Andrea

Tidak ada kabar sama sekali dari Milton sejak acara prom bulan lalu. Tidak, dia tidak kembali ke sekolah dan pihak sekolah tidak berhasil menghubungi dirinya atau walinya seolah keduanya sudah menghilang dari muka bumi. Tidak ada orang yang datang untuk mengambil barang-barangnya juga.

Pihak sekolah telah membuat laporan murid hilang pada pihak berwenang. Komplek tempat penthouse Milton berada juga melakukan yang sama. Lalu untuk sementara, hilangnya Milton dan Mr. Blake terus-menerus dibahas di acara berita. Polisi datang untuk menginterogasi guru dan murid-murid. Aku juga ditanyai karena banyak yang menyebutku sebagai pacar Milton. Tapi aku memang tidak punya informasi apa-apa yang dapat membantu para polisi. Milton tidak pernah sekali pun menyinggung rencana pergi. Setahuku, rencananya malam itu adalah membawaku ke pesta dansa. Pastinya semua polisi itu mengasihaniku. Aku tidak peduli.

Tapi aku seharusnya tahu hal ini akan terjadi. Yang sebenarnya, aku memang tahu. Aku sudah berulang kali memperingatkan diriku bahwa kami tidak mungkin untuk selamanya. Aku juga sudah berpikir untuk memutuskannya. Aku punya cukup waktu untuk mempersiapkan mental menghadapi ini, menghadapi hari-hari tanpa dirinya.

Tapi sekarang, setelah ini benar-benar terjadi, ini sangat menyakitkan seolah hatiku telah terpanggang sampai kering dan gosong, kemudian ditumbuk sampai menjadi serbuk. Setiap kali foto Milton tampil di TV, hatiku dipenuhi keputusasaan. Mungkin aku bisa belajar hidup dengan pengetahuan bahwa dia memang harus meninggalkanku—atau dia memang ingin meninggalkanku—asalkan aku tahu dia baik-baik saja.

Ketidakpastian ini benar-benar membunuhku.

***

Roger

Mungkin butuh waktu, tapi sang putri pasti akan melupakan anak lelaki itu. Dia harus. Dari awal memang tidak pernah ada masa depan untuk mereka berdua.

***