Babak 20: Incaran
Ann membetulkan letak dua kuncir kudanya dan merapikan jaket beludru jingganya untuk kesekian kalinya. Gelang pemberian Nigel yang ada di tangannya bergemerincing pelan dan berkilau ketika tersentuh sinar cahaya dari ponselnya. Zea yang mendapati benda itu masih terlingkar manis di pergelangan tangan Ann sejenak membuat hatinya mencelus.
Meski pernyataan cinta Ann sudah ditolak oleh Nigel, sampai detik ini, gadis itu tidak membenci atau menaruh dendam pada pria yang dulu dia sukai itu. Dia berhasil melewati masa sulit dan berdamai pada dirinya sendiri. Tidak sekalipun gadis itu mengasihani atau mengeluh kepada orang lain. Saat berhadapan dengan Nigel, meski samar-samar terlihat sedikit kecanggungan di antara mereka berdua, namun Ann dengan cepat bersikap sedia kala.
Sedangkan Zea ... walau dia sudah berkali-kali mencoba untuk menerima keadaan yang terbentang di hadapannya, dia masih saja bersikeras bahwa semuanya tidak baik-baik saja. Akibat kejadian di Desa Tanpa Nama, jalan hidupnya yang normal dan sudah susah payah dia bentuk, hancur seketika sampai ikatan persahabatannya pun kandas.
Sejenak Zea merasa kalah oleh Ann. Dia masih lemah, ya dia mengakui itu. Dia masih belum bisa meninggalkan masa lalu, takut menghadapi masa depan yang menyeramkan nun jauh di sana. Ketakutan itu lama-kelamaan berubah menjadi kegelapan yang meluap-luap hingga dia sulit untuk mengendalikan emosinya. Zea yang supel, humoris, dan idealis itu perlahan menghilang dan pemuda itu tidak mau sampai dirinya itu lenyap untuk selamanya. Dia takut akan perubahan yang begitu mendadak.
"Kamu kenapa, Zea? Apa lihat-lihat?" tanya Ann curiga. Dia segera memeluk dirinya sendiri karena tidak nyaman akan tatapan intens dari cowok itu.
Zea memasang mimik kecewa. "Tch, dasar enggak manis," gumamnya. Kemudian dia memandang ke gadis yang ada di sebelah Ann. "Kamu bisa berjalan, kan?" Kali ini Zea mengeluarkan nada khawatir kepada Cecil.
Mendengar namanya dipanggil, Cecil berhenti memeriksa kuku jarinya yang dipenuhi jelaga dan membalas, "Ah, ya. Bisa. Anu, malah aku yang ingin mengembalikan pertanyaan itu kepadamu Zea. Luka-lukamu ...."
"Oh, ini? Tenang ... aku kan laki-laki perkasa. Yang kayak gini bukan apa-apa." Zea membual dengan soknya sampai Ann yang mendengarnya bereaksi seolah sedang dicekik oleh energi yang tak terlihat.
Tentu saja Zea tidak baik-baik saja. Dia baru saja berhasil berdiri dengan mulus, tapi tetap saja rasa perihnya tidak dapat dibendung. Dan setiap kali dia berjalan, dia seperti sedang melihat di dalam air. Segalanya buram dan bergoyang-goyang.
Sebelum Zea terjatuh akibat langkahnya yang oleng, Ann menahan tubuh pemuda yang lebih besar itu dengan kedua tangannya sekuat tenaga. "Tidak usah sok jagoan di sini. Bukannya kamu percaya akan paham femenis? Tidak ada salahnya cowok bergantung pada cewek, kan?"
Zea terkekeh dan menjawab dengan suara rendah, "Benar juga ... kenapa aku bisa lupa, ya?"
"Kamu berhutang padaku. Aku menolongmu bukan sekadar cuma-cuma."
"Ohhh, baiklah. Setidaknya aku tidak malu kalau alasanmu seperti itu. Tapi beneran, nih? Kamu mau memapahku terus?"
"Siapa pula yang mau begitu? So sorry, tapi kurangilah ekspektasimu itu." Ann memukul pelan kepala Zea dengan sebuah benda tumpul, pemuda itu pun meraihnya dan mendapati sebuah tongkat kayu berlumut digenggamannya. "Pakai itu. Setidaknya bisa menjadi senjata jika kita berada di situasi gawat."
Seluruh semangat yang Zea rasakan atas kebaikan dari Ann seketika sirna. Ah, kenapa dia jadi pelupa begini? Apa karena bongkeman dari pembunuh psikopat itu berhasil mematikan beberapa sel di otaknya? Dia baru ingat lagi satu hal, Ann tidak akan pernah bersikap manis kepadanya. Kalau pun terjadi, dapat diyakini hari itu akan ada hujan meteor yang turun ke bumi atau seluruh hewan dapat berbicara seperti manusia. Singkatnya, mustahil.
Dengan gusar Zea berjalan menggunakan alat bantu jalannya, membuat Ann kembali berbicara, "Apa mereka baik-baik saja? Si Alvin, Cass, dan Xanor?"
Zea menaikan kedua bahunya tanpa menoleh ke arah gadis itu. "Mana kutau. Lebih baik pikirkan nasib kita sendiri. Aku ingin cepat-cepat ke rumah sakit. Kepalaku benar-benar harus diperiksa."
Cecil yang sedari tadi tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa, akhirnya mengikuti Zea dari belakang, memastikan keseimbangan Zea kalau-kalau pemuda itu akan jatuh akibat tersandung benda-benda yang ada di sekitarnya.
Meninggalkan Ann yang menyimpitkan mata, mengerutkan bibir, berkacak pinggang, dan menaikan alisnya. "Tidak usah kasar juga dong bicaranya." Dia pun menyusul sambil menjaga jarak di belakang Cecil.
Selang beberapa waktu, memeriksa pintu-pintu dan ruangan yang dipenuhi perabotan rapuh juga terbengkalai di sana, mereka memutuskan untuk naik ke lantai dua. Tangga yang selama ini mereka cari ternyata ada di ujung belakang pondok tua itu.
Karena Zea berada di barisan terdepan, mereka melangkah satu demi satu anak tangga yang ada. Bunyi deritnya membuat bulu kuduk Cecil dan Ann berdiri. Takut dengan kemungkinan bahwa tangga kayu yang berumur itu terlalu lemah menahan beban tiga orang dewasa. Untungnya setelah dua belas langkah yang meneganggkan, ketiganya sudah berada di lorong panjang berikutnya.
"Oke, pintu pertama," kata Zea berbisik yang dibalas dengan anggukan dari dua teman seperjalannya yang bersembunyi di belakang punggungnya.
Pemuda itu membuka pintu perlahan, lalu menunggu satu atau dua detik, berhati-hati tidak mengusik apapun yang ada di dalam ruangan itu. Butuh beberapa saat untuk Zea menghimpun cukup keberanian, menyinari ruang berbau apek dan dipenuhi partikel-partikel debu di sekitarnya.
Udara terasa dingin seketika. Embusan angin membawa suara berbisik di telinga Ann, menggemakan kata-kata samar yang sulit dimengerti. Sontak Ann meraih punggung Cecil, meremasnya dengan kuku-kukunya hingga gadis yang di depannya itu merintih kesakitan. Lambat laun dia bisa mendengar suara itu, semakin tajam, semakin jelas ucapan yang entah berasal dari mana arahnya. Mereka seolah mengepung dari semua sisi.
[Itu semua salahnya ....]
Begitu dia mengenali suara itu, menoleh ke ujung lorong di samping kanannya, dan melihat sosok yang tertangkap dalam lingkaran cahaya senter yang ada di genggamannya. Dari semua orang yang ingin dia temui, kenapa gadis bertopeng itu yang harus muncul sekarang?
Satu detik kemudian, gadis menakutkan itu berlari sekuat tenaga, mengangkat pasak kayu penuh darah ke udara. Ann yang sudah kelelahan dengan semua serangan adrenalin sebelumnya, terjatuh lemas akibat lututnya yang lemas. Dia hanya bisa merentangkan kedua tanganke depan sembari berteriak histeris hingga pita suaranya terasa akan putus, sebagai bentuk perlawanan yang sia-sia. Tapi yang terjadi berikutnya, berhasil menyadarkan gadis itu akan suatu fakta yang aneh tapi nyata.
Gadis bertopeng itu berlari melewatinya, tanpa menyentuhnya seujung rambut pun. Dia malah mengejar Cecil yang ikut berteriak dan menuruni anak tangga di belakang. Zea yang tadi sudah masuk terlebih dahulu di dalam ruangan, keluar dengan wajah yang tegang.
"Selama ini ... yang dia incar adalah Cecil, bukan kita!" Ann menunjuk ke arah Cecil dan gadis bertopeng itu pergi.
Sedang ... berusaha ... menulis ... di tengah-tengah kesibukan baru, huhuhu ....
Ternyata masa pengangguranku berakhir, guys. Alhamdulillah aku keterima jadi dosen di sebuah kampus di kotaku. Berita baik, sih. Cuman, ya, ini berarti waktu update-ku bakalan kembali seperti semula. Tidak terlalu cepat, tapi tidak terlalu lambat. Yah, diusahakan update seminggu sekalilah.
Moga kalian tidak meninggalkan cerita ini karena tidak cepat update. Maaf, ya. Hiks.
Terima kasih sudah membaca dan mendukungku sampai sini. Mudah-mudahan bab berikutnya bisa segera kuselesaikan.
*** *** ***
Author note:
WARNING!
If you reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD, you will risk of a malware attack. If you wish to read this story safety, read this in THE ORIGINAL web! Please, support the author with some respect.
Thank you,
Hygea Galenica
--- --- ---
PERINGATAN!
Jika Anda membaca cerita ini di platform lain SELAIN WATTPAD, Anda akan berisiko terkena serangan malware. Jika Anda ingin membaca cerita ini dengan aman, bacalah di web ASLI! Tolong, dukung penulis dengan cara yang lebih terhormat.
Terima kasih,
Hygea Galenica
*** *** ***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top