P. Lion
Aku mau ketemu bunda.
Putra hanya bisa menahan tangis sambil terus bersembunyi di balik pohon. Geraman rendah khas binatang buas terdengar tidak jauh. Dia sampai harus membekap mulutnya dengan tangan saking takutnya hewan itu akan mendengar suara napasnya.
Aku mau pulang.
Situasi di sekelilingnya mendadak hening. Putra mencoba mengintip, berniat memastikan "sesuatu" yang mengejarnya itu sudah pergi dari sana.
Tidak ada.
Hanya ada dia seorang di tengah hutan belantara itu. Putra mengembuskan napas lega. Sekarang dia harus mencari jalan untuk pulang dan--
Seekor singa mendadak muncul dari semak-semak dan berlari cepat menerjang. Putra berteriak sejadi-jadinya. Ternyata dia salah. Situasinya masih belum aman.
Sebenarnya mau sampai kapan makhluk buas itu mengejarnya?
Dia bahkan tidak ingat sudah berbuat salah.
Kali ini pun, Putra kembali berlari sejadi-jadinya. Dia berlari sambil sesekali menoleh ke belakang. Singa di belakangnya semakin mempersempit jarak.
Sialnya, dia tidak tahu di depannya ada jurang.
Putra merasakan kakinya kehilangan pijakan dan tubuhnya tertarik ke bawah. Setelah beberapa detik yang terasa cukup lama, tubuhnya menghantam air.
Sekujur tubuhnya basah dalam sekejap.
***
"PUTRA!"
Putra terbangun dan segera duduk. Napasnya ngos-ngosan.
"Ya ampun! Sudah berkali-kali Bunda panggil, tapi kamu nggak bangun-bangun."
Sekarang Putra merasa ingin menangis melihat sosok bundanya yang sedang berdiri di ambang pintu. Kedua lengannya tersilang di dada. Bunda marah, tidak salah lagi, tapi Putra benar-benar lega melihat sosok itu.
"Ayo cepat mandi! Nanti kamu telat--loh, kamu kenapa, Nak?"
Dan Putra benar-benar menangis. Bunda segera datang memeluknya.
"Kamu mimpi buruk, ya?"
Putra tidak menjawab. Rasa takut yang amat sangat saat dikejar Singa masih tertinggal.
"Mimpi apa, sih? Tunggu. Bau ini kan ...." Bunda mendadak terdiam. Cuping hidungnya agak kembang-kempis, seperti sedang berusaha mengendus sesuatu. "Oalaaah, kamu ngompol, ya?"
Putra menyibak selimutnya dan benar saja. Bagian tengah seprainya sudah basah dan menguarkan bau yang khas. Dia langsung merengek.
"Bundaa, jangan ketawa!"
***
TEMA 16:
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top