Cintamu 03 - Pertemuan Ketiga

"Bay, kita dapat undangan dari salah satu SMA di Jakarta. Kita di suruh buat pidato untuk anak didik mereka." Kata Andre merebut smarthphone yang sejak tadi di genggam Bayu.

Pria itu berdecak jengkel. "Kapan?" tanyanya tanpa berusaha mengambil handphonenya dari tangan Andre, kedua tangannya terlipat di depan dada.

"Besok. Inta, Dewi sama Prita gak bisa ikut, mereka ada kesibukan sendiri-sendiri. Dewi yang gak boleh keluar rumah sama suami selama hamil, Inta yang masih di Jerman, Prita yang lagi nyiapin weddingnya. Jadi kita hanya berdua." Kata Andre berjalan ke arah sofa di ruangan Bayu, melanjutkan permainan yang tadi baru di mainkan Bayu.

Bayu berdiri dari duduknya, berjalan ke arah Andre, duduk di single sofa. "Ngomong-ngomong, gimana tuh orang yang loe taksir? Ada perubahan?" tanya Bayu iseng.

Andre tersedak air lirunya sendiri. Tatapan tajam melayang. "Gua gak naksir dia yah, gua hanya merasa simpati hanya itu." Kilah Andre acuh, menekan kata simpati, kembali melanjutkan permainan di handphone Bayu.

"Hanya simpati? Kalo hanya Simpati kenapa loe sampe ngubek-ngubek tentang dia? Loe kira gua gak tau, kalo loe nyuruh Joana untuk nyelidiki masalalu cewek loe itu? Halah, Ndre, boong kok sama gua. Kadal kok loe kadalin, mana bisa!"

Andre kembali tersedak air liurnya, melempar handphone Bayu ke pria itu yang segera di tangkap. Bayu tergelak.

"Terserah apa loe kata deh. Ngomong-ngomong sekertaris loe sekarang cowok? Udah tobat loe?" kata Andre mengejek.

Bayu berdecak jengkel. "Nyokap tuh yang milihin."

Andre terbahak keras mendengar perkataan sahabatnya. Menertawakan ketidak beruntungan yang sedang menimpa Bayu.

.

Bayu dan Andre berjalan santai di koridor salah satu SMA Jakarta. Hampir semua siswi di sana mematung, melihat ketampanan dua pria yang sedang berjalan melewati mereka, menatap penuh kekaguman.

Bruk.

"Aw!" pekik salah satu siswi yang sedang membawa beberapa buku menbarak punggung Bayu, membuat Bayu menghentikan langkahnya, kepalanya menoleh dan mendengus. Ada ya Siswi yang cerobohnya seperti dia?.

"Hati-hati dong kalo jalan!" kata Bayu jengkel. Andre menggelengkan kepala melihat sikap arrogant Bayu yang kembali muncul.

Gadis itu mendongak untuk meminta maaf, namun sebelum kalimatnya selesai matanya terbelalak, berdiri tiba-tiba membuat Bayu sedikit mundur, sebagai gerakan refleks, matanya ikut membelo melihat wajah gadis di depannya yang hanya sebatas dadanya.

"Loe?!" pekik Bayu tidak percaya.

Gadis itu mengangguk antusias. "Apa kabar kak Bayu," kata Raya ceria, senyuman manis hadir di wajah iumutnya.

"Tau dari mana nama gua?"

"Dari kak Tia," jawab gadis itu riang, senyumannya sama sekali tidak memudar.

Bayu mendecih, memutar tubuhnya untuk berjalan menjauhi gadis itu, namun baru beberapa langkah, Raya menghalangi langkahnya.

"Apa sih bocah? Minggir!" kata Bayu mendorong kepala Raya kebelakang.

Tanpa di duga, Raya memegangi tangannya, mendekapnya erat. "Bocah, apaan sih loe? Lepasin tangan gua!" kata Bayu mencoba menarik tangannya. Namun Raya menggeleng. Sedangkan Andre terkekeh, melihat ulah Raya yang menurutnya menggemaskan.

"Aku bakal ngelepasin, kalo kakak mau ngasih pin sama nomor telepon."

Bayu mendesis jengkel, menarik tangannya kasar membuat senyuman di wajah gadis itu memudar.

"Gua gak ada waktu buat ngeladenin bocah kayak loe. Minggir!" kata Bayu sadis, mendorong tubuh Raya ke samping, berlalu begitu saja, tidak perduli wajah masam yang kini hadir, kepalanya menunduk dalam. Penolakan yang sadis.

Andre menepuk puncak kepala Raya membuat gadis itu mendongak.

"Nih buku kamu, lain kali jalan ati-ati ya dek. Dan jangan dengerin omongan dia, anggap aja dia gak pernah ngomong kayak tadi, kalo mau pin sama nomor telepeon dia, nanti aku kasih. Tenang aja. Semangat buat ngejar dia, ya." Kata Andre memberi semangat lengkap dengan senyuman manis.

Raya yang bingung dengan lelaki di depannya hanya mengerutkan kening tidak mengerti.

"Andre. Cepetan. Loe mau gua seret apa gimana?" seru Bayu jengkel.

Andre terkekeh, berjalan ke arah Bayu, menepuk pundak sahabatnya sedikit keras.

"Gak baik nyia-nyiain cewek secantik dia."

"Ambil sana kalo mau,"

Andre tergelak mendengar perkataan sadis sahabatnya. Kepalanya menggeleng.

"Awas nanti kalo nyesel,"

Bayu hanya mendengus dan memutar kedua bola matanya malas. Dia tidak tertarik untuk melanjutkan topik yang membuatnya muak. Nyesel? Itu tidak akan terjadi!.

.

"Tingkat kriminalitas semakin tinggi. Premanisme bak wabah yang menular ke setiap daerah. Kejahatan bisa terjadi setiap saat tanpa ada yang bisa mencegah. Berita-berita mengerikan setiap hari kita dengar melebihi sarapan pagi. Pembunuhan, perampokan, bahkan pemerkosaan.

Lantas apakah kita akan berdiam diri menyaksikan semua itu lewat di depan mata? Menunggu aparat ke amanan datang? atau mengharapkan seorang macam 'superman' turun tangan? Keamanan dan perlindungan lebih banyak berada di tangan kita sendiri. Kita tidak bisa mengharapkan bantuan orang lain karena mereka juga dalam posisi yang sama.

Saat ini semua orang, anggota masyarakat sangat rentan menjadi korban tindak kejahatan. Kriminal bisa menyentuh laki-laki atau perempuan, dewasa atau anak-anak, kaya atau miskin. Jadi sebaiknya kita berusaha meningkatkan perlindungan pada diri kita sendiri. Memang banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari kejahatan. Misalnya, jangan mudah percaya pada kata-kata orang lain. Sebaiknya kita melakukan perjalanan tidak seorang diri, apalagi jika di malam hari. Kaum perempuan juga dihimbau agar mengenakan pakaian yang sopan dan tidak mengenakan perhiasan. Namun semua itu adalah batas minimalis yang bisa kita lakukan. Bagaimana jika sudah melakukan hal-hal itu, ternyata kita terpaksa berhadapan dengan penjahat? Apa yang akan kita lakukan? Berdian diri? Pasrah? Atau melawan?

Mengapa kita tidak menggalakkan ilmu bela diri? begitu banyak perguruan ilmu bela diri di tanah air yang bisa kita ikuti. Dahulu, ilmu bela diri mencapai puncak kejayaan sehingga memiliki banyak pengikut. Namun harus diingat bahwa bela diri bukan untuk bergaya, tetapi bisa digunakan untuk melindungi diri dari tindak kejahatan. Saya apresiasi terhadap sekolah-sekolah yang mencantumkan bela diri sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Akan lebih baik lagi jika para pendidik menyoalisasikan agar siswa-siswa mengikutinya disertai penjelasan situasi dan kondisi yang semakin rawan.

Beladiri bukan hanya untuk melindungi diri kita sendiri, beladiri juga bisa di buat olahraga keseharian kita, agar tubuh kita sehat dan bugar, di samping itu, kita bisa menoleh prestasi. misalnya menjadi pemenang taekwondo, atau bisa juga, menjadi tentara, Polisi Tenaga ke amanan Nasional. Atau juga menjadi hyundai atau pemegang sabuk hitam.

Siapa yang tidak mau terlihat keren? Pasti kebanyakan cowok menginginkan hal itu bukan?" kata Bayu terdengar lugas. Semua orang yang ada di aula sekolah mengangguk membenarkan.

"Banyak beladiri yang bisa di ikuti, tergantung selera kita mau pilih yang mana, semua beladiri itu sebenernya sama, sama-sama untuk melindungi diri kita, atau melindungi orang yang kita taksir, benar?!" tanya Bayu yang di sahuti riuh galak tawa. Hampir seluruh orang di ruangan itu membenarkan.

Tanpa Bayu sadari, ada satu siswi yang sejak tadi menatapnya penuh kekaguman. Bayu terlihat begitu tegas dan to the point, dia bisa menjadi arrogant dan friendly dalam kurun waktu berturut-turut.

"Ngelitainnya jangan kayak gitu juga kali, sampe gak kedip sama sekali." Kata Nia menyenggol lengan sahabatnya yang sejak tadi menatap Bayu penuh dengan kekaguman, baru kali ini dia melihat sang sahabat menatap lawan jenis seperti itu.

Raya terkekeh. Tidak menyahuti godaan Nia. Mata gadis itu berpaling ke sebelah Bayu, melihat pria yang tidak kalah tampan sedang ikut berpidato. Dia teringat perkataan pria tadi. Setelah ini, dia harus menghampiri pria itu dan meminta pinnya. Baru kali ini dia merasakan jatuh cinta, dan rasanya amaizing, tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: