Bab 18
Roger
Kalau saja aku dapat memberitahu Andrea..., maksudku sang putri..., bahwa dia tidak akan kembali ke tempat ini lagi sehingga dia bisa membawa semua yang penting atau benda yang punya kenangan khusus pada perjalanan kami. Tapi aku tidak ingin dia curiga. Dan lagi, apa yang akan didapatkannya akan lebih dari menggantikan semua yang akan ditinggalkannya di tempat ini.
Kurang dari 86,400 detik lagi, dia akan bertemu ibunya! Dan dia akan berada di tempat yang memang adalah haknya, di antara rakyatnya. Aku memandang jam tanganku. Sudah hampir jam sepuluh pagi. Sudah waktunya menjemput sang putri di asramanya.
Aku meletakkan tasku di bagasi mobil yang kusewa. Tas itu ringan karena aku hanya membawa sepasang baju ganti. Hanya perlu lima jam perjalanan dengan mobil dari sini ke Death Valley. Ya, nama yang buruk. Tapi aku tidak dapat memilih atau menentukan di mana portal berada. Mungkin itu hanya lelucon yang dibuat alam semesta. Tapi aku dapat mengerti mengapa orang-orang menamai tempat itu seperti itu. Nama itu bagus untuk pariwisata.
Death Valley National Park adalah tempat pariwisata terkenal. Orang dari segala penjuru datang untuk melihat salah satu bagian Death Valley yang bernama Bad Water Basin. Tempat itu adalah daratan paling rendah di seluruh planet. Letaknya 282 kaki di bawah permukaan laut. Di sanalah aku mendarat musim gugur lalu. Walaupun aku bukan ahli Fisika Kuantum, aku sudah belajar bahwa semakin rendah sebuah tempat, semakin besar gaya gravitasinya. Jadi pasti memang ada penjelasannya kenapa portal terbuka di tempat yang sama dua kali berturut-turut. Tapi untuk saat ini, mengetahui bahwa portal itu ada di sana untuk membawaku pulang saja sudah cukup untukku.
Portal itu akan bekerja tengah malam nanti. Ini memang jadi satu masalah lagi untukku. Akan lebih baik bila portal itu terbuka jam lima sore, misalnya. Dengan begitu, kita dapat berangkat dari sini sebelum siang hari dan aku dapat mengatakan pada Andrea bahwa aku ingin mampir di Death Valley dalam perjalanan ke rumah ibu. Dia tidak akan curiga karena itu memang tempat pariwisata. Lalu tepat jam 5 sore, kami berdua akan berjalan-jalan di sekitar Bad Water Basin. Lalu pada saat yang tepat, kami berdua akan menghilang begitu saja.
Yah, mungkin akan ada turis yang bingung. Tapi mereka akan merasa mereka hanya salah lihat. Jikapun tidak, tidak masalah karena saat itu kami sudah aman di sisi yang lain, di rumah. Tapi lagi-lagi aku tidak dapat mengatur kapan portal terbuka. Aku harus puas dengan adanya portal yang terbuka. Sekarang berarti aku harus memikirkan cara untuk membawa Andrea ke sana tengah malam nanti. Entah bagaimana caranya.
***
Andrea
Dari jendela aku melihat mobil Mr. Lee mendekat. Aku meraih koperku dan berjalan keluar. Asrama ini tidak lagi seramai biasanya. Kebanyakan penghuninya, termasuk Jess, sudah pulang kemarin malam seolah mereka tidak sabar untuk meninggalkan tempat ini untuk menyambut liburan musim panas. Yah, paling tidak aku juga tidak terjebak di tempat ini.
Aku tersenyum pada Mr. Lee seraya melangkah keluar dari gedung asrama. Dia membalas senyumku, lalu berlari ke arahku dan merebut koperku.
"Tidak usah, Sir. Ini enteng," kataku.
Koperku hanya koper ukuran kecil. Aku akan dapat mengangkatnya masuk ke bagasi mobil sendirian. Tapi Mr. Lee merebutnya dari tanganku seolah tidak betah lagi melihat koper itu pada tanganku.
"Aku saja," gumamnya.
***
Roger
Aku tahu koper itu kecil. Tapi tetap saja, aku tidak dapat membiarkan sang putri mengangkatnya sendiri. Itu tidak sepatutnya.
"Masuk saja ke dalam mobil," kataku.
Ingin kutambahkan kata mohon tapi aku ragu-ragu. Aku memasukkan tas Andrea ke dalam bagasi. Dengan tutup bagasi yang terbuka, aku tahu dia tidak dapat melihat wajahku. Aku memejamkan mata sejenak dan menarik napas panjang. Inilah saatnya. Aku akan membawa sang putri pulang.
Tolong..., jangan biarkan hal buruk terjadi. Tolong biarkan semuanya berjalan sesuai rencana yang baru separuh terbentuk di benakku. Aku menarik sebuah napas panjang lagi dan menutup bagasi mobilku.
***
Andrea
Perjalanan ini menyenangkan. Ada kedamaian yang kau dapatkan dari suara mesin mobil yang menderu perlahan, dari meluncurnya mobil dengan kecepatan sedang, dari pemandangan yang terus berubah di depan matamu, dan dari radio yang menyala dalam volume kecil. Tidak, aku dan Mr. Lee tidak banyak bercakap-cakap selama perjalanan ini. Mr. Lee terus memandang jalanan dengan kening berkerut seolah jalanan di depannya penuh ranjau yang harus dihindari, padahal jalanan itu hampir selalu lurus dan tidak terlalu ramai.
Entah apa yang di pikirkannya. Pikiranku sendiri, penuh dengan Milton. Kalau saja aku dapat melakukan perjalanan seperti ini dengan Milton, aku akan menginginkan perjalanan ini untuk tidak pernah berakhir. Aku menggeleng perlahan seolah gerakan itu dapat mengenyahkan Milton dari benakku.
Mr. Lee berdeham. "Andrea, apakah kau lapar?"
Aku memandangnya dan baru sadar bahwa aku memang lapar. Jam pada dasbor menunjukkan pukul satu. Berarti sudah tiga jam kami berkendara.
"Lumayan," jawabku.
"Baiklah, lebih baik kita mengambil exit berikutnya dan cari makan dulu."
Aku mengangguk.
***
Roger
Rencana itu perlahan tapi pasti mulai terbentuk di benakku. Kami makan siang di sebuah restoran Chinese. Setelahnya, kami mampir di McDonald's untuk membeli beberapa burger untuk dibungkus.
"Untuk siapa?" tanya Andrea.
"Oh..., untuk ibuku," jawabku.
"Ibumu suka burger?"
"Lumayan. Dan untuk kita juga jika nanti lapar di mobil," jawabku sambil meringis karena menyadari bahwa alasan ini tentu lebih cocok.
Dari McDonald's, kami juga mampir di apotek. Aku memberitahu Andrea bahwa aku harus menebus resep obat Ibu. Aku harus pergi ke tiga apotek untuk mendapatkan penjaga apotek yang tergiur untuk menjual beberapa kapsul obat tidur kepada orang yang tidak membawa resep obat ini. Selalu siap dengan beberapa ribu dolar uang tunai di dalam sakumu memang membantu.
Kukatakan pada Andrea bahwa dua apotek yang barusan tidak punya obat yang diperlukan Ibu. Sekitar jam empat sore, kami tiba di Death Valley. Tentu saja di pikiran Andrea, kami tidak sedang menuju Death Valley. Kami hanya kebetulan melewatinya dan masih akan terus berkendara kurang lebih dua jam lagi menuju sebuah kota bernama Henderson. Kota itulah yang kusebut adalah rumah Ibu.
Sekarang, waktunya berakting.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top