Bab 5
Andrea
Aku tahu Miss Sorrenson, pustakawati Carter ini, bukan orang yang jahat. Jika dia menyuruhku memindahkan tujuh kardus besar berisi buku lama yang masing-masing beratnya hampir seberat diriku dari lantai bawah ke lantai atas itu karena hal itu memang tugasku. Tidak, aku tentu tidak perlu menaikkannya lewat tangga. Ada lift di perpustakaan ini. Tidak, aku juga tidak perlu mendorong kardus ini sepanjang lantai sampai ke lift, ada papan beroda yang dapat kugunakan untuk itu. Tapi, menaikkan dan menurunkan kardus ini dari lantai ke papan beroda itu yang jadi masalah.
Jika ada kardus kosong lain, mungkin aku bisa meletakkannya di atas papan beroda, lalu buku dari kardus lain tinggal kupindahkan satu per satu ke dalam kardus yang sudah terletak di atas papan beroda itu. Akan perlu waktu lebih lama, tapi paling tidak itu bisa dilakukan. Lalu sewaktu menurunkannya, aku bisa melakukan hal yang sama. Kardus satunya yang sudah kosong tadi tinggal kuletakkan di atas lantai, lalu isi kardus yang berada di atas papan beroda, tinggal kupindahkan ke kardus itu. Ya, itu solusi yang bagus, bukan?
Baiklah, biar kucoba cari dulu sebuah kardus kosong di belakang.
***
Milton
Ketika Jack dan Rob mengajakku ke lapangan untuk berlatih, aku menolak dengan alasan sibuk.
"Sibuk apa sih?" tanya Jack.
"Aku harus ke perpustakaan," jawabku.
"Nanti saja ke perpustakaannya," kata Rob.
"Harus sekarang," kataku.
"Memangnya ada buku penting apa yang harus kau cari saat ini juga?" tanya Jack.
"Bukan cari buku. Aku sekarang bekerja di perpustakaan," jawabku.
Rob tersedak. Jack membelalakkan matanya. Aku tahu kalimatku memang akan punya efek demikian pada mereka.
"Kau apa?" tanya Rob.
"Aku bekerja. Kau tahu bekerja? Melakukan sesuatu dengan imbalan uang," kataku.
"Tapi untuk apa kau bekerja? Kau kan tidak butuh uang. Apa Mr. Blake bangkrut?" tanya Jack.
Aku menggeleng. Waliku itu tentu saja adalah orang yang paling hati-hati dalam mengelola keuangan. Jadi kemungkinan dirinya bangkut itu di bawah nol.
"Aku mau kerja saja," jawabku asal.
Aku melihat jam tanganku. Sudah hampir pukul lima sore. Aku mendapatkan jadwal kerja pukul lima sore sampai tujuh malam hari ini. Aku pun berjalan meninggalkan Jack dan Rob yang masih saling berpandangan.
Ketika tiba di perpustakaan, aku langsung meninggikan antenaku. Jack benar, aku memang tidak butuh uang. Aku cukup beruntung karena waliku kaya. Yah, kata Dale uang itu adalah peninggalan orangtuaku, jadi sebenarnya adalah uangku, dan dia hanya mengelolanya untukku. Jadi, ya, aku memang tidak butuh uang. Tapi aku tahu Andrea bekerja di sini. Jadi di sinilah aku harus berada.
Miss Sorrenson mengajakku ke bagian dalam. Aku melihat banyak kardus berisi buku-buku tua tergeletak di sana. Oh, tidak. Bukankah sudah pernah kukatakan aku sangat sebal buku tua? Tapi aku tahu ini memang konsekuensi bekerja di perpustakaan. Miss Sorrenson melihat sekeliling.
"Mana sih gadis itu?" gumamnya.
Apakah dia sedang mencari Andrea? Atau gadis lain lagi?
Karena tidak juga menemukan yang dicarinya, Miss Sorrenson mengangkat bahu. Dia lalu memerintahkan diriku untuk memindahkan kardus-kardus itu ke ruang penyimpanan di lantai atas.
"Di kardus itu ada nomornya. Memindahkannya harus berurutan, ya!" perintahnya.
Aku mengangguk. Miss Sorrenson meninggalkanku seorang diri. Aku sedang berusaha menaikkan kardus pertama ke atas papan beroda ketika ia datang. Aku belum melihatnya tapi aku mengenal langkah kakinya. Aku memutar tubuhku. Benar saja. Dia ada di sana. Di tangannya memegang sebuah kardus kosong dalam posisi terlipat.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan nada menuduh seolah sedang menangkap basah diriku mencuri sesuatu.
Percayalah, jika ada yang ingin kucuri di dalam gedung perpustakaan ini, itu sudah pasti bukan buku-buku tua ini. Yang ingin kucuri adalah hatimu, kataku dalam hati. Lalu aku sadar bahwa tugas memindahkan buku ini adalah tugasnya juga. Memang Andrea yang tadi dicari oleh Miss Sorrenson.
"Aku sedang membantumu," kataku. "Kita harus memindahkan ini ke atas, bukan?" kataku lagi ketika dia diam saja.
"Aku tidak butuh bantuanmu," katanya.
***
Andrea
Saat aku mengatakannya, saat itu juga aku menyesal. Bagaimana jika dia lalu melenggang pergi setelah tahu aku tidak butuh bantuan?
Aku tidak tahu kenapa dia bisa tiba-tiba ada di sini. Namun, harus kuakui, ketika dia menjelaskan bahwa dia akan membantuku memindahkan kardus-kardus ini, aku lega. Tentu saja lebih baik bila bukan dia yang datang membantu. Tapi aku tidak dalam posisi pilih-pilih. Bila yang datang beruang pun, aku berterima kasih. Jadi, tidak seharusnya aku bilang aku tidak butuh bantuan. Bagaimana caraku menarik balik perkataanku itu?
***
Milton
Aku memandang tubuhnya yang mungil. Lalu aku memandang tujuh kotak besar yang berat itu. Aku hampir tersenyum karena membayangkan dirinya berusaha memindahkan kotak-kotak ini. Bayangan dirinya mendorong kardus ini sekuat tenaga dan kardusnya tidak bergerak satu sentimeter pun terlihat seperti adegan di dalam film-film kartun. Aku ingin tersenyum. Tapi itu akan terlihat seperti merendahkannya, jadi tak kulakukan.
"Biar kubantu saja," kataku.
Lalu tanpa memberinya kesempatan untuk menjawab, aku memindahkan kardus yang pertama ke atas papan beroda itu. Ketika aku mulai menarik papan beroda itu, dia tetap saja diam. Dia tidak mengikutiku.
Aku menoleh. "Aku perlu seseorang untuk menahan pintu lift dan aku belum tahu di mana ruang penyimpanannya," kataku.
Yah, itu tidak benar. Aku yakin aku akan dapat melakukan ini seorang diri. Ruang penyimpanan akan dengan mudah kutemukan dan jika pintu lift sampai menutup ketika trolley belum seluruhnya masuk, pintunya pasti akan membuka lagi dengan sendirinya. Aku bukan anak kecil yang takut terjepit pintu lift. Tapi aku tidak mau naik turun tujuh kali sambil memindahkan kotak-kotak berisi buku tua yang apak ini tanpa dirinya.
Bukan itu tujuanku bekerja di perpustakaan.
Dia masih juga diam seolah perlu waktu lebih lama untuk memutuskan apakah dia sebaiknya ikut denganku atau tidak. Tapi, akhirnya dia ikut.
Jika sebelumnya perpustakaan tidak pernah menjadi pilihan pertamaku sebagai tempat menghabiskan waktu luang, sore itu, seraya aku mengangkat dan memindahkan kotak demi kotak berisi buku tua dengan dirinya di sampingku, dan ketika dia tersenyum atas salah satu lelucon yang kukatakan di dalam lift, perpustakaan dan lift kecilnya itu telah menjadi tempat yang paling kusukai dari semua tempat di seluruh dunia.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top