Bab 21
Rodra
Sensasi basah pada kulitku mengagetkanku. Tapi aku sempat menarik napas panjang sebelum mendapati diriku terendam di dalam air. Oh, sialan! Aku telah mendarat di tengah dan bukan di tepi Danau Kiras seperti yang diperkirakan. Aku kehilangan arah. Tapi lalu aku mulai dapat merasakan mana atas, mana bawah. Aku pun ingat dia. Putri Astrica.
Aku panik. Aku melihat sekelilingku dan menemukan dirinya beberapa meter di bawahku. Dia tidak bergerak. Ini buruk. Aku tahu aku punya dua pilihan. Sesuai logika harusnya aku segera berenang ke permukaan dan kembali dengan pertolongan karena sudah pasti Ayah dan prajuritnya sudah menantiku di permukaan. Atau, aku dapat menolong sang putri sendirian. Karena selama apa dia bisa bertahan di dalam air tanpa bernapas sama sekali?
Paru-paruku mulai sesak. Aku mendongak ke atas. Masih siang hari di Chitrasca. Ingin sekali aku berenang ke arah cahaya. Tapi setiap detik berharga. Aku berenang menuju Astrica. Aku meraih lengannya dan meletakkan lenganku di bawah lengannya. Tiba-tiba aku ingat bagaimana dia melakukan hal yang sama beberapa jam sebelumnya. Aku menendang sekuat tenaga dan mulai berenang ke permukaan. Paru-paruku serasa terbakar.
Sedikit lagi. Cahaya di atasku menjadi lebih terang. Ketika aku akhirnya keluar dari permukaan air, udara yang memenuhi paru-paruku terasa seperti sorga.
***
Sorba
Aku yang pertama melihat gerakan di bawah air dan aku tersentak. Lalu Istran dan yang lainnya melihatnya juga. Ketika Rodra muncul di permukaan, dia membawa sang putri bersamanya.
"Dia..., butuh..., bantuan," kata Rodra.
Tiga pengawal langsung terjun ke danau. Yang dua langsung menarik Astrica supaya tidak membebani Rodra, yang satunya lagi membantu Rodra ke tepi. Kelegaan menjalari tubuhku. Anakku telah benar-benar melakukannya! Dia telah membawa sang putri pulang.
Tapi ketika aku melihat Astrica tidak sadarkan diri, kelegaanku langsung digantikan kekhawatiran. Istran berlari ke arah putrinya. Dua petugas medis juga mendekat. Hanya perlu tidak sampai lima detik bagi mereka untuk menemukan detak jantung sang putri. Tapi rasanya seperti selamanya. Baru setelah mereka mengangguk ke arahku, aku dapat bernapas kembali. Aku bahkan tidak sadar aku telah menahan napas.
"Dia sedang..., tidur," bisik Rodra.
Aku bahkan tidak menyadari dia sudah berada di sampingku, berdiri terbalut handuk tebal. Aku memandangnya sambil mengangkat sebelah alisku.
"Apakah kau..., memberinya obat tidur?" tanyaku diam-diam.
Dia menghindari pandanganku dan mengangguk.
"Apakah kau gila?" tanyaku lagi, sedikit lebih keras dari yang kuinginkan.
Beberapa pengawal melirik ke arah kami. Rodra hanya menggeleng perlahan.
"Aku tidak punya banyak pilihan. Aku melakukan yang terbaik yang kubisa," jawabnya.
Aku memandangnya dan tiba-tiba melihat betapa dia sudah bertambah dewasa dalam kurang dari satu tahun itu seolah setiap bulan yang lewat menambah satu tahun pada umurnya. Aku meletakkan lenganku pada bahunya.
"Nistra?" tanyaku.
Rodra hanya menggeleng. Kesedihan memenuhi hatiku. Seorang lagi telah berkorban. Dan aku tiba-tiba sadar betapa beruntungnya aku karena anakku sudah kembali.
"Kau melakukan yang terbaik," bisikku. "Kau membuatku dan Chitrasca bangga."
***
Istran
Bayiku sudah kembali. Benar-benar kembali! Aku berlari dan menjatuhkan diriku untuk memeluknya. Dia bukan lagi gadis cilik berusia tiga tahun yang kuingat. Dia sudah tumbuh menjadi seorang wanita yang tidak kukenal.
Tiba-tiba semua tahun-tahun yang hilang itu membebaniku seperti satu ton handuk basah yang dijatuhkan ke atas tubuhku, mencekikku. Ya, dia memang sudah pulang. Tapi apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah dia benar-benar akan merasa ini rumahnya? Apakah dia akan menyayangiku? Apakah dia akan aman di sini? Ada begitu banyak ketidakpastian yang menantinya.
Apakah lebih baik bila dia dibiarkan terus di bumi saja? Apakah kami membawanya pulang demi kepentingan kami semata? Tidak, aku tidak boleh berpikir seperti itu. Tempatnya di sini, di antara kaumnya sendiri.
"Permisi, Yang Maha Mulia," kata salah seorang petugas medis.
Tapi aku tidak dapat melepaskannya. Aku sudah menanti lima belas tahun. Mereka pastinya mengerti bahwa aku perlu memeluknya sedikit lebih lama lagi. Tapi aku tahu aku tidak boleh menghalangi pekerjaan petugas medis. Bayiku perlu bantuan dan saat ini, para petugas medislah yang dapat membantunya.
Aku melepaskan Astrica dan berdiri. Dan untuk sementara aku terus memandangnya. Sebagian diriku menginginkan dirinya untuk segera membuka mata. Tapi bagian diriku yang lain justru ketakutan dia akan membuka mata.
Apakah dia akan ingat diriku? Atau dia hanya akan memandangku sebagai seorang yang asing? Aku menoleh dan pandanganku berhenti pada Sorba dan anak laki-lakinya. Aku berjalan perlahan ke arah mereka.
"Yang Maha Mulia," kata Sorba dan Rodra bersamaan.
Aku mengangguk. "Rodra, aku berterima kasih. Untuk... segalanya."
"Merupakan suatu kehormatan bagiku, Yang Maha Mulia," jawabnya.
"Kau membuatku dan Chitrasca bangga," ucapku.
***
Rodra
Ya. Aku mendengar mereka berdua. Tapi yang sesungguhnya, detik itu juga aku sadar bahwa aku tidak membawa Astrica pulang untuk Ayah, atau untuk sang ratu, atau untuk Chitrasca.
Aku membawanya pulang untuk diriku sendiri karena di antara kepergian dan kepulanganku, di antara Ojai Valley dan Death Valley, di antara halaman-halaman buku teks Matematika buat-buatan, walaupun aku tahu aku tidak boleh, aku sudah membiarkan diriku jatuh cinta pada sang putri.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top