2. Hal Paling Bodoh
Terbangun dengan kondisi tubuh tidak mengenakan sehelai benangpun, dengan posisi memeluk tubuh seorang cowok. Aruni bak disambar petir di pagi buta, apa-apaan ini? Bagaimana bisa? Jika seseorang butuh beberapa saat untuk sadar dari tidur, maka untuk saat ini Aruni tidak butuh itu, dia langsung bangkit dan menatap dengan seksama sosok yang beberapa detik lalu dia peluk. Okxy, iya, dia tidur sambil memeluk Okxy dengan keadaan tidak memakai baju sama sekali. Apa yang sudah terjadi? Bagaimana mungkin dirinya dengan sahabatnya?
Karena merasakan sebuah pergerakan di tempat tidurnya, Okxy juga akhirnya merasa terusik. Perlahan cowok itu membuka matanya, berusaha menyesuaikan pandangannya dengan cahaya yang ada di sekitar. Dingin langsung menyapa kulitnya, merasuk dan membuatnya akhirnya tersadar kalau dia tidak memakai baju sekarang ini. Okxy menoleh dan mendapati Aruni dengan wajah linglung, sama gadis itu juga tidak mengenakan pakaian.
"Ada apa?" tanya Aruni.
Okxy membasahi permukaan bibirnya, dia juga tidak mengerti ada apa, berusaha mencerna apa yang terjadi di antara mereka sampai kelebatan bayangan apa yang terjadi tadi malam muncul di kepalanya. Okxy memejamkan mata berusaha mempertajam ingatannya dan sekarang jadi jelas semuanya.
Aruni mulai menangis, tidak menyangka jika sahabat, sosok yang bukan hanya dirinya, tapi hampir seluruh keluarganya percaya, malah melakukan ini terhadapnya. Sekuat apa pun menampik, Aruni ditampar kenyataan sebercak darah di atas sprei, mereka melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan.
"Lo bilang mau jagain gue." Aruni mulai terisak, jujur saja dia tidak bisa berpikir jernih sekarang ini, dari semua hal dia hanya merasakan sesak di dadanya, sadar bahwa sesuatu yang besar telah terjadi dalam hidupnya.
Dia adalah seorang laki-laki dan bukan saatnya meratapi apa yang terjadi, Okxy menjambak rambutnya sendiri, dia kemudian mendekat ke Aruni.
"Jangan mendekat!"
"Maafin gue." Kalimatnya terdengar putus asa karena memang Okxy seputus asa itu, tak pernah membayangkan jika cewek yang selama ini selalu dia pastikan kebahagiaannya malah dia rusak begini.
Bukannya tenang, Aruni semakin terisak. Okxy berusaha mendekat tapi Aruni selalu melempar bantal ke arahnya.
"Lo jahat!"
"Lo ngerenggut hal yang nggak seharusnya lo renggut!"
"Lo bangsat, gue benci sama lo!"
Dia membiarkan Aruni marah-marah dulu, karena Okxy sendiri tidak tahu harus berbuat apa, seingatnya mereka berdua mabuk dan pagi ini berakhir di sini, dia juga lupa detailnya, intinya dia sudah mengingatkan Aruni kalau mereka adalah sahabat. Okxy semakin menjambak rambutnya, mereka masih terlalu muda untuk ini semua, jikapun harus bersenang-senang, maka seharusnya bukan bersama Aruni.
Aruni memeluk seluruh tubuhnya dengan selimut, dia merasa kotor sekarang, kekonyolannya yang ingin tahu rasanya mabuk-mabukan malah membawanya ke sini, ke situasi yang serba membingungkan.
"Maafin gue."
"Lo jahat!"
Setelah ini Okxy tidak tahu apa yang akan terjadi, bagaimana respon Alzam dan Ghazi, dia juga tidak bisa membayangkan apa yang bisa dilakukan abang dan ayah Aruni jika tahu Okxy melakukan ini. Dia adalah sosok yang sangat dipercayai semua orang untuk menjaga Aruni, tapi lihat apa yang terjadi? Dia merenggut hal paling berharga dalam diri Aruni yang seharusnya tidak boleh dia renggut.
Okxy akhirnya mendekat dan memeluk tubuh Aruni, persetan dengan pemberontakan gadis itu, dia hanya berusaha memberikan rasa nyaman untuk Aruni, berusaha meyakinkannya bahwa dia masih Okxy yang sama, yang selalu akan menjadi pelindung untuk Aruni apa pun yang terjadi.
***
Keduanya membasuh diri di kamar mandi yang berbeda, Aruni di kamar mandi kamar, sementara Okxy di kamar mandi luar. Keduanya sama-sama mengguyur diri di bawah shower, Aruni sambil menangis, sementara Okxy sesekali meninju dinding menyalurkan kekesalan atas dirinya sendiri, dia sudah gila dan sekarang tidak tahu apa penyelesaian dari semua ini.
Selesai mandi dan sudah agak lebih tenang, keduanya duduk di ruang keluarga, tempat itu masih berantakan karena tentu saja belum ada yang membereskan. Botol minuman berserakan, kartu permainan mereka juga sama berantakannya, bungkus ciki tercecer di lantai bahkan kulit kacang tersebar di mana-mana.
Keduanya duduk sembari bersandar pada badan sofa, sesekali Okxy menunduk berusaha menyembunyikan wajah pecundangnya di balik lutut, tapi dia tetap tidak bisa, tetap harus menghadapi semua ini.
Aruni mulai sadar bahwa tidak sepenuhnya salah Okxy, sekelebat bayangan bahwa dialah yang memulai semua ini mulai menghantuinya, semua ini juga idenya, dia yang meminta agar Okxy menemaninya mencoba sesuatu yang tidak pernah dia coba sebelumnya, tidak menyangka juga kalau hal konyol yang sebelumnya hanya ada di pikirannya menjadi tidak terkendali begini.
"Kalau gue hamil gimana?" tanya Aruni, mereka hanya mahasiswa semester tiga, masih berusia sembilan belas tahun, masa depan masih sangat panjang, sex seharusnya tidak masalah dilakukan, tapi mereka melakukannya tanpa pengaman, tanpa persiapan dan tentu itu akan memunculkan masalah dalam hidup mereka, kemungkinan paling buruk yang bisa terjadi adalah kehamilan dan Aruni belum siap dengan itu semua.
"Gue bakal tanggung jawab." Tidak ada pilihan lain juga, mereka berbuat salah dan memang harus bertanggung jawab dengan itu.
"Kita masih kuliah, masih terlalu muda." Aruni menunduk, entah sudah berapa banyak air mata yang tumpah, tapi matanya masih belum puas sepertinya, air matanya masih terus mengalir membasahi pipinya. Hati Okxy tercabik melihat air mata Aruni karena selama ini hal yang selalu dia usahakan adalah kebahagiaan cewek itu, tapi sekarang dia malah menjadi duka untuk Aruni.
"Semua udah terjadi dan satu-satunya hal yang bisa kita lakukan cuma bertanggung jawab."
Aruni memejamkan matanya kuar-kuat, dia tidak kuat jika harus membayangkan hal-hal mengerikan yang mungkin akan mereka hadapi kedepannya.
"Maafin gue."
"Gue juga salah."
Aruni tidak bisa membiarkan Okxy menanggung beban rasa bersalah sendirian, dia juga salah, salah karena mengira mabuk-mabukan adalah hal yang sederhana. Sekarang dia kehilangan mahkota yang dia jaga di tangan sahabatnya sendiri dan mereka berdua sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.
"Percaya sama gue, gue nggak akan ninggalin lo."
"Tapi kayaknya mulai sekarang kita udah nggak bisa temenan."
Okxy menoleh untuk melihat bagaimana ekspresi wajah Aruni, gadis itu kembali menunduk, dia tidak mungkin meninggalkan Aruni setelah semua yang terjadi, mereka harus menghadapi semua ini sama-sama mau tidak mau. Meski belum dewasa mereka harus memaksakan diri untuk menjadi dewasa dan bijak mengambil langkah, jangan sampai hal bodoh semacam ini terjadi dua kali.
"Jangan temui gue lagi."
"Tapi..."
"Gue benci sama lo!"
Bukan salah Okxy, tapi seharusnya dia memiliki pertahanan lebih karena memang dia yang lebih paham semuanya daripada Aruni, ini apartmen Okxy dan Aruni benar-benar merasa murahan sekarang.
***
Nggak menarik ya cerita ini?
Sepi banget.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top