Bab 32
Matlinko
Aku tahu dia sudah melihatku. Kejadiannya tidak sampai satu detik tapi aku yakin. Karena ketika aku bersembunyi di balik tiang yang terdekat, aku melihatnya kebingungan. Dia bahkan seperti kehilangan kendali atas kakinya sendiri.
Ketika lagu berakhir, dia meninggalkan lantai dansa.
***
Astrica
Aku harus duduk. Aku perlu berpikir.
Jadi, dengan beralasan kaki sakit—walaupun semua kaki yang kuinjak itu pasti lebih sakit dari kakiku—aku mengundurkan diri dari lantai dansa. Riri mengantarku kembali ke kamar dan aku mengusap minyak ke kakiku supaya tidak terlihat bohong.
"Untung Yang Mulia mengenakan sepatu ceper ini. Jika Yang Mulia mengenakan sepatu hak tinggi tadi, pasti lebih sakit lagi," katanya.
Aku mengangguk. Setelahnya dia keluar karena dia pikir aku hanya akan beristirahat. Tapi setelah Riri pergi, aku melompat turun dari tempat tidur dan mengenakan kembali sepatu ceperku.
***
Matlinko
Dia telah pergi dan aku tidak tahu apakah dia akan kembali ke ruang dansa. Tiba-tiba semua seolah sia-sia. Apa gunanya aku berada di sini bila aku tidak dapat memandang dirinya? Ya, memang masih ada waktu. Karena pesta berlangsung hingga larut, setiap tamu mendapatkan kamar untuk menginap sebelum pulang esok pagi.
Tapi bagaimana jika aku tidak mendapatkan kesempatan untuk melihatnya lagi sebelum aku pergi? Tapi tentu aku dapat kembali, bukan? Bukankah memang tugas kerajaanku untuk mendekatinya? Pastinya Ayah sudah memperhitungkan bahwa aku tidak dapat melakukan itu dari Amladistia. Jadi mungkin aku dapat tinggal sementara di sini di Chitrasca.
Pangeran ke sembilan dari Ronaco bisa saja memutuskan untuk berlibur di Kerajaan Chitrasca yang indah sebelum kembali ke kerajaannya yang jauh, bukan? Lalu aku tertawa sendiri karena ingat baru kemarin aku menolak habis-habisan untuk datang ke sini. Dan lihatlah diriku sekarang, sibuk mencari alasan untuk tinggal.
Aku berjalan ke arah salah satu pintu ruang dansa yang mengarah ke taman. Aku perlu udara segar. Dan, ruang pesta ini terasa begitu menyesakkan karena dia tidak ada lagi di dalamnya. Taman itu dipenuhi tanaman yang dibentuk beraneka ragam. Aku sedang mengelilingi sebuah tanaman berbentuk spiral ketika aku melihatnya.
***
Astrica
Kali ini aku mendekati ruang pesta dari arah taman karena di sisi ini-lah tadi aku melihatnya. Dari sini aku dapat melihat ke dalam ruangan melalui jendela-jendela besar tanpa menarik perhatian. Aku berhenti sedikit jauh dari jendela-jendela itu. Sebab, walaupun di luar sini gelap dan aku tidak akan terlihat begitu jelas dari dalam, aku tetap tidak mau tertangkap basah mengendap-endap dan mengintip pestaku sendiri.
Ibu masih sedang berdansa. Kali ini dengan Sorba. Rodra juga sedang berdansa dengan..., oh, dia sedang berdansa dengan putri mahkota Amladistia itu! Putri yang satu itu masih muda dan begitu ceria. Jika situasinya berbeda, mungkin aku dapat berteman dengannya.
Aku tidak melihat Milton di mana-mana. Apakah aku tadi benar-benar telah melihatnya? Apakah aku hanya melihat seseorang yang mirip dirinya? Karena apakah mungkin dia berada di sini, tempat yang berjarak dua belas tahun cahaya dari rumahnya?
Pastinya dia sedang berada di rumahnya dengan walinya atau kuharap dia sudah bersama-sama dengan orangtuanya sekarang. Lalu aku melihatnya. Tidak, dia tidak berada di dalam ruang pesta. Dia berdiri di samping salah satu tanaman hias di taman dan sedang memandangiku.
Bagaimana bisa? Apakah dia benar-benar ada di sini? Bagaimana jika dia hanya bayangan yang dapat menghilang kapan saja? Dan sama seperti ketika aku melihatnya di luar bangunan asramaku setahun yang lalu, aku melakukan satu-satunya yang dapat kulakukan. Aku berlari ke arahnya sebelum dia menghilang.
***
Matlinko
Begitu Astrica masuk di dalam jangkauan lenganku, aku menariknya ke dalam pelukanku. Aku ingin sekali menciumnya tapi aku tahu ini bukan saatnya. Ada begitu banyak pertanyaan yang beterbangan di sekitar kami, di antara kami, menciptakan batasan tak kasat mata yang tak dapat ditembus.
"Bagaimana? Bagaimana kau...." Dia mencoba menyelesaikan kalimatnya tapi dia tidak harus. Aku tahu apa yang ingin ditanyakannya karena aku punya pertanyaan yang sama. Aku menariknya ke dalam taman supaya kami tidak terlihat.
"Kau tidak suka aku ada di sini?" tanyaku.
Dia ingat bahwa aku mengatakan hal yang sama persis ketika dia menemukan diriku di luar gedung asrama tahun lalu. Sebuah kejadian yang belum terlalu lama terjadi, tapi terasa seperti terjadi pada kehidupan yang lain. Astrica membawaku ke sebuah bangku taman dan kami duduk.
"Apakah..., kau berasal dari sini?" tanyanya.
Aku mengangguk. "Sama seperti dirimu yang juga dari sini."
"Aku Putri Mahkota Chitrasca! Sulit dipercaya, bukan?" katanya.
"Tidak. Aku sudah menyaksikan pelantikanmu barusan."
"Apakah kau..., semacam bangsawan juga?" tanyanya.
Dan kerongkonganku tiba-tiba terasa seperti penuh dengan serbuk kayu. Apa yang harus kukatakan sekarang? Aku memandang wajah cantik di hadapanku. Matanya lebar dengan rasa ingin tahu dan juga kebahagiaan. Jika kukatakan yang sebenarnya..., apakah dia akan langsung mengusirku dari istana ini jika dia tahu aku adalah anggota keluarga yang telah begitu menyakiti keluarganya? Apakah dia akan mengusirku keluar dari hidupnya? Aku berdiri untuk berlutut di hadapannya.
"Ratlas, pangeran ke sembilan dari Ronaco siap melayani Yang Mulia," kataku.
"Senang berjumpa denganmu, Pangeran Ratlas. Walaupun aku lebih suka nama bumimu."
Aku berdiri. Aku baru saja hendak duduk kembali di sampingnya tapi datang ide yang lebih baik. Aku menariknya ke dalam pelukanku dan menciumnya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top