H. Sculpture

Hanny tidak paham apa yang spesial dari tiga patung kawat di depannya. Selain karena tidak paham dengan kawat-kawat ruwet yang saling melilit rumit itu, posisi mereka juga tampak aneh di matanya. Satu patung sedang bermain saksofon, sementara dua lainnya seperti tengah memainkan terompet. Konsep orkestra, barangkali? Namun, bukan itu hal yang paling penting saat ini. Hanny tahu kalau yang ada di depannya adalah karya seni, tapi memangnya patung-patung ini sehebat apa sih, sampai membuatnya dicueki sang suami sampai seperti ini?

"Mas, udah dong." Dia mulai merengek. Matahari sudah makin tinggi dan mereka masih terjebak di satu tempat ini. "Kita udah hampir sejam di sini."

"Sebentar, Sayang. Coba deh kamu perhatikan ini." Genta mencondongkan tubuh ke arah sebuah patung kawat yang posenya seperti bermain saksofon. "Lihat detail yang cantik ini!" Dia berseru dengan menggebu-gebu. "Lilitan yang begitu sempurna. Proporsi yang sangat realistis. Lalu ...."

Hanny tidak lagi menyimaknya dan hanya bisa mengembuskan napas berat. Kuliah Genta barusan hanya masuk telinga kiri, lalu keluar dari telinga kanan. Bagaimana pun juga, ini sudah risikonya menikahi maniak seni macam Genta.

Awalnya mereka berniat bulan madu ke Roma, tapi Hanny langsung menolak. Dia memang belum pernah ke sana, tapi demi efektivitas liburan mereka, dia lebih memilih mencoret negara itu dari daftar destinasi bulan madu. Tahu sendiri kan Roma itu seperti apa? Di sana museum, patung, dan bangunan-bangunan antik tersebar di seluruh penjuru kota. Bisa-bisa Genta lebih fokus pada tur seni dibandingkan istrinya sendiri.

Bulan madu pun dialihkan ke Singapura. Lebih dekat, lebih hemat, dan Hanny pikir mereka bisa berbulan madu sekalian berbelanja. Namun, sekarang di sinilah dia, terjebak di depan patung kawat karena Genta masih belum berniat beranjak. Padahal menurutnya masih banyak spot-spot bagus di Pulau Sentosa yang menunggu untuk dijelajahi.

"Iya, deeh. Masa' gitu aja marah?" Genta akhirnya melepaskan fokus dari patung-patung kawat itu. Akhirnya! "Ayo, ke tempat berikutnya."

Hanny segera menggandeng lengan suaminya dengan hati riang. "Ke mana? Shopping?" tanyanya penuh harap. Setelah terus-terusan melihat patung kawat itu, matanya perlu dimanjakan dengan barang-barang yang cantik dan lucu

"Museum Madame Tussauds."

Dia langsung merasakan firasat tidak enak begitu mendengar kata 'museum'. "Di situ ada apa aja?"

"Patung lilin--"

"Patung lagi?" Hanny berseru tidak percaya.

"Ini bakalan menarik. Percaya deh sama aku." Genta berusaha membujuk. "Patung lilinnya seukuran tokoh aslinya. Ada Michael Jackson, Ratu Elizabeth, Barack Obama."

Hanny melengos cuek. Dia masih tidak tertarik.

"Ada zona K-wave juga. Kamu bisa lihat patung lilinnya artis Korea dan--"

"Di san ada Lee Minho?"

"Eh? Kayaknya sih ada. Ada patung lilin aktor-aktor lain juga."

Jawaban itu membuat Hanny harus menahan diri agar tidak berteriak. "Tunggu apa lagi, Mas? Ayo ke sana!"

Sekarang giliran Hanny yang merasa antusias. Ini baru namanya win-win situation. Genta bisa berkutat dengan patung-entah-siapa, sementara dia bisa bertemu dengan oppa-nya! Yah, walaupun cuma dalam bentuk patung lilin.

Di belakangnya, Hanny mendengar Genta bersungut-sungut.

"Kok aku punya feeling kalau habis ini giliranku yang bakalan dicuekin."

***

TEMA 8:





(Setelah cek pakai Google Lens ternyata di spot itu patungnya ada 3. Bukan cuma 2 kayak yang ada di foto.)

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top