【16】Hutan Genangan Air Pt. 2

Vella, Moses dan Pinky telah seperempat perjalanan dari posisi semula.

Mereka berjalan sambil bergelantungan melintasi pohon yang satu dengan lainnya. Sepanjang mata memandang, yang dilihatnya dari atas berbeda sekali dengan apa yang ada di bawah.

Jika, di bawah pemandangan dipenuhi oleh lebatnya pohon dan ditemukannya genangan air di sana sini. Lain hal-nya dengan yang di atas. Sekilas mereka hanya melihat sebuah awan yang mendung namun, jika dicermati lebih dalam.

Pemandangan ini menyuguhkan beberapa hewan raksasa–seperti naga yang hampir membakar Vella di bawah–terbang saling menyemburkan apinya seperti, pertunjukkan kembang api. Langit di atas sana seolah menjadi background dan dunia lain yang dipijakkan oleh Vella menjadi panggung pertunjukkannya.

Kedua mata Vella berbinar dan mulutnya masih menganga tak percaya pada situasi yang dihadapinya saat ini. Satu kata yang tersirat di benak Vella. Menakjubkan!

Jika saja Vella tak keluar dari zona amannya dan tak bertemu dengan Moses, Nana serta Pinky–mungkin saja dia takkan pernah mengetahui kebenaran dibaliknya bahkan, dia bisa saja melihat pemandangan seperti ini hanya di dalam buku atau film.

Tiba-tiba, pipi Vella mulai basah seperti diguyur rintihan hujan. "Pemandangan ini mengingatkanku saat keluargaku mengajakku untuk melihat pertunjukkan kembang api di sebuah taman bermain. Aku ingin tahu bagaimana kabar mereka di dunia manusia sana."

Moses dan Pinky yang menyadari hal itu hanya bisa mengelus pelan punggung Vella. "Tuan Puteri, Anda pasti bisa menyelesaikan masalah ini jika, tidak bisa kau bisa mengandalkan kami," ucap Pinky.

"Vella, kau tak boleh menyerah di sini!" dukung Moses untuk meyakinkan Vella bahwa keputusan yang diambil Vella adalah keputusan yang benar. Vella hanya mengangguk pelan dan terus mengelap pipinya yang basah dan ingusnya yang tak kunjung berhenti. Ya, wajah Vella kali ini sangat kacau.

Keluarga angkatku bagaimana kabar kalian di sana? Apakah baik-baik saja? batin Vella dengan meremas jubahnya.

🎑🎑🎑

Pilihan yang tepat juga ketika, mereka terangkat oleh akar gantung pohon ke atas. Karena di bawah sana genangan air yang tadinya hanya beberapa tiba-tiba, membentuk sebuah delta di bawah sana. Sedangkan di atas, sangat kering dan tak lembab seperti di bawah.

"Vel, bisa kau lihat di bawah sana?" tanya Pinky. "Ya, aku bisa. Apakah itu delta?" tanya Vella sambil memandangi dari kejauhan. Pinky mengangguk, "Delta itulah yang menyebabkan adanya genangan air di sekitar hutan ini. Delta itu sangat berbahaya, karena mampu mengeluarkan asap beracun," lanjut Pinky dengan tatapan serius.

"Lalu, bagaimana kita bisa melewati delta itu? Jika kita, memutar jalan pun, itu akan memakan waktu sangat banyak," tanya Vella pada mereka berdua. "Apakah untuk itu Nana meninggalkan kita? Dia ke mana? Kenapa belum sampai pada kita?" tanya Moses pada Pinky.

Cringgg–!

"Ini apa? Aku seperti sedang diputari oleh mantera dari kupu-kupu berwarna ungu ini? He-Hei!" kata Vella sambil melambaikan tangan ke Moses dan Pinky. "Hah? Mantera kupu-kupu berwarna ungu? Bagaimana bisa?" tanya balik mereka dengan serempak. "Entahlah, tiba-tiba saja langsung mengerubungiku," ucap Vella.

Maaf mengganggu perjalanan kalian. Tuan Puteri Vella, saya adalah pengantar surat pribadi Nyonya Nana. Nyonya Nana saat ini pergi ke dalam pondok tua yang ada di dalam hutan ini. Beliau ingin meningkatkan keterampilan mantera maupun sihirnya. Walaupun saya seorang pengantar pribadi namun, juga diberi tugas untuk melindungi Tuan Puteri dari bahaya.』ujar kupu-kupu kecil berwarna ungu tersebut.

"Wah, lucu sekali kupu-kupu kecil ungu ini. Hei, siapa namamu?" tanya Vella. Namun, kupu-kupu kecil itu hanya mengatakan hal seperlunya seperti menyampaikan pesan tadi. Sementara, Moses dan Pinky yang sedari duduk di hadapan Vella hanya tertawa lepas.

"Hei! Apa yang lucu?" tanya Vella dengan nada tingginya. "Wajar saja kami tertawa padamu. Kupu-kupu kecil berwarna ungu yang bisa berbicara? Ayolah! Dia bahkan tak mengeluarkan suara apapun daritadi!" tawa mereka dengan memegangi perut dan kepala.

Vella hanya mematung tak mengerti. Mengapa kedua partner-nya sekaligus teman-temannya ini tak menyadari kupu-kupu kecil yang berbicara ini? Mengapa hanya Vella yang mendengar pesannya? Apa dia hanya bereaksi padanya? Tak ada yang tahu, begitupun Vella sendiri.

Tapi, setidaknya mereka lega bahwa, teman mereka yang satunya berada di sebuah pondok tua di dalam hutan ini. "Nana, kau pasti begitu tertekan ya?" ucap Vella dengan lirih.

"Hei, Vella. Apa kau mengatakan sesuatu?" tanya Moses. Namun, Vella hanya menggelengkan kepala.

"Oh iya Moses. Aku tak bisa merasakan kaki-ku lagi," kata Vella dengan susah payah untuk berjalan mengikuti langkah Pinky dan Moses yang sudah jauh di depannya. Mengetahui bahwa Vella tak kuat lagi untuk berjalan, Moses berjalan ke arah Vella dan jongkok lalu, memberikan kedua tangannya ke belakang.

"Naiklah kalau ingin melanjutkan perjalanan, kalau tidak akan kupanggilkan Pinky–" ucap Moses.

"A-A-Anu, bolehkah? Badanku mungkin saja kecil dan tak setinggi kamu, Moses. Bo-Boleh a-a-aku naik?" tanya Vella dengan gagap dan wajahnya berubah memerah lagi.

"Buat apa kau bertanya seperti itu, punggungku selalu siap untuk menggendongmu. Ahaha... Aku tahu kau lebih dari yang lain. Cepat naik!" seru Moses sambil tertawa.

"Ta-Tapi, mungkin lebih baik kalau aku berjalan saja kau yang menopangku. Ahaha," tolak Vella malu-malu. "Kubilang tidak apa-apa. Kenapa kau begitu sungkan padaku, sih?" tanya Moses dengan nada sedikit tidak suka.

Hup!

Moses segera menggendong Vella di punggungnya. "A-Aku berat ya?" tanya Vella untuk memastikan. "Iya berat sekali untuk ukuran wanita sepertimu. Kau benar-benar berat!" celoteh Moses. Langsung saja, tangan Vella yang kini melingkar di leher Moses–dengan sigap menguatkan tangannya–alhasil Moses tercekik oleh tangannya. Benar-benar, Vella tak mengerti jalan pikiran pria yang satu ini.

Sembari digendong oleh Moses. Vella memainkan helaian rambut Moses yang berwarna putih dengan tangannya. "Vel, bisakah kau berhenti untuk memainkan rambutku? Itu sangat menggelikan," protes Moses. Vella hanya tertawa riang melihat ekspresi tidak senang yang ditunjukkan Moses.

🎑🎑🎑

"Hei, kalian berdua cepatlah! Aku menemukan jalan agar kita bisa melewati delta ini!" seru Pinky. Beberapa menit yang lalu, Pinky mengepakkan sayapnya untuk mencari jalan melewati delta beracun selain itu juga, untuk berpatroli.

"Vella pegangan yang kuat!" pinta Moses. Vella memeluk leher Moses dengan kuat, rambut Moses berterbangan ke belakang karena kecepatan lari Moses. Moses langsung menyusul ke arah Pinky dalam waktu sepersekian detik.

"Kalian lihat jembatan berlian cermin di sana?" tanya Pinky. Vella dan Moses menggangguk tanda mengerti. "Jembatan itu indah sekali, kurasa aku tahu mengapa dijuluki seperti itu. Karena, pantulan dari jembatan berlian di atas air 'kan?" Vella hanya menebak asal.

Beberapa menit Moses dan Pinky saling memandang. "Ehm, Tuan Puteri Vella tebakanmu salah. Karena Jembatan berlian cermin sebetulnya, berarti jalan menuju dunia para naga–kaum naga lebih tepatnya. Sebelum sampai ke sana, kita akan berbaur dengan pawai tengkorak kuda," jelas Pinky dengan keringat yang bercucuran dari wajahnya.

"Benar seperti yang dikatakan oleh Pinky, Vel. Kita telah sampai di ujung Hutan Genangan Air dan salah satunya cara bisa melewati jembatan berlian cermin adalah berbaur dengan para anggota pawai tengkorak kuda–" jelas Moses. "Tengkorak kuda?" Vella bergumam dan menatap keduanya dengan tatapan terkejut.

"–Jika ada Nana di sini kita akan dipermudah dengan mantera-nya. Namun, saat ini kita sedang dalam kondisi tak diuntungkan. Jadi, jangan terkejut jika, melihat banyak tengkorak yang melewati jembatan berlian cermin sebentar lagi."

Tantangan terus berdatangan dan membuat Vella serta teman-temannya harus berputar otak untuk menemukan jalan keluar–solusi. "Mengikuti pawai tengkorak kuda lalu, masuk ke dalam dunia para Naga? Yang benar saja!" seru Vella ketakutan.

🎑🎑🎑

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top