【6】Kunci
Vella POV
– Flashback. Mode ON –
Dingin sekali langit pada malam itu, aku merasakan kesakitan yang mendalam berasal dari dalam hati dan kepalaku. Sakit yang tak terelakan.
Ah, sepertinya aku mendengar suara tangisan anak kecil. Dia terlihat begitu sedih dan rapuh namun, ia sembunyikan kesedihannya itu di dalam rimbunnya tumbuhan mawar yang ada di taman.
Anak kecil itu, selalu menunggu seseorang entah apa yang dia nantikan. Tak sedetik pun, ia lewatkan untuk bertanya pada orang yang lewat berlalu lalang. Meski mengalami penolakan dan caci maki, ia tetap tegar dan tak putus asa.
"Aku ingin dibacakan buku ini atau bisakah kau pertemukanku dengan kedua orangtua ku?"
Begitulah yang selalu dia katakan namun, orang yang lewat selalu ketakutan hanya sekedar melihat cover-nya. Buku yang berisi gambar monster dengan cerita dibaliknya tapi, tak ada yang bisa membaca tulisannya.
Bertuliskan huruf kanji Jepang.
🎑🎑🎑
Hari itu, aku melihat dari kejauhan. Anak kecil itu, berlarian mencari tempat untuk berteduh dari derasnya air hujan di siang hari.
"Hah~ sudah kuputuskan orang yang bisa membacakan buku bergambar ini adalah orangtuaku! Semoga hujannya cepat reda," pekiknya dengan memeluk buku bergambar itu dalam dekapannya dan sambil tersenyum polos.
Apakah dia begitu bodoh sehingga, menganggap orang lain yang bisa membacakan buku itu sebagai orangtuanya? Pikirannya hanya untuk bertemu dengan sosok yang ia rindukan.
"Sayang, sebaiknya kita berteduh di sini saja," ucap seorang istri kepada suaminya. "Wah, iya kau benar sayang. Ini salahku karena lupa untuk membawa payung," jawab suaminya.
Si anak berusaha memberanikan diri untuk menyodorkan buku bergambar kepada sepasang suami-istri tersebut.
"Permisi, maaf mengganggu. Bisakah Tuan dan Nyonya membacakan buku ini untukku. Aku tak tahu cara membacanya. Hatchi–!" pintanya dengan wajah yang polos dan badan yang mulai kedinginan.
"Apa yang terjadi padamu, nak? Apa kau tak mempunyai kedua orangtua? Badanmu menggigil, kurus dan sangat kusut," kata si suami.
"Aku tak mempunyai kedua orangtua. Tetapi, ada yang memberikan ini padaku dan bilang kalau ada yang bisa membaca buku ini. Aku akan menjadi bagian dalam keluarga mereka!" serunya kegirangan.
Sepasang suami-istri itu, hanya duduk terpaku dan saling bertukar tatapan satu sama lain. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh anak ini? Senyumannya yang begitu tulus seolah, tak ada beban di hidupnya.
Tiba-tiba, pelukan hangat mendarat di badan mungil si anak. Si istri tak kuasa menahan tangis hingga, memberikan jaketnya untuk si anak. Sang suami berusaha keras untuk membacakan buku bergambar itu. Mereka ingin memikul beban si anak.
"Mungkinkah ini balasan Tuhan untukmu, sebagai ganti telah menghamba seumur hidup?"
"Maafkan saya, nak. Saya hanya bisa membaca bagian terakhir dari buku ini. Kemungkinan adik ipar saya bisa membaca tulisan ini," katanya dengan berpikir cukup keras sehingga, kedua alisnya seperti menyatu.
Bukan ekspresi sedih yang ia lontarkan namun, perasaan bahagia karena, akhirnya ada tempat untuk pulang bagi dirinya.
"Nak, kenapa kau menangis? Apakah ada yang sakit?" tanya mereka berdua. Si anak hanya tersenyum dengan menangis, rupanya ia terharu. Perjuangannya selama ini membuahkan hasil yang manis.
"Entah kenapa rasanya, air mataku keluar begitu saja. Sepertinya lukaku telah terobati dengan kehadiran Tuan dan Nyonya yang sudi memandangku dan mengajakku berbicara. Terima kasih banyak, terima kasih!" ungkapnya dengan membungkukkan posisi badannya di depan mereka.
"Wah, hujannya sudah reda. Nak, ikutlah pulang ke rumah bersama kami. Ada saudaramu yang sudah menunggumu di rumah," ajak mereka berdua. Diraihnya kedua tangan yang kosong itu dan digenggamnya dengan erat.
"Aku pasti tidak akan melepaskan kedua tangan ini! Aku janji!"
Setelah berkata demikian, janji yang dikatakan oleh si anak yang kudengar dari kejauhan, seindah pelangi yang muncul setelah, hujan.
– Flashback. Mode OFF –
🎑🎑🎑
Ah, apakah itu semua hanyalah sebuah mimpi? Aku selalu berharap bahwa, pelangi itu juga menghiasi hari-hariku. Bukan hanya di dalam mimpi saja.
"Vel... Vella–!" teriak seseorang yang sumber suaranya tak jauh dari tempatku tidur.
"Vella! Sadarlah, kumohon!"
"Vel, bukalah kedua matamu!"
Ada seseorang yang menyebut-nyebut namaku.
"Vella, cepat bangun, sayang! Ini sudah hampir dua hari kau tak juga bangun," ucap seorang perempuan berusia paruh baya.
Aku buka kedua mataku dan aku gerakkan jari-jemariku mengarah ke atas langit-langit. Semua kondisi badanku masih utuh dan baik-baik saja. Aku menyentuh kedua pipiku yang basah.
Apa? Ada bekas air mata di sekitar pipiku. Apa mungkin aku menangis saat pingsan tadi? Mimpi yang kurasakan terasa begitu nyata dan menyentuh hatiku.
🎑🎑🎑
Aku tersadar dan mencoba untuk menelaah situasi saat ini. Sejauh mata memandang aku melihat sosok yang mirip sekali dengan mimpiku. Siapa lagi kalau bukan kedua orang tua angkatku.
Berarti yang aku mimpikan itu tentang, hari di mana ditemukannya aku oleh kedua orangtua angkatku. Berarti buku bergambar bertuliskan huruf kanji Jepang itu, kemungkinan masih ada.
Aku ingin sih, mencari tahu isi dibalik semuanya. Namun, lebih baik aku melupakannya sejenak dan memikirkan semua orang yang sudah menantikan diriku untuk segera sadar.
"Apa yang kalian lakukan? Kenapa berekspresi seperti... itu?" tanyaku kebingungan. Semua yang ada di atap rumahku ini telah berkumpul menjadi satu di dalam kamarku. Kecuali, Moses, Pinky dan Kak Max.
"Syukurlah nak! Kau baik-baik saja. Jangan seperti ini lagi," ujar mamaku dengan memberikan pelukan yang sangat erat.
"Uhuk... uhuk! Iya mah, maafkan Vella sudah membuat mamah khawatir," kataku.
Saat aku sedang memeluk mama, aku melihat bayangan di belakang mama.
Nana?!
"Nana, Apa yang sebenarnya terjadi? Kalau tak salah tadi aku pingsan lalu–?" tanyaku sambil berbisik-bisik ke arah Nana.
『Sebelumnya maafkan saya karena tidak hati-hati dalam melindungi Nona. Yang dikatakan oleh Nona benar. Saat ini Tuan Moses berusaha untuk mengeluarkan roh jahat di dalam tubuh Kakak Nona.』jawabnya.
"Lalu ke manakah perginya si Pinky?" tanyaku.
『Pinky membantu Tuan Moses membawa roh jahat itu kembali ke tempat sedia kalanya. Segeralah Nona patahkan rantai yang semakin membuat Anda tersiksa ini. Bahaya datang entah dari mana asalnya.』Pinta Nana dengan bersujud di hadapanku.
"Nana,
Rantai ini membuatku geram! Aku akan segera mematahkannya, Nana! Demi kebahagiaan keluargaku dan orang-orang yang aku sayangi.
🎑🎑🎑
Moses POV
Saat itu, kami tiba di depan rumah Vella. Anehnya Vella menatap kosong dan penuh ketakutan saat melihat ke arah kamarnya Kak Max. Suhu tubuhnya menjadi dingin dan perlahan-lahan dia mulai menutup kedua matanya. Lalu...
Brukkk!
Dia tergeletak di tanah karena pingsan. Karena rasa penasaran kami berdua, bergegas masuk ke dalam rumahnya Vella dan menerobos masuk ke dalam kamarnya Kak Max.
"Nana, tolong jagalah Vella. Biarkan dia terbaring di dalam kamarnya dan tunggulah sampai dia siuman," pintaku.
「Serahkan urusan ini kepada kami. Kami akan mencari jalan keluarnya dan jika sudah selesai kami akan menemui kalian di kamar Vella.」ujar Pinky dengan sombongnya. Nana hanya mengangguk dan membawa Vella dengan portal ajaibnya.
Aku yakin Nana akan menjaga Vella dengan baik, gumamku.
🎑🎑🎑
Aku memulai tahap operasi untuk mengeluarkan roh jahat sialan yang ada di dalam tubuh Kak Max, kakaknya Vella. Sedangkan, si Pinky bertugas untuk membawa kembali roh tersebut ke tempat asalnya berada.
"Hei, kau benar-benar bisa membawa roh itu kembali ke asalnya kan?" tanyaku dengan ragu.
「Jangan meremehkanku. Aku adalah penjaga dari gedung sekolah lama itu. Dengan kedua mataku ini, aku bisa mengetahui asal usul roh tersebut, hanya dengan sekali lihat. Kau mau mencobanya?」tawar Pinky.
"Apa-apaan kau? Dasar banci! Jangan bertindak sembarangan!" elakku.
「Pfft! Kenapa kau harus marah? Aku hanya menggodamu. Tenang saja aku ini penuh perhitungan.」jawabnya dengan tatapan mata yang membara. Tatapannya tak main-main, berarti dia serius menghadapi roh yang satu ini.
🎑🎑🎑
Setibanya di kamar Kak Max. Aku langsung masuk ke dalam dan memancing roh sialan tersebut agar keluar dari tubuhnya Kak Max.
"Hei, kau! Yang ada di dalam tubuh itu! Kau bawa ke mana roh aslinya? Cepat kembalikan dia!" perintahku sambil mencekik lehernya dengan tangan kiriku.
Bukannya segera keluar, roh tersebut hanya memandangku rendah dan menertawakanku. Sungguh rasanya aku ingin melenyapkannya. Namun, itu bukan yang Vella harapkan karena roh sialan ini, menggunakan Kak Max sebagai wadahnya.
'' Memangnya kau bisa apa? Aku sengaja menggunakan wadah ini. Untuk memancing Tuan putri ke dalam duniaku. Mungkin waktu yang akan membawanya kepadaku, Tuan Moses!" ejeknya dengan tersenyum sinis.
Hah? Tunggu dulu, dia bilang Tuan Putri? Apakah Vella adalah si Tuan Putri? Tapi, dari mana dia bisa mengetahui namaku?
"Apakah kau sedang mencobaiku? Keluarlah dari tubuh ini dan jangan pernah muncul di hadapanku dan Vella!"
Freez–!
Aku berhasil mengeluarkan roh tersebut dari dalam tubuh Kak Max walaupun, cukup berantakan.
「Wow, Aku tahu memang dari awal kita tak bisa terlalu dekat. Namun, kau mengakhirinya hanya dengan sekali serangan yang cukup berlebihan, Tuan Es.」Pekik Pinky.
"Hei Pingky! Diam dan cepat buang dia ke asalnya!" ketusku dengan membiarkan es di sekitar kamar membeku.
「Akan kulaksanakan sesuai perintahmu, Tuan. Tapi, kenapa dia memanggil seseorang dengan ssbutan, "Tuan Putri"?」gumam Pinky dengan menyeret roh tersebut dan melemparkannya ke dalam portal miliknya ke atas.
🎑🎑🎑
Setelah itu, aku mengunjungi Vella dan Pinky sudah ada di dalam kamarnya. Aku ragu untuk masuk ke dalam. Senyuman Vella tak ada yang palsu, dia tersenyum layaknya seorang anak kecil yang sedang menunggu seseorang.
Vella, sebisa mungkin kau harus selamat dan teguhkan hatimu untuk melewati segala rintangan ini. Semoga orang yang kau tunggu selalu, berada di sisimu.
Perlahan aku berjalan menjauhi pintu kamar Vella dan pergi ke suatu tempat yang tak diketahui oleh Vella. Tempat rahasia di dalam Perpustakaan gedung lama.
Kami yang bukan berasal dari dunia ini, memiliki portal masing-masing dan portal yang biasa kami gunakan mungkin sangat berisiko terhadap manusia. Tapi, anehnya itu tak berlaku bagi Vella.
Siapakah wujud Vella yang sebenarnya? Apakah dia benar-benar berasal dari dunia manusia atau dari dunia tempat kami berada?
"Kalau tak salah, ada sesuatu di dalam perpustakaan ini," pekikku.
Aha! Ini dia aku menemukan buku tebal yang sudah begitu lapuk ini.
Phuh! Phuh!
Aku meniupi buku tebal itu sehingga, membuat debunya berterbangan ke langit-langit.
"Buku yang berisi tentang rantai kutukan yang membelenggu ini, benar-benar mengerikan," ucapku pelan.
Aku sudah tahu sejak pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini, terlebih-lebih saat aku menjadi roh bergentayangan ini.
Tapi, entah mengapa sejak saat itu juga aku bisa mengeluarkan elemen berwarna biru yang tak sewajarnya dari dalam tubuhku serta, badanku terasa lebih segar walaupun tak seperti yang dulu.
〈 Rasanya seperti terlahir kembali dengan tubuh yang sama namun, dunia yang berbeda. 〉
Seperti itulah pikiranku waktu itu, merasa bersyukur atas karunia yang boleh kuterima. Maka dari itu, tak sedetik pun aku sia-siakan untuk membantu seseorang yang begitu berharga.
🎑🎑🎑
Di dalam buku ini tertulis bahwa, untuk mematahkan rantai yang membelenggu dibutuhkan pengorbanan dan kekuatan batin yang kuat.
Apa yang dimaksud dengan kekuatan batin yang kuat?
Lalu, ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencegah kutukan ini semakin menyebar.
"Menukarkan nyawa Tuan Putri kepada The Gloomy Darkers. Jika, waktunya sudah dekat Dia tak segan-segan memecah belah pikiran manusia dengan semua kekuatan yang dimilikinya."
Tu.. Tuan Putri?!
Jangan-jangan... Yang dimaksud roh jahat tadi, Vella?
Oh tidak! Vella berada dalam bahaya dan lebih parahnya lagi, roh-roh mulai mengamuk lalu, mereka pergi ke dunia manusia untuk mengacaukan pikiran manusia?! Haruskah aku katakan hal ini kepada Vella, setelah kejadian yang baru saja dia alami?
Aku terlalu takut untuk, membuka mulut ini dan bertatap muka secara langsung. Kenapa tiba-tiba aku merasakan kekuatan yang mengerikan tiap aku membalikkan halaman dari buku ini?
「Hoi, banci! Kau ngapain dari tadi diam di situ terus? Apa tidak ada kegiatan selain, menatapi buku lapuk itu?」tanya seseorang yang suaranya sangat kukenal dari balik jendela perpustakaan.
Krompyang~! ✨
Suara kaca yang pecah karena, aku tak terima dipanggil "banci" olehnya.
"Hei, apa-apaan kau ini? Siapa yang sudi kau panggil dengan "banci" Sialan!" seruku.
「Ah~! Harusnya aku yang marah, kenapa kau tersinggung? Apa semua ini karena Vella?」elaknya. Si sialan Pinky ini! Dia menggodaku hingga, membuatku naik pitam.
"Bisakah kau berhenti memanggilku dengan "kau"! Aku mempunyai nama tahu! Panggil aku dengan nama, Tuan Moses! Memangnya apa yang sudah kau perbuat untuknya?" ketusku dan membuat buku-buku yang tadinya ada di dalam rak berterbangan tak karuan.
「Tidak bisakah kau bersabar sebentar saja. Lagipula, aku tidak keberatan dipanggil dengan julukan, "Pinky" Ah lupakan saja! Aku sudah menemui Nona Vella, sedangkan apa yang dia harapkan?」
Setelah berkata demikian, Pinky mulai menitihkan air matanya. Ia merasakan sakit yang luar biasa pada kepalanya. Tubuhnya berubah menjadi burung kakaktua dengan bulu yang berasal dari api berwarna merah membara.
「Tuan Moses Kehadiran Anda sangat mengusik saya! Jika Anda setengah-setengah dalam melindungi Nona Vella. Saya tak akan tinggal diam.」geramnya.
Loh, kenapa dia begitu geram padaku? Apakah dia begitu setia pada Vella? Kalau begitu, lebih baik aku tak memberitahukan kepadanya.
Bahwa, Vella-lah yang menjadi kunci dari rantai yang membelenggu nyawa jutaan umat.
🎑🎑🎑
"Baiklah, aku minta maaf atas perlakuanku yang buruk. Sekarang aku akan mengintrospeksi diriku dan tolong katakan pada Vella, aku tak akan menemui-nya sebelum munculnya bulan purnama di atas perpustakaan ini." kataku.
Aku sengaja mengatakan kepada Pinky bahwa, akan mengintrospeksi diriku. Selagi mood-ku sedang bagus, bisa gawat kalau kami berdua bertarung.
Perpustakaan yang ada di sini bisa menjadi medan perang bagi kami berdua, pikirku dalam hati sambil menelan ludahku.
Untuk saat ini, aku akan menyendiri di suatu tempat dan mencoba mencari cara untuk melepaskan kutukan ini dengan membaca buku tebal usang yang sedang kusembunyikan dari Pinky.
Kepribadian Pinky memang baik di depan Vella atau Tuan-nya, saat Tuan-nya tak ada mungkin dia bisa berbuat hal yang lebih mengejutkan.
Kesetiaan bisa membuat luka di batinnya semakin dalam, entah karena ia menyesal membunuh orang yang sangat dia sayangi. Atau bahkan, dia tak segan-segan membunuh tuan yang hatinya sedang goyah.
Tetapi, Nana bahkan bilang kalau Pinky sudah ada pada Vella sejak ia lahir. Sebenarnya siapakah yang memberikan perintah agar ia setia pada Vella hingga dia bisa menyembunyikan hawa keberadaannya?
🎑🎑🎑
Maafkan aku Vella. Aku belum bisa menepati janjiku sepenuhnya kepadamu untuk memberikan perlindungan.
◽◾◽
Namun, aku akan berusaha untuk mendorongmu dari belakang. Aku tahu, aku adalah cowok yang menyedihkan karena, melarikan diri dari tugasku begitu saja.
◽◾◽
Aku memang tak bisa selamanya berada di sisimu namun, aku berharap kau bahagia bisa menemukan seseorang yang kau tunggu.
◽◾◽
"Seperti pelangi indah yang muncul setelah, hujan," kataku sambil tersenyum membayangkan ekspresi bahagia Vella dan memandang ke langit.
🎑🎑🎑
Vomment gaes!!!
Kira-kira ke manakah Moses akan pergi untuk introspeksi diri?
Dan siapakah yang memerintahkan Pingky untuk menjadi pengawal setia Vella?
Apakah Vella seorang manusia atau bagian dari roh di dalam dunia lain? Yang adalah dunia tempat tinggal Moses?!
– See you, next week! –
🎑🎑🎑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top