【9】Masuk ke dalam Dunia Lain

"CIUM BIBIRNYA!"

Deg!

Kenapa harus bibirnya, Moses sih? Jika, Moses mengetahui bahwa aku mencium bibirnya. Bukankah aku yang terlihat mesum.

Tapi, Aku ingin pergi menyelesaikan masalah yang ada di dunia lain sana. Agar aku tak merasakan gangguan dari makhluk lain itu.

Baiklah, butuh persiapan mental, nih. Aku pasti bisa mencium bi... bibirnya!

Aku membenarkan posisi badannya dari yang tadinya tidur ke posisi duduk. Aku memandangi wajahnya yang hanya berjarak 5 inchi. Oh, Ya Tuhan. Kenapa orang ini begitu menawan?

"Maaf Moses, bisa kau berikan bibirmu? Aku sedang berusaha untuk membantumu di dunia lain sana. Untuk membebaskan jiwamu kembali dan mematahkan rantai yang membelenggu ini," kataku seraya memeluk erat tubuh Moses dan wajahku memerah seperti tomat.

Cup. *Aku mencium bibir Moses*

🎑🎑🎑

Bzztt!

"I... Inikah dunia lain itu?" kataku dengan mengucek kedua mataku dengan kedua tanganku berulang kali. Ini bukan mimpi kan? Masa iya sih? Aku mencium bibir Moses lalu, bisa masuk ke dalam dunia lain ini?

Aku keluar dari pintu yang ada pada pohon tua berlumut ini. Suasana di sekitarnya sekilas sama saja dengan hutan yang ada di dunia manusia. Ada suara binatang liar dan bunyi tetesan air yang tak jauh dari lokasiku tiba di dunia lain ini.

Wah, ada cahaya terang dari belakang pohon berpintu mungkin saja itu jalan keluar untuk menemukan Moses. Tapi, apakah aku bisa bertemu dengan Nana dan Pinky di sini ya?

Duh, aku benci kenapa hutan ini lumutnya banyak sekali. Di dunia lain ini ada yang berbeda, ranting di sini bisa bergerak naik dan turun secara berurutan. Lumut di sini sepertinya bisa berpindah tempat, seperti yang barusan lumut yang tadinya ada di ujung ranting kini ada di batang pohon.

"Ugh! Ngeri! Terus aku harus memakai pakaian apa ya? Pakaian ini begitu mengusikku berjalan di dalam hutan dunia lain ini," keluhku.

Percuma saja, Vel. Tidak akan ada yang mendengarkanmu. Andai di sini ada Moses, mungkin dia bisa membantuku.

"Kalau ada apa-apa, cukup panggil namaku dan aku akan menghampirimu."

Tetapi, aku tak boleh mengandalkan bantuannya. Huh! Dasar Moses bodoh! Nana dan Pinky juga entah pergi ke mana. Aku kesal sekali!

Aku berjalan lagi dan beristirahat sejenak di torii dengan ornamen dan garis-garis lengkung. Dua batang palang di bagian atas terdiri dari palang kasagi dan palang shimaki yang bersusun, sementara palang bagian bawah yang disebut nuki. Kedua tiang penopang didirikan tidak tegak lurus dengan tanah (sedikit miring). Seperti bangunan yang kubaca di buku.

Torii di sini kotor sekali, banyak ditumbuhi oleh lumut banyak sekali. Toh, wajarlah kalau kotor. Namanya juga tidak ada yang membersihkan di dunia lain ini. Oh, tunggu dulu sepertinya ada kuil di sana.

🎑🎑🎑

Kudaki satu persatu anak tangga yang ada hingga, sampailah diriku pada anak tangga yang terakhir.

"Huft, cukup tinggi juga dari lokasi pohon pintu tadi," ucapku sembari melihat ke sekeliling kuil dan menengok ke atas. Aku bisa melihat sinar matahari yang masuk ke dalam puing-puing kuil yang berumur tua.

"Apa yang Anda cari di sini?" tanya seseorang dari atas atap kuil.

"Ha? Si.. Siapa yang berbicara? Keluarlah!" Aku memasang kuda-kudaku dan menggulung buku yang kubawa tadi ke atas.

"Ups! Maafkan saya karena tidak sopan, Nona atau haruskah kau kupanggil dengan nama Tuan Puteri?" Pertanyaan itu lagi, ketika mendengarnya panaslah telingaku dan perasaan dalam hatiku bercampur aduk.

"Siapa gerangan kau! Munculah atau aku–" Belum juga selesai berbicara kepadanya, tiba-tiba dia memelukku erat dari belakang.

"Sshh... Tidakkah ada perasaan rindu dari lubuk hatimu? Apakah aku begitu mengesalkan hingga kini kau mengacuhkanku? Ahh~ Maaf, aku memang laki-laki yang egois," pekiknya.

Aku menitihkan air mataku, badanku mulai gemetaran dan aku menutupi kedua wajahku dengan tanganku. Lagi-lagi, suara yang kurindukan terdengar hangat dan seolah nyata di telingaku.

"Apakah kau Moses?" tanyaku pelan.

"Tuan puteri, maaf kalau boleh tahu. Bisakah kau berbicara lebih jelas lagi? Suara gemericik air di dekat kuil begitu berisik," pintanya sambil berjalan ke luar.

"Aku bilang, APAKAH KAU MOSES YANG AKU CARI?!" Bentakku dengan keras. Rasakan akibatnya, karena telah menggodaiku.

"Wah... Wah! Nampaknya kau harus berlatih tentang tata krama ya, Tuan Puteri Vella~" tangannya menyentuh pipiku.

Plakkk–!

Aku menagkis tangannya yang sedang memgang pipiku.

"Kau.. Kau! Bisa-bisanya kau bercanda di situasi yang berbahaya seperti ini. Apa yang kau lakukan di sini sendirian? Kau mencoba tuk melindungiku? Jangan bodoh! Kau sendiri saja tak bisa menjagaku agar aku tetap di dunia manusia, Hiks..!" 

"Baguslah kau marah kepadaku. Iya, akulah Moses yang kau cari-cari. Maaf karena, aku tak sempat menemuimu sewaktu kau siuman, maaf karena aku telah mengecewakanmu." Jawab Moses.

"Terserah kau saja. Tapi, kau harus bertanggung jawab atas kejadian memilukan ini! Apapun caranya," ketusku.

"Hah? Aku bertanggung jawab? Memangnya aku melakukan apa? Tu.. Tunggu dulu, kenapa kau bisa sampai di dunia lain ini? Kau kan seharusnya bersama dengan Nana dan Pinky!" ucap Moses sambil menunjuk ke arahku dan skak mat sudah.

Dia curiga dengan caraku bisa sampai di dunia lain ini. Ya Tuhan, kenapa aku sama bodohnya dengan dia!

"Huh! Aah~ Asal kau tahu saja ya! Ka... Karena kau! Ka.. Kau! Kau..."

Tsk! Kenapa aku menjawab dengan ragu-ragu seperti ini.

"Aku? Aku kenapa? Aku ngapain kamu, Vel?" tanyanya dengan wajah yang tinggal berjarak 5 inchi dari wajahku. Gawat! Gawat sekali! Dia menginginkan sebuah jawaban, entah kenapa aku tak bisa berbohong di hadapannya.

Blush~

"Hei, Vel. Kenapa wajahmu
merah padam seperti tomat? Kau mem"

"KA..U! KAU SU.. SUDAH MENCURI CI... CI... CIUMAN PERTAMAKU, BODOH!!!" bentakku sambil memejamkan kedua mataku.

🎑🎑🎑

"Woops! Uhuk.. Uhuk! Kenapa kau ha... garus menciumku? Dan lagi di.. di sini?!" tanyanya sekali lagi sambil menunjuk bibirnya.

"Ehm.. I.. Iya di situ, di bibir! Jujur saja, yang menyuruhku untuk menciummu adalah, Kak Berta! Dengan cara itu aku bisa masuk ke dalam dunia lain yang ane– Umph! Umph!!" mulutku dibekap oleh Moses. Ugh! Moses sialan!

"Sst... Diamlah! Sepertinya ada seseorang yang mengikutimu! Baiklah terserah siapa yang menyuruhmu menciumku. Lagipula, sudah semestinya aku bertanggung jawab atas ciuman pertama-mu karena, hal itu berlaku juga padaku," jelasnya panjang lebar.

Apa? Ja... Jangan-jangan, yang dimaksud "hal itu berlaku juga padaku" adalah, itu ciuman pertama untuknya? Ah! Bisa gila berat ini! gumamku sambil menatapnya penuh amarah.

Sepertinya, tadi aku mendengar suaraTuan Moses dan Nona Vella. Andai saja kau tidak menghilang. Bikin susah saja.

Wah.. Baru pertama kali ini. aku melihat ekspresi Nana yang marah.

Ya maaf sajalah. Aku tidak sengaja menghilang dan tersesat. Dunia manusia mengerikan sekali, aku hampir saja tertabrak oleh benda kotak. Untung aku transparan.

Hahah... Benda kotak? Yang dimaksud itu, mobil? Lucu sekali kau, Pinky. Aku menepuk-nepuk tangan Moses yang masih membekap mulutku supaya, dia mau melepaskan tangannya dari mulutku.

"Aarrghh!!!"

『Suara siapa tadi itu? Seperti suara seseorang yang berteriak kesakitan.』

「Iya. Aku juga mendengar suaranya. Hei! Siapa saja kau, keluarlah! Sebelum perempuan ini marah-marah.」bentak Pinky.

"Cepat keluar sana!" bisikku pelan-pelan.

"Tsk! Kurang ajar kau, Vel!" ketus Moses.

🎑🎑🎑

"Hei! Ini aku, Tuan Moses yang kalian cari dan ini dia tuan puteri menyebalkan yang kalian banggakan!" kata Moses sambil mendorong badanku ke arah Nana dan Pinky.

Oh, ternyata itu hanya kalian. Kukira kami akan bertemu dengan pendeta gila seperti di dunia manusia. Yang berusaha mengusir kami.』jelas Nana dengan ekspresi wajah lega.

Ho.. hoi, kau, Tuan Moses! Kenapa kau baru muncul sekarang?

"Kenapa masalah bagimu? Aku kan sudah mengirimi kalian hologramku ke dalan pikiran Tuan Puteri Vella," jelasnya dengan enteng.

Huh? Hanya itu saja?! Kau tak tahu betapa dia mengkhawatirkanmu?」bentak Pinky yang seolah membuatku terkejut.

"Iya aku tahu, kok! Dia sebegitu khawatirnya padaku hingga harus menciumku untuk menyusul cintanya sampai ke dunia lain," jawabnya sambil memnunjukkan evil smile-nya. Kau adalah laki-laki terjahat yang pernah kukenal Moses.

Reaksi Nana dan Pinky benar-benar bagus! Beberkan saja semuanya kepada Nana dan Pinky. Rasa malu ini membuatku tak tahan ingin memukul wajah Moses.

🎑🎑🎑

Moses POV

Nah, sekarang bagaimana aku menjelaskan situasinya kepada mereka. Setelah sekian lamanya aku menyembunyikan kehadiranku kepada mereka. Mereka marah tidak ya? Sudah jelas marah kan, ya?

"Em... Begini. Boleh aku memberikan penjelasan sekarang?" Setelah aku mengatakan demikian, mata mereka semuanya tertuju padaku.

"APA?!!!"

Tuh! Ekspresinya kelihatan banget kalau mereka marah kepadaku.

"Maaf, aku mendadak menghilang dari kemarin. Aku datang ke dunia ini untuk mencari sesuatu yang hilang dan menyelidiki tentang kutukan rantai yang membelenggu antara dunia ini dan dunia manusia," jelasku sambil menundukkan kepala.

Kau tidak setia pada Nona, Tuan Moses.』kata yang diucapkan oleh Nana menusuk hatiku.

Tunjukkan rasa penyesalanmu dengan duduk membungkukkan badan di hadapannya!」Hh.. Memangnya dia siapaku, memberi perintah seenak jidatnya.

"Hei! Jaga ucapanmu, bedeba–" aku yang terlanjur emosi ingin menyelesaikan masalah ini dengan memberikan pukulan tetapi,

Bruk!

Tanpa kusadari Vella menghadangku dan membuat tubuhnya tumbang begitu saja.

Aish! Apa yang kau lakukan dasar bodoh! Kau tak pantas menyebut dirimu seorang lelaki sejati, karena kau telah memukul Tuan Puteri!」Bentak Pinky.

Argh! Dari awal aku memang tak menyukainya. Kami saling berbeda pendapat dan dia sungguh menyebalkan menurutku.

"Maju kau kalau berani!" tantangku.

「Ayo, siapa takut!」

Dan kami pun langsung maju secara bersamaan dan tiba-tiba...

Bruakkk!

Aku dan Pinky ikut-ikutan tumbang karena ada yang menarik kencang kain celana kami.

"Sakit woi, dasar perempuan bar-bar!" rintihku sambil memegang kepala dan Pinky memegang pantatnya. Awww! Aku yakin itu pasti sakit sekali.

「Sakit Tuan Puteri! Tolong maafkan perbuatanku tadi.」pekik Pinky dengan terus memegangi pantatnya.

Vella yang melihatnya hanya tersenyum misterius seperti menyembunyikan niat yang sebenarnya. Lalu, Vella membalikkan badan menghadap ke arahku.

"Tuan Moses, bisakah kau tenang sedikit. Kau membuatku ingin sekali untuk, memberikanmu ciuman termanis yang kumiliki~" godanya dengan suara manis yang membuat jantungku berdegup kencang.

"Ha? Hahaha... Jangan salah ya, aku... aku tak mengharapkan ciuman darimu," Apakah perkataanku seolah membuatnya percaya bahwa sebenarnya, aku mengharapkan ciuman termanis itu? Dasar Moses kau, bodoh! Bodoh! Bodoh!

Plakkk!

Vella mendaratkan tamparan tangannya tepat di mulutku dengan sepenuh tenaga. Mampus! Apa sih yang sudah kukatakan. Hh.. Jangan diingat-ingat. Aku sungguh malu berat, aku bahkan lupa kalau Pinky masih ada di sini.
Benar! Terserah kau! Tertawalah sepuasmu selagi kau bisa! Puas?!  batinku dalam hati sambil mengepalkan tanganku ke arahnya.

"Nana seharusnya kau tadi membekukan mereka berdua saja agar mereka tahan duduk membeku di sini selama bertahun-tahun," jelas Vella sambil bangkit berdiri.

Maafkan saya, Nona Vella.

A... Apa yang barusan Vella katakan? Dia akan membuatku dan Pinky duduk membeku bahkan mungkin sampai lumutan di sini? Tidak mungkin! Aku tak mau, woi!!!

Maafkan saya Nona. Saya tak sudi duduk membeku bahkan sampai lumutan di sini dengan orang tak jelas seperti dia.

Orang tak jelas, ya? Terdengar unik sekaligus, menyenangkan. Terserah deh, dasar banci!

🎑🎑🎑

"Uhuk.. uhuk! Hei, Tuan Puteri ah tidak.. tidak... sebaiknya kau kupanggil dengan nama panggilan yang lain," aku berdeham di dekatnya. Namun dia hanya diam saja tak bergeming.

"Hei.. perempuan bar-bar! Kalau dipanggil menjawab dong!" seruku.

"Hei Bejo-ku sayang. Bisa tidak mulutmu kau jahit sekarang? Aku sedang terkesima melihat pemandangan dari atas sini," jawabnya enteng tanpa mengalihkan pandangannya dari apa yang Vella lihat.

"Dunia lain ini sungguh menakjubkan! Mungkinkah ini dibangun oleh manusia yang ada di sini? Maksudku... Lihatlah bangunan kuil ini berdiri kokoh tepat di atas air terjun! Pantas saja daritadi aku mendengar suara air yang jatuh dengan derasnya," sanjung Vella dengan senyum merekah di wajahnya dan tanpa sadar menggandeng tanganku.

"Hoo~! Sekarang lihatlah siapa yang sudah berani menggodaku dengan menggandeng tanganku. Teruslah genggam tangan ini dan hati pemilik tangan ini ya!" kataku sambil menunjukkan wajah menyeringai.

"A... A... Apa-apaan sih?! Siapa yang sudi menggenggam hatimu dan tanganmu!"

Blush~

Hmm... Vella memang mudah sekali untuk ditebak, akupun tahu bahwa sebenarnya dia ingin menggenggam tanganku lebih lama. Arghh! Vella kau membuatku semakin menginginkan dirimu.

Semakin aku menggodamu, semakin pula aku menginginkan dirimu seutuhnya.

🎑🎑

Hei, Tuan Moses! Setelah ini kita akan pergi ke mana? Aku sudah lama tak mengunjungi dunia ini.』kata Nana dengan menatapku serius.

"Inilah saatnya, kau percaya dengan arahan dariku. Selanjutnya, kita akan pergi bermain air!" seruku.

Apa-apaan itu? Kau kekanak-kanakan sekali, Tuan. Sepertinya kami tak bisa mempercayaimu lagi jadi, selamat tinggal.』Nana mengucapkan salam perpisahan dan diikuti oleh Vella dan Pinky. Huh! Susah sekali mengajak mereka untuk bercanda.

"Hei! Kan kau sudah mengerti situasinya bahwa pusat dari dunia lain sedang kacau karena pemimpin mereka telah menghilang. Maka dari itu, kita harus melakukan sesuatu layaknya air yang tenang. Ketenangan membuat mereka tak menyadari keberadaan si Tuan Puteri satu ini!" jelasku sambil menjitak kening Vella.

"Sakit, bodoh!" rintih Vella sambil memegangi keningnya dengan kedua tangannya. Aku hanya menjulurkan lidahku ke arahnya.

"Pokoknya kita harus menyamarkan hawa keberadaan Tuan Puteri kalau tidak nyawa yang jadi taruhannya! Mengerti? Sekarang mari ikiut denganku masuk ke dalam sini! Ini adalah jalan yang dibuat khusus oleh pendiri kuil," jelasku panjang lebar.

Mereka semua menatapku dengan wajah yang terkejut dan tidak percaya. Pikirnya, "Mana bisa aku oercaya dengan orang yang bersikap semaunya sendiri tanpa, melihat untung ruginya bagi orang lain," batin mereka dalam hati.

"Hhh... Ya sudah kalau kalian masih tidak percaya kepadaku. Aku juga tak memaksa kalian untuk percaya, tetapi nyawa Tuan Puteri bisa diselamatkan jika, Tuan Puteri berada di jalan yang kuarahkan. Tenang saja, aku tak akan menyakitinya," ucapku kepada Nana dan Pinky untuk tak meragukanku.

"Moses kalau boleh tahu berapa sih umurmu?" tanya Vella. Eh, tumben sekali dia perhatian kepadaku. Ada apa, nih?

"Umurku? Seumuran kakakmu seharusnya, tapi waktu hanya membekukannya jadi, tak masalah," jawabku dengan perkataan yang enteng.

"Ohh... Begitu," jawabnya dengan bernafas lega.

"Begitu apanya? Aku tak percaya kau hanya ingin mengatakan itu? Bukan ingin mengatakan bahwa Aku menginginkan dirimu atau menikahlah denganku?" godaku.

Aku egois dan jahat, ya. Yah~ Aku tidak menyesalinya karena, aku bisa melihat warna merah padam di wajahnya sudah membuatku senang. Entah kenapa, setiap kali kugoda dia marah membuatku menyadari itulah sisi imut dari dirinya.

"Aku menyukaimu setiap saat baik saat kau marah, sedih, bahagia atau lainnya. Karena setiap ekspresi yang kau tunjukkan kepadaku, membuatku menyadari kaulah yang paling menggemaskan," pekikku sambil melingkarkan tanganku di pinggang Vella dan lagi-lagi Vella tersipu malu lalu, marah-marah kepadaku.


🎑🎑🎑


"Hh... Sialan kau Moses!!! Huwaaa... Aku malu sekali!"–Vella

"Aku masokis ya?"–Moses

"Sepertinya Tuan Moses tidak bisa dipercaya sebagai penunjuk arah," –Nana

"Awas saja kau, Tuan Moses! Aku akan membalasmu!"–Pinky


Vomment juseyooo~
💞🎑💞

Update selangkah lebih maju, karena ada niatan buat update.

Oh iya! Hati-hati kehujananan, gaes. Soalnya udah mulai musim hujan.
☔☔☔

🎇🎇🎇
"SELAMAT HARI KESAKTIAN PANCASILA!"

#1OKTOBER2017

.
.
.

–See you–

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top