaku. Aku bekerja dan menghasilkan cukup uang. Aku juga menghabiskan waktu senggangku dengan Milton.

Tapi sebentar lagi liburan musim panas akan datang. Aku dapat merasakan semua orang tidak sabar untuk meninggalkan tempat ini. Guru-guru menjadi lebih santai. Mereka tidak lagi peduli bila ada murid yang tidak masuk kelas. Pelajaran berlangsung lebih perlahan seolah tidak ada lagi tekanan untuk menyelesaikan bab pelajaran yang satu ini secepatnya. Beberapa jam pelajaran bahkan dapat tiba-tiba digantikan dengan perjalanan mendadak atau bahkan piknik seolah pada akhir musim semi dan awal musim panas yang indah ini, tinggal di dalam ruangan adalah sebuah dosa besar.

Murid-murid berberes-beres. Kotak kardus tergeletak di kamar dan bahkan di lorong-lorong. Topik pembicaraan dimonopoli rencana liburan, rencana pertemuan keluarga dan janji untuk saling bertemu selama liburan. Perubahan suasana seperti ini mengingatkanku bahwa biar bagaimanapun juga, aku tidak seperti mereka. Aku tidak punya rencana liburan. Aku tidak punya keluarga yang menantiku pulang. Aku adalah satu dari sedikit murid yang akan terus tinggal di sekolah selama liburan musim panas.

Murid lain yang tinggal itu semuanya berasal dari negara asing yang karena alasan tertentu tidak pulang. Mungkin ada yang harus mengambil kelas musim panas untuk memperbaiki nilai mereka. Ada juga yang tidak pulang karena keluarga mereka-lah yang akan datang mengunjungi mereka.

Tapi diriku, diriku tinggal karena aku memang tidak bisa pergi ke mana-mana. Dan lagi, lebih baik aku terus bekerja demi mengumpulkan uang untuk kutabung. Milton tentu saja akan pulang. Walinya punya apartemen besar dua lantai di LA. Harus kuakui, tempat ini tanpa dirinya akan menjadi sedikit lebih suram. Dan, tiga bulan yang akan datang akan terasa lebih lama dari semestinya.

***

Milton

Aku ingin mengajak Andrea untuk pulang bersamaku selama liburan musim panas. Ya, ini memang bukan hal yang biasa kulakukan. Belum pernah sekali pun aku mengajak teman pulang bersamaku. Tapi aku memang belum pernah punya teman yang tidak punya tujuan pulang di musim panas sebelumnya.

Rob punya keluarga besarnya dan mereka selalu pergi berlibur ke berbagai tempat. Jack punya ibunya yang selalu memaksanya ikut dengannya ke peternakan kakeknya di Texas. Dan, Dale selalu mendaftarkan diriku untuk ikut segala jenis perkemahan musim panas.

Aku pernah ke perkemahan alam di mana pesertanya harus tidur di hutan tanpa tenda. Aku pulang dengan lebih dari seratus gigitan serangga pada tubuhku. Aku juga pernah ikut perkemahan eksplorasi di mana pesertanya disuruh menggali di tempat penggalian buatan. Kami menggali dan terus menggali dengan harapan akan menemukan benda bersejarah padahal kami tahu bila kami menemukan sesuatu pun, itu pasti benda yang memang sengaja dipendam di sana untuk kami temukan, sesuatu yang sama sekali tidak punya nilai bersejarah.

Musim panas lalu, setelah kejadian aku hampir dikeluarkan dari sekolah itu, Dale mendaftarkan diriku untuk ikut perkemahan jati diri di mana kami diajari meditasi dan diajari mencari kedamaian pribadi. Mungkin Dale pikir itu akan membuatku menjadi murid atau manusia yang lebih baik. Tapi masalahnya..., setelah separuh dari peserta menemukan serangga dan kadal di dalam tas-tas mereka dan seluruh peserta mencurigaiku sebagai biang keladinya, aku hampir dikeluarkan. Namun, karena tidak ada cukup bukti, aku boleh tinggal. Jadi aku sebenarnya bersenang-senang di sana. Walaupun peserta yang lain tidak.

Musim panas ini Dale berencana mendaftarkan diriku ikut perkemahan kewiraswastaan di mana pesertanya akan belajar tentang proses-proses mendirikan usaha. Kami bahkan akan ditugasi membuat usaha kecil sungguhan seperti mendirikan kios limun atau mendirikan usaha online yang menawarkan jasa mencetak label nama atau sejenis itu. Tapi aku menolak. Kukatakan padanya bahwa aku ingin mencari pekerjaan paruh waktu saja di sekitar apartemen kami supaya aku dapat memasukkan sesuatu yang lain daripada perkemahan musim panas di dalam CV-ku.

Dale terdiam sejenak. Dapat kurasakan bahwa dia tidak memercayai yang didengarnya. Di telinganya, aku yang menyatakan diri akan bekerja ini pasti terdengar seperti kisah di buku dongeng. Di mata Dale, aku ini lebih malas daripada sofa. Baru ketika kuulang lagi keinginanku itu, dia akhirnya menyetujuinya. Mungkin dia pikir ini adalah hasil dari Perkemahan jati diri tahun lalu itu—dia memang tidak mendengar apa-apa tentang kadal itu. Biarlah dia berpikir seperti itu.

Dia tidak perlu tahu bahwa alasan sesungguhnya kenapa aku tidak mau dikirim ke perkemahan adalah karena aku memang sedang memikirkan untuk mengajak Andrea pulang. Rob dan Jack, keduanya merasa itu bukan ide yang baik.

"Mengajak seorang gadis pulang akan membuatnya berpikir yang tidak-tidak!" kata Rob.

"Ya! Kamu mengajaknya pulang sekali dan dia akan berasumsi bahwa kau akan selalu mengajaknya pulang, seterusnya!" kata Jack.

Yang sesungguhnya, jika aku dapat mengajak Andrea pulang denganku setiap musim panas, aku akan senang sekali. Rob menuduh aku naksir Andrea. Dia salah. Aku bukan naksir dia. Rasanya aku sudah tanpa sengaja membiarkan diriku jatuh cinta padanya. Nah, sekarang aku harus menghimpun keberanian untuk mengajaknya menghabiskan liburan musim panas ini bersamaku.

***

Andrea

Milton mengajakku pulang dengannya selama liburan musim panas. Aku menolak. Ya, aku tahu aku memang sudah bilang bahwa liburan musim panas akan menjadi lebih suram tanpa dirinya. Tapi itu bukan berarti aku siap mengikutinya ke mana pun dia pergi. Pasalnya, akhir-akhir ini kami jadi begitu dekat. Dan itu menakutkan.

Harus kuakui, aku senang setiap kali berada di dekatnya. Aku senang bila dia ada. Ya, aku menyukainya. Sangat. Dan itu menakutkanku. Rasanya dia menyukaiku juga. Dia menyukaiku lebih dari dia menyukai teman-temannya. Itu terlihat dari caranya memandangku. Terlihat dari bagaimana dia selalu siap mendengarkanku. Terlihat saat dia selalu mencari-cari kesempatan untuk membantuku, untuk melakukan ini-itu untukku. Terlihat dari caranya tersenyum padaku seolah berkata bahwa dia ingin sekali untuk terus dapat tersenyum untukku selama sisa hidupnya.

Tapi ini semua terlalu indah untuk jadi kenyataan, bukan?

Tidak ada orang yang dapat menjanjikan selamanya pada orang lain. Aku tahu ini dari pengalaman pribadiku. Aunt Nancy menjanjikan selamanya. Setiap kali aku bertanya kenapa aku tidak punya ibu, dia menjawab walaupun aku tidak punya ibu, aku akan selalu memiliki kasih sayangnya selamanya. Lihat saja di mana dia sekarang. Aku tidak menyangka selamanya ternyata secepat itu. Dan karena itu, apa yang sedang terjadi di antara aku dan Milton menyeramkan. Aku tidak mau terikat pada siapa saja. Aku tidak bisa menggantungkan kebahagianku pada ada atau tidaknya seseorang. Aku tidak bisa.

Kami sedang berjalan berdua dekat istal kuda ketika dia bertanya. Kami baru saja membahas salah satu kuda yang ada dan dia bertanya seolah itu hal biasa saja, seolah dia sedang menanyakan apa yang kumakan untuk makan siang.

"Maukah kau pulang denganku selama liburan musim panas?" tanyanya.

Aku terus berjalan di sisinya tapi aku tidak menjawab. Aku tidak memandangnya. Aku hanya memandang tanah di hadapanku. Tapi aku merasakan pandangannya pada diriku. Ketika aku masih tidak berkata-kata, dia memanggil namaku.

Aku mendengarkan ketegangan di dalam suaranya. Aku tahu dia menginginkan diriku menerima ajakan itu. Tapi aku tidak bisa. Tentu saja aku senang waktu dia bertanya. Aku membayangkan kami berdua menghabiskan liburan musim panas bersama, berkeliaran di jalan-jalan di LA, pergi ke pantai, melihat-lihat ini itu, makan siang bersama, dan melakukan segalanya yang biasa dilakukan pasangan-pasangan. Hatiku melambung. Aku ingin sekali bisa melakukan hal itu. Tapi itu justru adalah alasan kenapa aku harus bilang tidak. Karena siapa tahu pada akhir liburan itu dia lalu jadi bosan padaku. Bagaimana jika dia bertemu seseorang, jatuh cinta dan melupakanku? Kemungkinan seperti itu besar sekali.

Pasangan bisa saja putus, itu biasa. Dan kami bahkan belum benar-benar menjadi pasangan. Tapi rasanya aku memang sedang berada dalam proses jatuh hati pada Milton. Itu tidak seharusnya terjadi. Karena jika aku membiarkan harapanku terbang tinggi, jika aku membiarkan dirinya masuk ke dalam hatiku, aku akan hancur berkeping-keping saat dia meninggalkanku.

"Tidak bisa. Maaf," kataku.

Aku pun berlari masuk ke dalam gedung asramaku tanpa memberikan penjelasan apa pun.

***

Milton

Andrea bilang tidak, dan sejak itu dia menghindariku.

***

Andrea

Aku memandangi mobil yang menjemput Milton itu menjauh dan sekali lagi berpikir apakah aku telah membuat keputusan yang salah karena memilih untuk tinggal? Aku ingin tahu apa yang ada di benak Milton tentang diriku. Apakah dia pikir aku tidak peduli? Apakah dia pikir aku tidak mau bersama dengan dirinya? Bahwa aku tidak menyukainya? Pasti seperti itu. Bukankah itu satu-satunya alasan kenapa seorang gadis menghindari seorang lelaki?

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top