Babak 15: Strategi Sederhana
"Kamu bicara apa sih, Ann? Alvin ini--" Keraguan Zea sontak dipotong oleh Ann.
"Ada sesuatu yang mengikutinya! Bayangan hitam dan bukan sembarang bayangan!" teriak Ann sungguh-sungguh hingga tiga orang yang sudah mengenalnya cukup lama tahu bahwa Ann sangat ketakutan sekarang.
Mereka semua membalikan badan, menatap penuh selidik ke arah Alvin yang membuat pemuda itu membelalakkan mata. "Kau ... melihat apa?" Alvin menoleh ke Ivy yang ikut kaget karena telunjuk Ann melayang tepat ke posisinya sekarang.
"Dia ... bisa ... melihatku," bisik Ivy yang terdengar ada nada kelegaan dan kegembiraan.
Cass meraih bahu gadis yang terguncang itu. "He-hei, Ann ... kamu pasti bercanda, kan? Kita ini lagi ada masalah yang lebih serius dibandingkan orang yang lagi ketempelan sama hantu--"
Ann menepis tangan Cass dan kembali meninggikan suaranya. "Ini juga masalah besar tauk! Bayangan itu bisa saja menyerangku tiba-tiba, kan? Intinya, aku tidak mau berurusan dengan dia! Titik!" Ann langsung berjongkok, menjatuhkan kepalanya ke kedua lutut, dan melanjutkan rengekannya.
Zea menghela napas panjang. "Makin lama, kamu makin lemah, Ann. Gara-gara bakat barumu muncul, kamu berubah seperti ini. Ya ... sama juga dengan Nigel." Zea menghentikan ucapannya, tampak menyesal telah menyebut nama sobatnya yang menghilang.
Sementara itu, Ivy merengkuh dirinya dengan getir. Alvin menoleh dan mendengar gumamannya. "Jadi dia melihatku seperti bayangan hitam. Hahaha ... setidaknya, bukan cuman kamu saja yang menyadari keberadaanku," ucap Ivy dengan tawa yang dipaksakan. Sepertinya dia kecewa karena Ann malah takut akan sosok dirinya.
Xanor yang sedari tadi mengawasi situasi dalam diam, akhirnya angkat suara, "Baiklah, kalau begitu, kita cek saja apa misi masing-masing untuk besok. Kalau ada yang sama, kita segera buat tim agar satu sama lain tidak menghilang secara tiba-tiba."
"Bagaimana kamu bisa menjamin akan hal itu? Gimana kalau kejadian seperti diriku dan Alvin terulang lagi? Cuman dua pemain dalam satu misi. Beda dengan kamu, Ann, dan Cass?" tanya Zea khawatir bahwa rencana sederhana itu akan gagal.
Cass melipat kedua tangan di depan dada dan merasa sudah waktunya otak cermelangnya digunakan untuk masalah ini. "Kalau itu ... pasti akan kita cari celahnya. Hei, semua game pasti punya celah! Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, kan? Pasti ada kelemahannya dan kita bisa menggunakannya, seperti memasukan cheat (1) di celah kode yang mudah diretas. Selain itu ... kita bukan pemain kacangan. Bukankah kita bisa minta tolong ke pusat untuk membantu?"
Zea menggeleng lemah. "Mustahil. Mereka tidak akan mungkin mau repot-repot memberikan bantuan orang mereka untuk menyelamatkan kita! Kamu sudah baca baik-baik kontraknya? Mereka ingin setiap masalah diselesaikan serahasia mungkin, itu berarti kita cuman bisa mengandalkan diri sendiri!"
Senyuman sinis merekah di wajah pemuda berkacamata kotak itu. "Kata siapa kita butuh orang lain? Yang kita butuhkan adalah sesuatu yang secepat kilat. Dan hal ini diperbolehkan di dalam kontrak dan ... benda ini dapat dipastikan akan mempermudah kita selama melakukan misi. Bagusnya lagi, tidak ada peraturan di dalam permainan konyol ini, kan? Artinya kita bisa leluasa menggunakannya!"
"Jadi, 'bantuan' apa yang kita butuhkan, Tuan Sok Pintar?" Ann yang sudah lebih tenangan, bangkit dan menatap tajam ke Cass.
"Satu kata untukmu, Cewek Cengeng--uang!"
--- --- ---
"Untung saja aku tidak setim dengan si Alvin itu," kata Ann lega. Gadis itu mengelus-elus dadanya penuh syukur.
"Oh ya? Aku malah sial bisa bersamamu," balas Zea jengkel. Pemuda itu menendang batu kerikil yang berada di tengah jalan setapak.
"Ya, udah. Kalau kau tidak suka ... menjauh dariku! Dasar Zea bego!"
"Hah? Harusnya aku yang berkata seperti itu!"
Ann dan Zea melangkahkan kaki beriringan dengan gusar. Keduanya tidak mau kalah satu sama lain. Mereka saling mendahululi di jalan yang berbukit-bukit, bergelombang, dan berkelok-kelok, mengarahkan keduanya lebih dalam ke hutan yang jarang disinggahi penduduk di sekitarnya.
Pada akhirnya, Ann dan Zea mendapatkan misi yang sama. Di lain pihak; Cass, Xanor, dan Alvin mendapatkan misi yang serupa dengan tujuan yang berbeda dengan dua pasangan ini.
Mereka berdua mendapatkan misi di sebuah rumah tua yang terkenal angker di dekat kampus Clarius Jaya, bertempat di belakang tanah pemakaman. Perintah dari game itu adalah 'menemukan kenangan yang tersembunyi'.
Sesampainya di sana, kepanikan menyebar ke seluruh tubuh Zea, seperti semburan udara sedingin es menghujaninya dari segala arah. Aura itu pun menyerang Ann dan sontak menyadarkannya dari amnesia singkat akibat pikirannya kalut dengan masalah sebelumnya. Dia seolah tidak bisa mengingat di mana atau bagaimana bisa berada di sana, tetapi dia tahu itulah tujuannya.
Ketika ingatannya mulai tersusun baik, helaian demi helaian halaman akan kejadian sebelumnya dipahami kembali, Ann tidak percaya sudah melakukan hal yang lebih parah daripada bersama dengan Alvin dan bayangan mengerikannya.
"Aku ... sekarang menyesal mendapatkan misi ini ...."
Zea menelan ludah dan berbicara setengah berbisik, "Kamu mau bilang, 'mereka' ada di sini?"
"Yup, dan banyak," jawab Ann yang ikut merendahkah suaranya.
"Oh, baguslah, coba kamu tanya ke mereka, di mana kita bisa menemukan kenangan ini. Dengan bantuan mereka bakalan bisa cepat selesai. Ide yang bagus, kan?"
"Kamu kira aku sudi berbicara dengan mereka? Tidak, lebih tepatnya, apa mereka mau disuruh-suruh sama manusia menyebalkan sepertimu?"
--- --- ---
"Entah apa yang bakalan terjadi pada Ann dan Zea, tapi aku ragu mereka akan selamat."
Xanor tampak tidak senang mendengar ucapan pesimis Cass. "Jangan berkata seperti itu. Pasti mereka bisa."
"Aku masih ragu ... mereka berdua itu bagai air dan minyak. Dari dulu sulit untuk disatukan. Ya ... tapi hal itu juga berlaku untuk Zea dan Tris, sih."
Seketika keheningan mencekat tenggorokan Cass dan Xanor. Keberadaan Tris pun tidak ditahu kepastiannya. Dua orang yang paling bisa diandalkan dan kuat lebih duluan AFK (2), menyisakan Xanor seorang yang bisa melindungi Cass dan Alvin untuk misi berikutnya.
Mereka bertiga mendapatkan misi di kafe yang kemarin Alvin dan Nigel datangi. Entah itu adalah sebuah kebetulan atau tidak, tapi perintah di dalam misi itu adalah 'bertahan di sana sampai bulan purnama tepat di atas kepala'.
"Sepertinya ... aku bisa tahu permainan apa yang akan kita lakukan?"
"Permainan seperti apa itu, Kak Cass?" tanya Alvin penasaran. Meski dia pun juga memiliki dugaan sendiri, tapi tidaklah sopan sok pintar di depan senior sekaligus sesepuh di gulid-nya.
"Ah, ada beberapa dugaan, tapi mari kita lihat apa tebakanku benar atau tidak. Tapi aku berharap meleset sih."
Mereka tiba dan di dalam kafe itu sudah ada beberap orang dengan nama asing di atas kepalanya.
Terima kasih buat kalian yang terus mengikuti cerita ini! Silakan berikan kesan kalian selama membaca! Supaya tidak menebar janji lagi, aku akan terus menulis tiap hari. Mohon dukungannya, yaw!
-- --- ---
Author note:
WARNING!
If you reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD, you will risk of a malware attack. If you wish to read this story safety, read this in THE ORIGINAL web! Please, support the author with some respect.
Thank you,
Hygea Galenica
--- --- ---
PERINGATAN!
Jika Anda membaca cerita ini di platform lain SELAIN WATTPAD, Anda akan berisiko terkena serangan malware. Jika Anda ingin membaca cerita ini dengan aman, bacalah di web ASLI! Tolong, dukung penulis dengan cara yang lebih terhormat.
Terima kasih,
Hygea Galenica
*** *** ***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top