Bab 25
Astrica
"Kau tidak bilang boleh dilipat!" protesku.
"Tidak ada peraturan yang bilang tidak boleh. Ruang itu sering sekali terlipat atau terbelokkan. Bahkan waktu pun dapat dibelokkan," kata Rodra.
"Dan lagi, bagaimana mungkin kita tidak merasakannya ketika ruang kita dilipat atau diapakanlah itu?" tanyaku.
Semua ini mulai terdengar tidak masuk akal.
"Apakah kita merasakan gerakan planet kita? Ketika di bumi, kita tidak merasakan gerakannya mengelilingi matahari. Kita juga tidak merasakan Cori mengelilingi Cetix saat kita sedang berbicara ini," jawabnya.
Lalu dia mencari-cari sesuatu dari saku celananya yang lain. Dia harus mencari di beberapa saku sebelum akhirnya mengeluarkan sebuah balon yang belum ditiup. Tanpa menjelaskan apa-apa, dia mulai meniupnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanyaku.
Dia tidak menjawab. Mungkin tidak bisa karena sedang sibuk meniup balon itu. Setelah balon tertiup dan terikat, dia melemparkannya padaku. Aku tidak mengira dia akan melakukan hal itu dan karenanya aku tidak siap untuk menangkapnya. Balon itu mengenai wajahku.
"Hei, kenapa dilempar?" tanyaku.
Dia hanya tertawa. Aku berdiri untuk mengejar balon yang menggelinding pada permadani, mengambilnya, dan kembali untuk melemparnya pada Rodra, berharap mengenai wajahnya. Tapi dia berhasil menangkapnya.
"Berikan padaku!" kataku sambil mencoba meraih balon itu darinya.
Tapi dia malah tertawa lebih keras dan berdiri untuk menghindariku. Aku bergerak ke arahnya dengan cepat. Aku hampir yakin aku dapat meraih balon itu. Tapi kaki kananku tersandung ujung permadani. Aku yakin aku akan jatuh, tapi dengan cepat tangan Rodra meraih pinggangku.
Begitu aku berhasil menyeimbangkan diri, dia melepaskan pegangannya seolah aku ini sebatang bara panas. Tanpa memandangku, dia kembali duduk di hadapan meja pendek itu. Aku tidak punya pilihan lain, kecuali duduk kembali di tempatku semula.
***
Rodra
Jika saja aku dapat mendekapnya di dalam pelukanku selamanya. Tapi aku tahu aku harus mengenyahkan pikiran ini. Sebuah suara kecil di dalam hatiku mulai menanyakan ratusan pertanyaan secara bersamaan.
Kenapa aku tidak boleh mendekapnya? Karena dia kelak akan jadi ratumu. Kenapa aku tidak boleh mendekap calon ratuku? Karena kau bukan keluarga dan juga bukan tunangannya, bodoh! Tapi apakah mungkin suatu hari nanti aku bisa menjadi tunangannya? Kenapa tidak?
Ya, memang bangsawan biasanya menikah dengan sesama bangsawan. Tapi serangan yang terjadi enam belas tahun yang lalu telah menyisakan hanya sedikit saja kaum bangsawan di Chitrasca. Mungkinkah dengan demikian, peraturan itu akan dihapuskan? Tapi jika pun tidak, bukankah aku dapat bersaing dengan bangsawan manapun juga demi mendapatkan hati sang putri? Bukankah aku dan bukan mereka yang telah membawa Astrica pulang dengan selamat?
Dengan pikiran itu, aku duduk sedikit lebih tegak. Astrica sudah kembali duduk di sampingku. Aku memandang wajahnya. Aku memang sudah jatuh cinta pada wajah itu. Aku meletakkan balonku di atas meja. Tapi aku lalu lupa apa yang harus kukatakan.
"Jadi balon ini untuk apa?" tanyanya. "Kau tidak sedang berpikir untuk melemparkannya pada wajahku lagi, bukan?"
Aku tersenyum. "Percayalah, Putri-ku, ada banyak hal lebih baik lain yang lebih ingin kulakukan pada wajahmu daripada melemparnya dengan balon," kataku dalam hati.
"Tidak," jawabku.
Dan secepat kilat, dia meraih balon itu lalu melemparkannya ke wajahku.
"Kena!" katanya sambil menangkap kembali balon itu setelah terpantul dari wajahku.
Ketika dia melihat aku bahkan tidak berusaha merebut balon itu darinya, dia mengembalikannya padaku.
"Baiklah. Tadi kita sampai mana ya?" tanyaku.
"Hmm..., ruang yang terlipat?"
Aku mengangguk. "Kita ini pada dasarnya adalah mahluk tiga dimensi. Dunia kita punya tiga dimensi. Ruang kita punya tiga dimensi. Kita mengetahui panjang, lebar, dan kedalaman. Karena itu, kita bisa bergerak ke depan dan ke belakang, ke kanan dan ke kiri, juga ke atas dan bawah," kataku.
Dia mengangguk dengan cepat seolah bertanya mengapa aku merasa harus menjelaskan geometri sekolah dasar padanya.
"Ruang kita ini terlipat pada dimensi ke empat. Sebagai makhluk tiga dimensi, sulit bagi kita untuk mengerti itu," kataku. Lalu aku mengambil balonnya. "Sekarang bayangkan makhluk yang hanya punya dua dimensi. Mahluk ini hanya dapat bergerak ke depan dan ke belakang, ke kanan dan ke kiri, tidak bisa bergerak ke atas dan ke bawah karena tidak ada dimensi yang ke tiga."
***
Astrica
Aku mulai tidak mengerti. Sedetik lalu dia hanya sedang menjelaskan materi geometri anak SD, sedetik kemudian dia membicarakan tentang semua dimensi ini. Aku memberikan pandangan kosong. Dia lalu mengambil benda lain lagi dari sakunya, sebuah tabung tembus pandang. Dia membukanya dan mengeluarkan seekor semut. Dia lalu meletakkan semut itu di atas balon dan semut itu mulai bergerak pada permukaan balon.
"Anggap semut ini adalah makhluk dua dimensi. Di atas balon, yang saat ini adalah dunianya, semut hanya dapat bergerak maju dan mundur, atau ke kanan dan ke kiri. Tidak bisa ke atas atau ke bawah. Dapatkah kau lihat sekarang, sejauh apa pun si semut mengembara, dia tidak akan pernah menemukan tepi dari dunianya? Juga, dia tidak tahu di mana pusat dunianya.
Di benaknya, dunianya tidak memiliki tepi dan tidak memiliki pusat. Bukankah seperti itu juga pikiran kita tentang alam semesta ini? Sampai saat ini, tidak ada ilmuwan yang tahu di mana tepinya dan di mana pusatnya," jelasnya.
Tiba-tiba aku mengerti. Rodra melihat mataku membesar. Dia tersenyum.
"Semut itu tidak mengerti karena dia hanya makhluk dua dimensi. Dan, alam semestanya, balon, punya tiga dimensi! Sama seperti kita. Sebagai makhluk tiga dimensi, kita tidak dapat mengerti dimensi yang ke empat. Tapi bukan berarti tidak ada," kataku.
"Tepat sekali!" katanya. Dia memandangku dengan bangga seolah aku adalah salah satu murid juaranya.
"Kira-kira..., berapa sering paparan ruang matahari dan cetix terlipat menjadi begitu dekat?" tanyaku.
Dia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu. Mungkin tim ilmuwan kerajaan dapat menjawab pertanyaan itu lebih baik. Mereka-lah yang kemarin menghitung waktu lipatan terjadi sehingga kita dapat menggunakan portalnya.
Tapi jika harus menebak, dan setelah melihat begitu miripnya cori dan bumi, mungkin portal terbuka setiap beberapa tahun sekali dan bukan tidak mungkin ada orang lain yang telah menggunakannya juga."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top