S. Neighbors
Rumah kosong yang posisinya persis di samping rumah Chiko akhirnya memiliki penyewa. Tentu saja Chiko langsung lega bukan main. Selama ini dia selalu was-was tiap kali membuka pintu jendela kamarnya yang langsung menghadap ke arah rumah itu. Pokoknya Chiko parno bukan main. Dia takut malah melihat yang tidak-tidak. Untung saja semua kekhawatiran itu resmi berakhir hari ini.
Penyewanya adalah sepasang ibu-anak bertampang bule. Mereka punya kulit putih bersih, rambut cokelat kepirangan, dan mata biru yang cemerlang. Chiko hanya bisa mematung di samping ayahnya saat mereka berdua datang berkunjung ke rumah. Terbersit keinginan untuk bersembunyi saja di kamar, tapi rasa ingin tahunya jauh lebih besar.
"Hello! Plis kom in. No need to sungkan-sungkan."
Ingin rasanya Chiko menepuk jidat mendengar logat yang canggung itu. Bahasa Inggris papa ternyata tak kalah memalukan. Dua orang itu tersenyum sopan.
"Terima kasih." Sang ibu menjawab. Dia menyerahkan bungkusan di tangannya. "Ini, Pak, tanda perkenalan dari kami."
Ternyata mereka bisa berbahasa Indonesia dengan lancar.
Papa menerima bingkisan itu sambil tertawa salah tingkah, sepertinya sadar kalau dia baru saja mempermalukan diri sendiri.
Kedua tamu itu dipersilakan duduk. Dari obrolan itu, Chiko jadi tahu bahwa sang ibu bernama Silvia dan anaknya biasa dipanggil Oliver. Selama ini mereka tinggal di California, hingga akhirnya memutuskan pindah ke Indonesia setelah rumah mereka kebakaran.
"Kalian pindahnya jauh juga, ya?" Papa mengangguk-angguk.
"Begitulah," jawab bu Silvia yang entah kenapa tampak enggan untuk membahas lebih jauh. "Kalau begitu mohon bantuannya ya, Pak. Semoga kita selalu rukun."
Oliver ternyata sebaya dengan Chiko dan alangkah bahagianya dia begitu tahu tetangga barunya itu akan bersekolah di tempat yang sama dengannya. Dengan senang hati, demi mempercepat pendekatan, Chiko mengajaknya bermain di kamar.
"Oliver, ayo ke kamarku! Aku baru beli game baru!"
"Oh, ya?" Oliver tampak tertarik. "Game apa?"
"Alien Shooter! Nanti kita bunuh alien sebanyak-banyaknya!"
Mendadak wajah Oliver tampak agak memucat. Dia bertukar pandangan dengan ibunya sekilas. Wanita itu hanya tersenyum tipis--entah kenapa seperti terkesan dipaksakan--dan menganggukkan kepala.
"Ayo." Oliver bangkit dari duduknya. "Aku nggak sabar pengin coba game-nya."
Perasaan Chiko saja atau memang suara Oliver barusan terdengar agak bergetar?
***
TEMA 19:
***
a/n:
Si anak yang disuruh bapaknya beli rokok ke warung malah harus dipertemukan sama alien ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top