#4
.
.
.
***
Bola mata batu permata (e/c) mengerjap pelan. Gadis manis memiringkan kepala. Menyebabkan surai panjang (h/c) sedikit berjatuhan. Hari ini gadis itu memang tidak merapikan rambut dengan ikat sanggul seperti biasa. Labium merah muda sedikit terbuka. Bersiap untuk mengucapkan sebuah kalimat, "Apa maksud Anda?"
Bocah berumur 10 tahun dengan helai perak itu memberikan tatapan penuh kepadanya. Dia bukan bocah sama seperti 5 tahun lalu yang masih malu-malu untuk bertanya pun berbicara. Ijekiel dengan cepat berkembang menjadi sosok berbeda.
"Saya tidak ingin berpisah dari Anda," terang bocah perak tersebut. Bola mata emas terlihat begitu percaya diri dan penuh dengan keyakinan. Dia berdiri kokoh di sana. Sendirian untuk mengajak sang gadis untuk mengarungi semesta bersama.
"Saya minta maaf. Tetapi saya tidak berminat untuk mengikuti Anda," tolak [Name] halus seraya menggeleng kecil. Ah, dia tahu kemana arah tujuan pembicaraan ini. Gadis manis bukanlah gadis lugu pun polos. Meski bocah di hadapannya saat ini masih terbilang belia, Tuan Muda Alpheus tersebut cukup dewasa pada umurnya.
Perasaan merinding dengan perlahan menjalar. Menjelajah punggung mulus sebab naskah pada alur cerita tidak pernah tertulis.
"Lalu bagaimana agar saya bisa menahan Anda untuk berada di sisi saya?"
"Apa saya bisa memberi pertanyaan, Tuan Muda Alpheus?"
Ijekiel mengangguk dengan mantap. Tidak ada ketakutan dalam bola mata emas. Dirinya tanpa sadar telah memancarkan pesona pemimpin. Menyebar dengan halus di seluruh ruangan luas; secara diam berusaha untuk melebur bersama udara.
"Mengapa Anda ingin mengajak saya bersama Anda?" hati sudah tahu jawaban tersembunyi. Tersimpan rapat pada kotak baru besar. Tidak pernah tersentuh sebab sang pemilik tidak pernah menyadari atau tahu mengenai hal tersebut.
Wajah menggemaskan bocah perak sedikit diturunkan. Jemari kecil terlihat mengepal keras. Bagaimana dia bisa menjawabnya jika bocah itu sendiri tidak tahu mengapa. Ini berbeda dengan ketika dirinya mengucapkan berita merantau kepada sang adik perempuan.
Jika kepada Jennette dia rela, mengapa Ijekiel tidak ingin meninggalkan [Name]? Seberapa keras usaha otak bekerja, bocah perak tersebut tidak bisa menemukan jawabannya. Dia tidak mengerti. Sungguh.
Gadis manis menggeleng pelan. Susah sekali, ya, menghadapi bocah yang sedang mengalami cinta monyet. Hela nafas terdengar pelan. Konyol, pikirnya. Bosan perak ini akan tumbuh menjadi pemuda tampan. [Name] berani bertaruh jikalau di masa depan, Ijekiel akan menjadi calon menantu idaman terdepan di Obelia.
Orang hebat seperti bocah itu lebih pantas untuk bersanding dengan seseorang dari kalangan yang sama.
"Anda sendiri tidak tahu jawabannya." labium merah muda sedikit menipiskan garis. Senyum tipis terukir dengan lembut mengikuti jejak Mentari. "Saya rasa cukup disini. Waktu pembelajaran sudah habis."
Tubuh semampai dengan perlahan merendah. Memberikan salam singkat untuk sekedar bertukar rasa hormat. Jemari lentik terbalut kain gulita dengan erat memeluk buku tebal. Kaki jenjang dengan lembut mengundurkan diri. Tanpa meninggalkan suara untuk menuju pintu.
"Bagaimana..." suara khas anak-anak tersebut kembali mengudara. Menginterupsi gadis manis untuk melangkah menuju tujuan utama. Ijekiel menaikkan pandangan. Bola mata emas sedikit memberikan tatapan berani. "Bagaimana jika saya mengetahui jawabannya?"
"Jika suatu hari nanti saya mengetahuinya, apa yang akan Anda lakukan?" sambungnya lagi.
"Anda tidak dan tidak akan pernah," balas gadis manis yakin. Tubuh semampai terdiam sejenak. Bola mata batu permata (e/c) melirik pelan. Hela nafas terdengar halus. Melebur bersama udara tanpa membuat keributan. "Tetapi jika Anda berhasil menemukan jawabannya, catch me if you can. Lord Alpheus."
.
.
.
TBC
31 Desember 2021
See ya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top