Bab 33

Matlinko

"Ayo! Aku harus memperkenalkan dirimu pada Ibu," katanya.

"Tunggu," kataku, "bisakah kita di sini sedikit lebih lama? Aku..., aku masih ingin berdua denganmu saja. Aku merindukanmu dan aku bahkan belum minta maaf karena tidak muncul di acara prom itu."

"Waktu itu kau...?"

"Ya, malam itu aku dibawa kembali ke Cori," jawabku.

"Aku masih tidak percaya kau ada di sini," katanya.

"Aku yang tidak percaya KAU ada di sini!" seruku.

"Apakah kau ingat Mr. Lee? Guru Matematika itu?" tanyanya.

"Ya. Kenapa?"

"Dia ada di sini juga!"

"Pantas tadi aku seperti melihatnya di ruang dansa," kataku.

"Dia bukan benar-benar guru Matematika. Dia dikirim ke bumi untuk menjemputku."

"Oh."

"Kau tahu, sejak kembali ke sini, aku benar-benar belum tahu harus merasa apa tentang pengirimanku ke bumi. Di satu sisi, aku tidak suka mereka melakukan itu. Tapi di sisi lain, aku mengerti bahwa mereka harus melindungiku. Apakah kau lihat Raja Timlad dari Amladistia di dalam sana? Yang berkumis dan berjubah warna hijau? Ratu dan putri mahkotanya juga mengenakan warna hijau seolah mereka adalah sekeluarga sayuran yang bahagia!" katanya.

Aku gelisah. Untung dia tidak memperhatikan. "Uhm ya. Rasanya aku lihat mereka. Kenapa mereka?"

"Keluarga itulah alasan kenapa aku harus diasingkan ke bumi. Mereka membunuh ayahku dan Ibu takut mereka akan membunuhku juga," jelasnya.

Aku tahu itu. Tapi tentu saja aku tidak dapat mengatakan itu padanya.

"Jika demikian, kenapa kau sekarang boleh kembali?" tanyaku.

"Kami sudah lebih kuat sekarang," katanya dengan bangga. "Apakah kau melihat barisan prajurit kami dalam perjalanan ke sini?"

"Ya, aku lihat! Sangat mengagumkan," kataku. Itu pendapat yang jujur.

"Kami tidak lagi takut pada mereka. Jika kupikir-pikir..., jika aku tidak dikirim ke bumi, aku tidak akan bertemu denganmu," katanya.

Aku meraih tangannya dan menggenggamnya.

"Sejujurnya, bertemu denganmu juga adalah hal terbaik yang terjadi padaku selama aku dikirim ke bumi," kataku.

"Tapi lalu kau pergi. Kau bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal," lanjutnya.

"Aku benar-benar minta maaf," kataku.

"Tidak perlu minta maaf. Itu bukan salahmu. Dan lagi sekarang kau sudah ada di sini!" katanya sambil memandangku.

Aku memaksa diriku untuk membalas pandangannya, untuk memberikan semua kepastian yang dibutuhkannya. Aku memeluknya. Aku senang bisa melakukan itu. Tapi di dalam aku begitu ketakutan. Aku tidak dapat membayangkan apa yang akan dilakukannya jika dia tahu siapa diriku sebenarnya.

Dia tidak boleh tahu! Aku mempererat pelukanku dan merasakan kehangatannya pada dadaku. Jika saja kami bisa seperti ini selamanya.

"Jadi..., apa ceritamu? Kenapa kau dikirim ke bumi? Jangan katakan Timlad juga membunuh ayahmu!"

"Tidak," kataku. Lalu aku diam karena aku memang belum menyiapkan jawaban untuk pertanyaan yang satu ini. "Aku..., ehm..., ada perseteruan internal keluarga. Ceritanya panjang dan aku sendiri juga tidak terlalu mengerti. Tapi untungnya sudah selesai, jadi aku sudah boleh kembali," kataku.

Semoga jawaban kabur itu bisa diterimanya.

"Katamu kau pangeran ke sembilan? Pastinya susah menyesuaikan diri setelah terbiasa sendiri lalu tiba-tiba punya delapan saudara, atau malah lebih?" tanyanya.

"Empat kakak laki-laki dan empat kakak perempuan. Yah, memang ribut sekali," kataku.

"Aku ingin sekali bertemu dengan saudara-saudaramu. Apakah mereka datang juga?"

"Oh, tidak. Ronaco tujuh hari perjalanan dari sini. Ibu kurang sehat jadi aku yang diutus ke sini," jelasku.

"Oh, begitu. Jadi pesta-pesta itu termasuk di dalam daftar tugas pangeran bungsu?"

"Yah, kira-kira seperti itu," kataku.

"Ayo, kukenalkan pada Ibu," katanya sambil menarik tanganku.

"Astrica, tunggu. Aku...."

"Apa?"

"Tolong jangan katakan pada ibumu bahwa kita pernah kenal di bumi," pintaku.

"Kenapa?" tanyanya.

"Karena..., karena..., aku tidak mau harus menjelaskan kenapa aku dikirim ke sana. Kau tahu, keluargaku tidak ingin perseteruan keluarga kami diketahui oleh bangsawan dari kerajaan lain. Semoga kau bisa mengerti," kataku.

"Tapi Rodra tahu dirimu!"

"Rodra itu..., Mr. Lee?" tanyaku.

Dia mengangguk. "Bisakah kau memintanya untuk menyimpan rahasia ini?"

Astrica mengangguk lagi. "Serahkan saja padaku!"

"Dan..., jangan salah paham tapi rasanya kita sebaiknya tidak bergandengan tangan di depan orang banyak," kataku.

"Kenapa?" tanyanya.

"Kau adalah Putri Mahkota Chitrasca. Rasanya kau tidak akan mau digandeng seseorang yang baru saja kau kenal," kataku.

"Oh, benar juga."

"Satu hal lagi..., bolehkah aku menciummu sekali lagi saja sebelum kita masuk ke dalam?" tanyaku.

Dan, aku tidak menunggunya menjawab, segera meraih wajahnya.

***

Astrica

Ketika aku berjalan kembali memasuki ruangan pesta, sebuah senyum lebar terpampang pada wajahku karena Milton, maksudku Ratlas, berjalan di sisiku. Aku tahu tidak ada apa pun atau siapa pun, tidak juga Timlad dan keluarganya, dapat menghilangkan senyum itu. Aku mencari Ibu, tapi aku menemukan Rodra lebih dulu. Atau dia yang menemukanku. Matanya melebar ketika melihatku. Dia berjalan ke arahku.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya.

Aku mengangguk. Dia tidak sadar bahwa aku bersama-sama Ratlas.

"Rodra, kau ingat Milton?" tanyaku. Baru saat itu dia menyadari kehadiran Ratlas dan dia tersentak kaget.

"Milton..., yang dari Carter?" tanyanya.

"Ya. Tapi namaku Ratlas," jawab Ratlas.

"Dia pangeran ke sembilan dari Ronaco," kataku, "Rodra, tolong jangan bilang Ibu atau siapa pun bahwa kita sudah kenal dengannya waktu di bumi. Dia dikirim karena perseteruan keluarga dan itu rahasia keluarganya," tambahku.

Rodra memandang Ratlas dari ujung kepala ke ujung kaki.

***

Rodra

Itu dia! Itu benar-benar dia! Si keparat yang meninggalkan Astrica sendirian pada malam Pesta Dansa Carter. Apa yang dia lakukan di sini? Dan, dia seorang pangeran? Beruntung sekali dia!

Ronaco kerajaan yang begitu kecil. Pastinya dia datang ke sini untuk mendekati Astrica. Jika Astrica sampai jatuh cinta padanya, pamor dan pengaruh politik kerajaan kecil itu akan meningkat. Aku harus memperingati Astrica. Jangan-jangan dia dikirim ke bumi khusus untuk mendekati Astrica! Bisa saja seperti itu! Mungkin mata-mata mereka tahu bahwa Astrica disembunyikan di bumi dan mereka dengan sengaja mengirimkan salah satu pangeran mereka supaya bisa lebih dulu mendekatinya. Aku harus menyelidiki ini. Aku akan....

"Rodra? Rodra!" kata Astrica. Rupanya aku begitu sibuk dengan pikiranku sendiri sampai tidak mendengarkannya.

"Maaf. Apa yang kau katakan?" tanyaku.

"Aku bertanya apakah kau tahu di mana Ibu?" tanyanya.

"Oh, tadi Yang Maha Mulia berdiri di dekat meja minuman. Tapi entah apakah masih ada di sana."

"Baik, terima kasih. Aku akan mencoba mencarinya," katanya.

Dia lalu beranjak pergi. Pangeran itu mengikutinya. Tadinya aku hendak memintanya untuk berdansa denganku sekali lagi. Tapi berarti sekarang tidak bisa. Berani taruhan, pangeran itu akan segera mengajak Astrica berdansa.

Tunggu saja! Jangan panggil aku Rodra jika aku tidak menyelidiki ini sampai tuntas!

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top