Babak 3: Orang Hilang

Alvin terkadang merasa bersyukur dengan pandemik yang masih terus terjadi sampai sekarang. Bukan dalam artian dia tidak memikirkan nasib korban jiwa yang berjatuhan tiap harinya, namun ada beberapa hal yang hanya bisa dilakukan di tahun-tahun darurat kesehatan ini.

Pertama, dia bisa berlama-lama menghabiskan waktu di rumah. Jika ada orang yang selalu mengeluh di sosmed, mengatakan bahwa mereka rindu nongkorng dengan teman-temannya, maka itu bukanlah hal yang perlu dicemaskan oleh Alvin. Sebab teknologi sudah mempermudah segala pekerjaan. Yang terpenting adalah listrik, wifi, gadget seperti komputer atau ponsel, dan dia bisa hidup selama 7x24 jam mengeram di dalam kamar. Sosmed sudah banyak jenisnya, belum lagi video game yang dikembangkan sudah memuat sistem komunikasi antara pemain dengan baik.

Alvin semakin betah untuk menatap layar secara nonstop.

Kedua, jika dia perlu menggerakan sendi-sendi yang keram atau butuh udara segar, dia bisa keluar dengan tenang, cukup mengenakan masker wajah ke mana-mana. Keuntungan yang paling utama adalah sulit dikenali. Sudah banyak kejadian di mana orang yang dia kenal tidak menyadari akan dirinya. Kalaupun ada, dia hanya diam dan mengacuhkan panggilan mereka dan pasti temannya mengira akan salah orang.

Alvin adalah introvert tingkat keras yang mecintai akan dirinya sendiri. Dia tidak ambil pusing dengan pikiran dan pandangan orang lain terhadap tindakan atau tabiatnya. Dia pun tidak terlalu peduli dengan sikap dan tingkah orang lain padanya.

Intinya, Alvin akan lebih memilih menghindari konflik antar manusia dan memilih menghilang begitu saja tanpa melawan.

Cemen? Apatis? Mungkin bisa dibilang seperti itu. Alvin sudah terlanjur larut dalam zona nyamannya dan takut untuk melangkah keluar dari sana.

Takut akan kemungkinan terburuk yang akan kembali terjadi seperti dulu. Dia bersumpah lebih memilih mati sendirian dibandingkan di tangisi oleh banyak orang. Biarkan dia beristirahat dengan tenang dan melebur bersama tanah sebagaimana seharusnya.

Di sebuah lapangan yang menyediakan fasilitas macam jalur jogging, tenis, bulu tangkis, dan area bermain anak-anak, Alvin berhenti di bawah pohon beringin rindang dan memulai merenggangkan badan serta pemanasan sebelum mulai berjalan santai sampai lima kali mengelilingi lapangan tersebut.

Pemuda itu memilih hari kerja untuk berolah raga karena jumlah pengunjung di sana sedikit dan pastinya, tidak akan ada orang yang mengenalinya berada di sana, di waktu itu.

Dia melangkah santai menikmati udara segar dan hangatnya matahari pagi demi kesehatan paru-paru dan tulangnya. Walau lambat dan tidak bisa melakukan jogging dengan ritme seperti orang-orang yang melewatinya seiring waktu, namun dia tetap fokus pada dirinya seorang. Apalagi dengan earbud yang dia kenakan di kedua lubang telinga untuk membendung suara mengganggu dari orang-orang di sekitarnya.

Sempat terdengar ada bocah yang mengawasi Alvin di ayunan dan menanyakan apa yang terjadi padanya, tapi pemuda itu mengabaikan dan menghampus bulir keringat di dekat telinganya, mempertegas bahwa dia 'memang' tidak bisa mendengar suara anak kecil yang penasaran itu. Pada akhirnya, setelah tiga kali putaran, bocah itu sudah tidak ada di area anak-anak. Sepertinya dia sudah pulang bersama orang tuanya dan Alvin menghela napas lega akan hal itu.

Selepas lima putaran, Alvin memutuskan untuk duduk di sebuah bangku panjang yang terbuat dari batu bata yang disemen rapi dan mengangkat kedua kakinya ke atas sana, meluruskan kaki yang kelelahan sekaligus melakukan pendinginan. Tongkat miliknya di sandarkan secara berdiri di sisi bangku.

Hari ini juga lumayan, semoga kakiku bisa segera puih kembali, batin Alvin sambil memijat pelan-pelan kaki kanannya yang lumpuh.

Dokter selalu mengatakan untuk melakukan olah raga ringan dengan berjalan setidaknya dua sampai tiga kali di lapangan besar. Tapi bukan namanya Alvin jika dia ingin cepat sembuh dengan meningkatkan jumlah putarannya. Dia tahu akan resikonya, tapi dia juga tidak akan memaksakan diri jika rasa kelu atau kesemutan mulai menjalar di kaki yang sering dia gunakan untuk menompang.

Sesaat Alvin mengambil botol minuman yang tadi dia beli di pedagang kaki lima dan melepaskan earbud yang senantiasa menemaninya di sana, dia mendengar perbincangan dua pria di bangku yang tidak jauh darinya.

"Kamu sudah dengar tidak? Kasus orang hilang setelah memainkan game di metaverse?" tanya pria yang lebih kurus dibandingkan teman sebelahnya.

Teman yang mengenakan tanktop abu-abu yang basah akan keringat, mengerutkan keningnya. "Hah? Apaan itu? Jangan bilang, kau mau bahas teori-teori sesat lagi."

"Ish, bukanlah. Kenapa kamu bilang gitu sih."

"Habis kamu sering kaitkan dengan Iluminati atau pemerintahan, makanya aku mulai tidak percaya dengan berita yang ada gara-gara kamu."

"Yang ini beda! Suer deh, kamu kan suka main game, ini peringatan buat kamu deh."

"Yaelah, jangan jadikan hobiku sebagai hal yang buruk padaku. Aku tersinggung, loh."

"Jangan tersinggung sebelum mendengarnya! Jadi gini, kamu tahu kan seberapa canggingnya metaverse dan bagaimana orang-orang pada berbondong menginvasi tempat itu demi uang maupun panjat sosial. Nah, salah satu game yang dikembangkan di sana, ternyata sudah memakan korban di beberapa negara dan hal ini juga terjadi di Indonesia."

"Memangnya game ini bisa dimainkan semua orang? Palingan orang kaya dan sultan yang bisa memainkannya. Aku saja sulit untuk masuk ke sana karena tidak memilik gadget yang memadai."

"Iya, sih. Sejauh ini beberapa Youtuber Gaming Indonesia yang menghilang. Salah satunya si Winiie, gamers cantik yang sempat naik daun karena dirinya ketahuan tidak bisa membedakan bumbu dapur saking sultannya."

Alvin terbatuk mendengar nama yang disebut salah satu pemuda itu. Winiie adalah gadis yang sempat dia minta untuk kolab di videonya yang untung saja diterima dengan senang hati. Meski banyak berita miring tentang gadis itu, tapi Winiie adalah tipe yang welcome pada siapapun, apalagi untuk sesama gamers dan Youtuber.

Sekitar lima bulan yang lalu, mereka membuat konten bersama dan berhasil mendongkrak popularitas Alvin. Itu semua berkat fans perempuan Winiie yang berhasil terpikat akan ketampanan dan kelihaiannya dalam bermain. Malah beberapa fans laki-laki Winiie mengirim hate comment untuknya karena mencoba sok hebat di depan gadis itu.

Padahal mereka berdua sudah mengatur skenario bersama agar konten itu memang lebih menegaskan Alvin dibandingkan Winiie dan hal itu berhasil. Terlepas dari efek buruknya, Alvin berhasil mendapatkan 100k dalam waktu sebulan berkat kolaborasi itu.

Selepas itu, Alvin sudah jarang berkomunikasi dengan Winiie karena pemuda itu juga sibuk membuat konten sendiri dan kolaborasi dengan orang lain. Ditambah lagi, mereka berdua hanyalah teman sesama Youtuber, tidak ada hal khusus di antara mereka selain pekerjaan sehingga mereka pun melanjutkan kehidupan masing-masing.

Namun mendengar berita tadi, Alvin cepat-cepat meraih ponsel, mengetik kata kunci tentang Winiie, dan benar saja apa yang dia dapatkan di laman pertama google; Winiie dinyatakan hilang dari rumahnya setelah bermain sebuah game di metaverse.

Sayangnya, diberita itu tidak disebutkan game apa dan kejadian lengkapnya. Begitu pula di berita lainnya, sehingga Alvin hanya menatap sedih layar ponselnya dan berdoa akan keselamatan Winiie.

Dia orang yang baik. Aku tahu itu. Dia tidak mungkin kabur dari rumah atau sampai mencelakai diri sendiri, kata Alvin dalam pikirannya.

"Wih, serius? Untung aku tidak mampu main game gitu, lebih baik main aman aja, deh."

"Betul, tapi jangan lupa juga untuk bagi waktumu, Bro. Aku dapat laporan lagi dari istrimu, dia curhat sama aku kalau kamu kelewat batas kalau main. Jangan sia-siakan waktumu untuk orang asing, lihat orang sekitarmu yang lebih membutuhkan dirimu."

"Halah, bilang balik sama dia, jangan suka cek olshop dan belanja teros sampai gue mampus! Hiburanku sepulang kerja, ya, cuman main game."

Pembahasan kedua pria itu pun mulai ke arah yang tidak jelas dan Alvin memutuskan untuk pulang ke rumah.

Baru saja sampai di pintu depan, Qaila yang sedang membereskan ruang tamu menyambut kedatangan Alvin dengan wajah cemburut.

"Alvin, kapan paketku datang?" tanyanya sambil memainkan lap kering di tangan.

"Aku cek di aplikasinya masih proses pengemasan. Sabar, Ila. Mungkin tiba 4 sampai 5 hari lagi," jawab Alvin yang duduk di kursi kecil dan melepaskan sepatu olah raganya satu-satu.

"Oh, ya udah ... tuh, ada paketmu datang. Sudah kuangkat ke kamarmu. Ngomong-ngomong, isinya apa? Besar amat." Qaila lanjut membersihkan meja dan melap pigura yang berjejer manis di atas nakas.

"Besar? Eh, tunggu. Aku enggak pesan apapun kok." Alvin mengecek ponselnya dan mendapatkan email dari developer game yang kemarin menjanjikan Alvin sebagai beta teaster game garapannya.

[Your package has arrived at your home. We hope you can give us a good feedback. Thanks for your help and have a good adventure! (Paket Anda sudah sampai di rumah Anda. Kami harap Anda bisa segera mencobanya dan memberikan ulasan yang baik untuk kami. Terima kasih atas bantuan Anda dan selamat berpetualang!)]

"Hah? Kok cepat amat? Gila, seperti sihir saja." Alvin menggaruk kepala dan berjalan menuju kamarnya di lantai dua.

Hello, people! Ada yang rindu denganku? //bukan dipeluk, malah digebukin. 🤣🤣🤣

Hahahaha, maaf, maaf. Bulan lalu aku fokus menamatkan satu naskah di platform fizzo dan ada kesibukan duta yang tidak bisa diabaikan jadi ... harus ada yang ditumbalkan, untuk sementara aja kok.

Bulan ini akan aku uuuusahakaaaaan ... kembali update setiap minggu. Apalagi sudah kena hukuman sama komunitasku karena mangkir, hiks! So sorry ....

Gimana dengan bab ini? Udah ada kerasa vibe ala Omniuos Night?

Intinya, dua cerita ini dan jika diberi kesempatan, cerita selanjutnya bakal terus ada kaitannya dengan dunia lain.

Kalau dulu desa terkutuk, maka cerita ini ... apa hayoooo?

Terima kasih buat kalian yang setia menunggu cerita ini dan doakan untuk bab selanjutnya bisa update lebih cepat. Aamiinn ....

*** *** ***
Author note:

WARNING!

If you reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD, you will risk of a malware attack. If you wish to read this story safety, read this in THE ORIGINAL web! Please, support the author with some respect.

Thank you,

Hygea Galenica

--- --- ---

PERINGATAN!

Jika Anda membaca cerita ini di platform lain SELAIN WATTPAD, Anda akan berisiko terkena serangan malware. Jika Anda ingin membaca cerita ini dengan aman, bacalah di web ASLI! Tolong, dukung penulis dengan cara yang lebih terhormat.

Terima kasih,

Hygea Galenica

*** *** ***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top