#2
.
.
.
***
Bola mata emas dengan serius memusatkan fokus pada gadis manis. Pembelajaran mendasar sudah lama berjalan. Secara diam mengikuti jejak detik untuk menjelajah buana. Ijekiel sedikit terperangah. Gadis muda dengan surai (h/c) tersebut begitu mudah menerangkan pembelajaran. Labium merah muda kerap melontarkan pertanyaan. Terkadang memberikan sebuah candaan untuk mengisi keheningan dalam suasana berat.
Ini begitu berbeda ketika dirinya mempelajari ilmu dengan pengajar lain.
"Kita akhiri pembelajarannya disini. Masih ada cukup waktu sebelum pembelajaran berpedang Anda dengan Sir Robert. Apa Anda memiliki pertanyaan?" tanya [Name] seraya tersenyum. Jemari lentik menutup pelan buku tebal. Bola mata batu permata (e/c) menatap lurus kepada bola mata emas.
Ijekiel menggeleng kecil. Helai perak dengan lembut bergerak. Bibir mungil sedikit menipiskan garis. Daripada pembelajaran, ada hal yang membuat dirinya lebih penasaran. Sejak hari pertama dia bertemu dengan gadis manis, Ijekiel ingin tahu. Perasaan meledak selalu berhasil membuatnya terkadang kehilangan fokus. Bola mata emas memberikan tatapan ragu. "Apa saya boleh bertanya tentang Anda?" bisiknya pelan.
[Name] mengerjap beberapa kali. Ah, sudah pasti bocah Alpheus itu penasaran dengannya. Terlepas dari usia yang masih muda, wajah manis tersebut merupakan hal asing di negara ini. Telapak tangan terbalut kain gulita polos dengan halus menahan dagu. "Jika saya berkata tidak boleh, apa yang akan Anda lakukan?"
Tubuh mungil tersentak. Ijekiel dengan segera menurunkan pandangan. Dia kembali menggeleng kecil. Perasaan gugup dan khawatir menyelimuti hati. Jemari mungil dengan gelisah saling bertautan. Bertanya mengenai informasi pribadi merupakan hal lancang. Terlebih jika kedua belah pihak tidak dekat. Itu adalah salah satu dari sekian banyak peraturan di kalangan bangsawan. Seharusnya dia tahu itu.
"Saya minta maaf," balasnya pelan.
"Saya hanya bercanda." tawa manis mengudara dengan lembut. Melebur bersama udara dengan tenang. Menyebar ke seluruh ruangan tanpa sadar telah menyelinap masuk ke dalam hati. Pipi gembul Tuan Muda Alpheus selalu terlukis oleh semburat merah muda. Tidak terkecuali dengan kali ini.
"Jadi, apa yang ingin Anda ketahui mengenai saya?" tanya [Name]. Labium merah muda mengukir lembut senyum manis. Dengan sabar menunggu sang bocah untuk berbicara.
"Boleh?" bola mata emas sedikit membesar. Secara perlahan menunjukkan kepada semesta jikalau kebahagiaan sedang menghampiri. Memeluk dengan erat; tidak berniat untuk melepaskan untuk waktu lama. Bola mata batu permata (e/c) memberikan tatapan lurus kepada bola emas. "Saya ingin mengetahui semua tentang Anda."
"Saya tidak yakin kisah saya akan menarik. Apa Anda masih ingin mendengarnya?"
Ijekiel mengangguk semangat. Bocah perak tersebu tanpa sadar telah melukis wajah gembul dengan menggemaskan. Menyebabkan sejumlah makhluk fana menahan nafas sejenak. Terlampau tidak tahan untuk menatap lama karya semesta.
"Hm.. Sebelum memutuskan untuk datang kemari, saya tinggal di Arlanta. Terlebih karena orang tua saya bekerja di sana," ucap gadis manis. Bola mata batu permata (e/c) dengan perlahan menyembunyikan diri dari dunia. Jemari lentik terlihat sedikit mengetuk permukaan meja kayu.
"Ah, benar." suara manis dengan kejam menggantung bersama udara. Gadis itu menemukan peti berharga dalam akal budi. Secara tidak sadar jikalau gemintang akan selalu menemani.
Tidak ada kesempatan lebih baik dari sekarang. Dia harus mengatakannya. Labium merah muda dengan manis mengukir senyum lebar. Bola mata mengintip kecil. "Anda mungkin harus bersekolah di Akademi Arlanta untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman. Itu akan berguna untuk persiapan Anda menjadi Duke di masa depan."
"... Apa itu berarti Anda tidak akan mengajar saya lagi?" tanya Ijekiel pelan. Bola mata emas sedikit meredup. Bibir mungil terlihat melengkung. Perasaan tidak senang bertamu menyelimuti hati. Dirinya sudah terlampau nyaman dengan gadis manis. Jika di suruh berpisah, dia tidak tahu harus berbuat apa.
Senyum manis merekah lebar pada labium merah muda. [Name] terkekeh kecil. Kelopak mata menyipit pelan membentuk ukiran bulan sabit. "Waktu pembelajar kita sudah selesai. Apa tidak sebaiknya Anda bergegas menuju lapangan untuk menghadiri kelas berpedang dengan Sir Robert, Tuan Muda Alpheus?"
Menjadi kalimat penutup untuk hari ini. Meninggalkan sejumlah perasaan tidak nyaman sebab terlampau gelisah. Tanpa sadar menumbuhkan sejumput benih untuk memberikan kehidupan.
.
.
.
TBC
31 Desember 2021
See ya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top