Bab 4

Milton

Bukan, itu bukan awal yang baik. Gadis bernama Andrea itu jelas-jelas menghindariku. Waktu itu aku menunggunya di luar asrama dan ketika dia melihatku, dia malah berbalik dan kembali ke kamarnya. Kali lainnya aku sengaja menunggunya di luar kelas kami dan aku berhasil menyamai langkahnya selama beberapa lama. Tapi sebelum aku sempat mengatakan apa-apa, dia malah masuk ke toilet wanita dan tidak keluar-keluar lagi untuk waktu yang lama.

Kali lain lagi aku menemukan dirinya duduk seorang diri di kantin. Tapi ketika dia melihatku mendekat, dia mengangkat bakinya, membuang makanannya—walaupun jelas-jelas burgernya baru setengah termakan—dan pergi. Oke, ini memang berarti dia tidak ingin berurusan denganku. Tapi itu susah dipercaya mengingat biasanya gadis-gadis selalu mencari kesempatan untuk dekat-dekat denganku seolah mereka itu paperclips dan aku ini sebongkah magnet raksasa.

Tapi gadis yang satu ini jelas-jelas menghindariku. Dan aku tidak tahu kenapa.

Bukankah aku sudah melakukan hal yang benar waktu membantunya membawa barang miliknya dan milik teman judesnya itu minggu lalu? Atau apakah dia sedang berpura-pura jual mahal?

***

Andrea

Apa sih maunya? Apakah dia belum mengerti juga bahwa aku tidak ingin berurusan dengannya? Sudah cukup buruk setiap kali dia berusaha menyamai langkahku atau memanggil namaku, semua temannya bersiul-siul dan meledek kami. Ditambah lagi cara gadis-gadis itu memandangnya, lalu memandangku dengan pandangan heran mengapa seseorang yang begitu populer mau berurusan dengan seseorang yang bukan siapa-siapa seperti diriku ini.

Aku tidak memerlukan drama ini. aku hanya ingin belajar, mendapatkan nilai setinggi mungkin sehingga aku bisa mendapatkan beasiswa ke universitas. Aku juga tidak punya waktu untuk drama. Aku butuh kerja, mencari uang, jika tidak ingin mati kelaparan.

Kenapa dia tidak menggoda gadis-gadis lain yang memang menunggu digoda saja? Kenapa dia tidak bisa membiarkanku saja?

***

Milton

Tidak ada sahabatku yang mengerti apa yang kulihat pada dirinya.

"Dia bahkan tidak berpakaian dengan keren," kata Rob.

Definisi pakaian keren Rob adalah rok yang sangat pendek dan atasan tank top yang tidak menutupi terlalu banyak bagian tubuh.

"Kalau aku jadi kau, aku akan pacaran dengan Miranda. Dia jelas-jelas menyukaimu. Dan sama sekali tidak sulit untuk menyukainya, bukan?" kata Jack.

Miranda terkenal sebagai anak kelas 10 tercantik dan terseksi seantero Carter. Tahun lalu aku mengajaknya ke Spring Fling, acara dansa tahunan di Carter, karena dia memintaku.

"Kalau kau suka Miranda, pacari saja," kataku pada Jack.

"Ya, mungkin akan kulakukan," katanya sambil meringis.

"Cara berpakaian Miranda tuh baru keren," tambah Rob.

Aku memutar bola mataku dan membiarkan sahabatku melanjutkan percakapan mereka tentang Miranda. Sejujurnya, aku juga tidak tahu apa yang kulihat pada Andrea. Tidak, itu tidak benar. Aku tahu apa yang kulihat. Dia adalah gadis paling cantik yang pernah kulihat. Tapi masalahnya, tidak ada sahabatku yang sependapat seolah gadis itu mengenakan kerudung dan hanya aku yang dapat melihat menembus kerudung itu untuk melihat kecantikannya.

Aku yakin, bila semua murid cowok diminta untuk memilih di antara Andrea dan Miranda, sembilan puluh sembilan persen akan memilih Miranda—dan akulah satu persennya yang tidak akan memilihnya). Walaupun kebanyakan dari mereka tidak akan ditengok oleh Miranda dua kali. Tapi aku bukan tipe cowok yang tidak dilihat dua kali.

Aku bahkan sangat sering menjadi pusat perhatian mereka. Jadi apa ada yang salah denganku? Apa ada yang salah dengan Andrea?

***

Andrea

Aku merindukan Aunt Nancy. Amat sangat. Dan pada malam-malam seperti ini, saat aku mencoba belajar di tengah suara debuman stereo Jess dari sebelah, aku ingin sekali berada di sebuah rumah berdua dengan Aunt Nancy. Hanya berdua.

Aunt Nancy akan menemaniku belajar. Lalu ia akan ke dapur untuk membuatkanku secangkir teh, atau cokelat panas, atau bahkan seloyang kue kering untukku. Mengetahui bahwa ada seseorang yang menyayangimu itu benar-benar memberikan kekuatan. Itu membuatmu kuat menghadapi apa pun. Namun, orang itu sekarang sudah tidak ada. Aku menyeka air mataku. Aku bahkan tidak sadar sudah menangis. Tiba-tiba aku mendengar suara ketukan.

Bukan, bukan pada pintu, tapi pada jendela. Pertamanya kukira itu hanya suara paruh burung pada kaca jendela. Tapi suara paruh burung tidak mungkin sekeras itu, kecuali bila itu burung raksasa. Suara paruh burung beradu dengan kaca tidak akan terdengar di antara deru musik dari kamar Jess. Atau apakah ada burung menubruk jendela tanpa sengaja? Tapi bunyi tubuh burung terbentur kaca tidak seperti itu. Yang tadi itu lebih tajam, lebih seperti sebuah batu kecil yang dilempar pada jendela.

Suaranya terdengar kembali.

Aku berdiri dan berjalan ke arah jendela. Aku membuka vertical blind-nya. Kamarku terletak di lantai dua, jadi tidak terlalu jauh di atas tanah. Walaupun di luar gelap, lampu-lampu taman memberikan cukup penerangan sehingga aku dapat melihatnya, sejelas aku dapat melihat bulan di atas sana.

***

Milton

Oke, mungkin melempar-lempar jendela dengan kerikil ini memang cara kampungan. Tapi dengan tingkat popularitasku, hal-hal sekampungan apa pun, bila aku yang melakukannya, mungkin malah akan jadi sesuatu yang cool. Tapi, sejujurnya aku belum pernah harus menarik perhatian seorang gadis sebelumnya, jadi keahlianku di bidang ini bisa dibilang nol. Dan mungkin melempari jendela seorang gadis dengan kerikil adalah cara primitif pasaran yang sudah dilakukan jutaan pemuda yang tidak terlalu pintar di seluruh dunia sebelumnya. Tapi, yah, untuk saat ini, hanya itu yang terpikir olehku.

Mungkin ada alasannya mengapa hal ini sudah dilakukan jutaan kali oleh jutaan orang. Karena ternyata memang efektif. Terbukti hanya dengan modal dua kerikil saja, vertical blind jendela Andrea tiba-tiba terbuka dan tada..., Andrea pun muncul!

Dia terlihat begitu cantik dengan rambutnya yang terurai. Tapi, lalu apa? Aku tadi belum sempat memikirkan apa langkah selanjutnya setelah dia melihatku. Jadi, aku tersenyum. Oke, aku tidak mengharapkan hal besar akan terjadi setelah dia melihat senyumku, seperti misalnya dia membuka daun jendelanya untuk melemparkan sepucuk surat cinta untukku. Tapi paling tidak, dia harus melakukan sesuatu, bukan? Jika gadis lain melihat senyumanku yang satu ini, mukanya pasti akan langsung jadi merah dan dia akan salah tingkah.

Tapi apa yang dilakukan Andrea? Dia hanya menutup vertical blind-nya kembali dan menghilang.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top