➛Older

Suara tonggeret terdengar dengan jelas, terik matahari membuat beberapa orang mengeluh akibat panas, dan itu sangat dirasakan oleh ketiga murid kelas satu SMK Jujutsu yang tengah berjalan di lorong sekolah.

"Argh...! aku harap hari ini segera berganti," keluh Itadori, keringat membasahi wajahnya, belum lagi pakaian mereka yang yang berwarna hitam menambah suhu udara disekitar semakin panas.

"Kenapa pakaian sekolah ini hanya satu jenis?! Bahkan tidak ada seragam musim panas!" timpal Nobara yang juga mengeluh.

"Kalian ini banyak mengeluh," ucap Fushiguro yang berhasil mendapat tatapan tajam dari Nobara. "Hei, apa kau tidak pernah kepanasan?! Ini jelas-jelas menyiksa!"

Itadori mengangguk setuju. Fushiguro memutar bola matanya malas.

"Oh, kalian!" ketiganya menoleh, menemukan sosok Panda yang tengah berdiri di dekat vending macine dengan tangan yang dilambai.

"Apa yang kau lakukan disini, senpai?" tanya Itadori yang berlari kearah Panda, dan berhenti tepat di depannya.

"Hanya membeli minuman untuk yang lain," jawab Panda yang tengah sibuk memasukan koin dan memilih minuman.

Cling!

Beberapa minuman keluar dari mesin, dengan cekatan Panda langsung mengambilnya dan membawanya dalam pelukan.

"Apa anak kelas dua tengah berlatih?" tanya Fushiguro yang berdiri tepat di samping Itadori.

"Ya, tadi pagi [Name] baru saja pulang dari misinya, dan Maki mengajaknya untuk berlatih."

"[Name]? Apa dia salah satu murid SMK Jujutsu?" Nobara mengernyit bingung, mendengar satu nama asing membuatnya mengerutkan kening.

"Ya. Dia juga satu-satunya murid yang menjadi shaman tingkat satu di angkatan kami," jelas Panda. Itadori, dan Nobara membulatkan mata mereka. Terkejut dengan penjelasan Panda.

"Aku ingin melihatnya, Panda-senpai. Apa kami boleh melihat latihan kalian?" Itadori menatap Panda dengan berbinar. Penasaran dengan sosok [Name] yang di sebutkan senpai nya.

"Tentu saja, aku juga yakin kalau [Name] akan senang ketika bertemu dengan kalian," kata Panda yang disambut dengan sorakan Itadori.

"Hee...menarik, aku juga ingin melihatnya," ucap Nobara yang menyeringai senang.

Fushiguro hanya menghela napas pelan, bukankah beberapa menit yang lalu kedua temannya ini mengeluh akibat panas? Fushiguro sama sekali tak bisa mengerti jalan pikir mereka yang menurutnya terlalu absrud.

***

"Seperti biasa, kemampuanmu itu selalu hebat, Maki," ucap gadis berambut putih, rambutnya yang ia ikat ponytail bergoyang pelan, ketika gadis itu berjalan kearah Maki yang tengah terengah-engah.

"Bukankah kau semakin kuat, [Name]?" gadis bernama [Name] itu terkekeh pelan, mengulurkan tangannya, dan diterima dengan baik oleh Maki. "Iie, kemampuan bertarung dengan senjatamu itu yang semakin mengerikan."

Kedua gadis itu berjalan kearah Inumaki yang tengah duduk di bawah pohon rindang, angin berhembus dengan pelan, membawa sejuk yang dinikmati ketiganya.

"Dimana Panda?" tanya [Name] yang tak menemukan sosok Panda.

"Dia sedang membeli minum," jawab Maki yang bersandar pada batang pohon, kakinya ia luruskan. [Name] mengangguk paham ikut duduk di samping Maki.

"Apa kalian sudah selesai?" [Name] menoleh, lantas tersenyum senang ketika melihat sosok Fushiguro yang juga tengah menatapnya. "Megumi-kun!" panggil [Name] seraya melambaikan tangannya.

"Hisashiburi-senpai," ucap Fushiguro seraya mengangguk singkat.

"Hisashiburi, apa kalian Itadori-kun, dan Nobara-chan?" [Name] melirik kearah Itadori dan Nobara dengan senyum yang terpantri di wajahnya. "Hajimemashite, watashi Gojo [Name], yoroshiku."

"Eh?" Itadori, dan Nobara langsung terdiam.

Apa mereka tak salah dengar atau telinga mereka sedang bermasalah? Gojo?!

"Dia adik dari Satoru," celetuk Maki yang paham akan reaksi kedua adik kelasnya.

"Ha?!" keduanya langsung berteriak, membuat semuanya mau tak mau menutup telinga.

"Urusai!" teriak Maki. Itadori, dan Nobara langsung diam, mereka tak ingin senpai mereka yang satu ini menghajar mereka habis-habisan.

[Name] tersenyum kikuk, dalam hati meringis pelan karena dirinya tahu apa saja yang sudah dilakukan Kakak nya yang terlalu abnormal.

"Dia memang adik Satoru, tapi kelakukan mereka jelas berbeda, bisa dibilang [Name] itu pawangnya Satoru," jelas Panda sembari memberikan minuman yang baru saja ia beli.

Inumaki, mengangguk setuju. "Shake-shake."

"Kudengar kalian diserang kutukan tingkat tinggi?" tanya [Name] yang meneguk minumannya. Sensasi dingin langsung menggerogoti kerongkongannya yang terasa kering.

"Ya. Untungnya tak ada korban dari para murid," jawab Maki.

"Souka," gumam [Name], wajahnya menengadah keatas, menatap lagi biru yang tidak tertutupi awan, tersenyum kecut. "Gomen ne...andai saja aku ada disana, aku pasti sudah membantu kalian."

"Itu bukan apa-apa, [Name]. Lagipula, Satoru langsung membereskan semuanya," ujar Panda.

[Name] terkekeh pelan. "Sepertinya walau aku tak ada kalian tetap aman karena ada Nii-san, bukankah begitu?"

"Begitulah. Jadi kau tak perlu khawatir," timpal Maki sembari memukul pundak [Name] dengan keras, membuat sang empu tersentak, disusul dengan tawa lepas.

Hari itu semuanya tertawa lepas, kecuali Fushiguro yang diam. Mata biru gelapnya menatap [Name] yang masih tertawa bersama yang lain dengan tatapan yang sulit diartikan.

***

Malam menyapa, bintang yang biasanya bersinar di malam hari tertutupi oleh awan. Menyisakan bulan yang bersinar walau hanya separuh dari seluruh bagian.

"Hahh...!" helaan napas lelah keluar dari mulut [Name]. Beberapa saat yang lalu [Name] mendapat perintah dari Kakaknya untuk mengawasi murid kelas satu di Jembatan Yasohachi.

"Padahal baru saja beberapa hari yang lalu aku mendapat libur" gumam [Name] yang kembali menatap isi pesan Kakaknya beberapa saat yang lalu. "Hanya mengawasi, kan? Tidak lebih?"

Mobil hitam berhenti tepat di hadapannya. Kaca pintu terbuka, sosok Nitta Akari menjadi yang pertama ia lihat.

"Nitta-san, kali ini mohon bantuannya," ucap [Name] yang memasuki mobil. Nitta tersenyum ramah. "Ha'i, [Name]-san."

"Jadi, Nitta-san. Sejauh ini informasi apa saja yang kau dapatkan?" tanya [Name] yang fokus kedepan, begitupula Nitta karena dirinya yang menyetir.

"Sejauh ini masih belum ada perkembangan, [Name]-san," jawab Nitta yang kemudian menjelaskan apa saja yang sudah mereka temukan, termasuk informasi kalau Tsumiki yang notebane nya Kakak Fushiguro pernah pergi kebawah Jembatan.

[Name] yang mendengarnya langsung terdiam, dirinya teringat akan Fushiguro yang pasti langsung mengambil tindakan. "Megumi-kun."

Mobil yang mereka tumpangi terus melaju, hingga berhenti di pinggi jalan, dimana seharusnya Itadori, Nobara, dan Fushiguro berada.

"Dimana mereka?" tanya Nitta yang sama sekali tak menemukan sosok ketiganya.

***

Ekspresi kesal mulai terlihat di wajah Nitta, [Name] yang duduk tepat di sebelahnya menoleh. "Apa ada masalah, Nitta-san?"

"Sudah kuduga tidak diangkat! Kemana perginya anak-anak itu!" Nitta tak tinggal diam, dirinya langsung tancap gas. Membuat mobil melaju dengan cepat.

"Nitta-san, bagaimana kalau kita langsung saja pergi menuju Jembatan Yasohachi, kemungkinan besar mereka pergi kesana," usul [Name] yang masih memegang kursi mobil dengan erat, karena ngeri sekaligus takut.

"Ide bagus, [Name]-san!" Nitta mengangguk setuju. Bukannya memperlambat laju mobilnya, Nitta malah menambah kembali lajunya. Membuat [Name] memekik dengan keras. "Nitta-san, pelankan lajunya! Aku tak ingin mati muda!"

***

"Kita sudah sampai, [Name]-san," ucap Nitta yang memberhentikan mobilnya dengan tenang. [Name] yang awalnya tegang langsung lemas. Jujur saja, dirinya lebih baik membasmi roh terkutuk daripada menaiki mobil yang melaju dengan cepat.

Nitta membuka sabuk pengamannya. Langsung keluar dari mobil, dan langsung berteriak marah-marah ketika melihat Itadori, Nobara, dan Fushiguro yang babak belur. [Name] yang menyusul keluar, langsung melompat dari atas jembatan.

"Kalian babak belur, tingkat apa yang kalian lawan?" tanya [Name] yang mendarat tepat dihadapan ketiganya.

"Tingkat tinggi sepertinya," jawab Itadori seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

[Name] tersenyum kecil, menepuk kepala ketiganya dengan pelan. "Kerja bagus!"

Itadori, dan Nobara menyeringai. Fushiguro terdiam dengan rona tipis yang menghiasi wajahnya.

"Karena pencapaian besar kalian, aku akan mentraktir kalian daging besok," ucap [Name] yang mendapat tatapan binar dari Itadori maupun Nobara.

"Kau yang terbaik [Name]-senpai," pekik keduanya yang membuat [Name] terkekeh pelan. "Kalian naiklah keatas terlebih dahulu, aku akan menyusul."

Ketiganya mengangguk, walau mereka tak tahu apa yang akan dilakukan senpai mereka, tetapi mereka tetap menurutinya.

***

Tatapan tajam Nitta yang pertama kali mereka dapatkan, keringat dingin mengalir di dahi. Itadori yang tak berani menatap Nitta secara langsung, lantas mengalihkan pandangannya. Menatap [Name] yang berjongkok. Ketika jarinya yang lentik menyentuh tanah.

Wush!

Aura berwarna putih langsung menyebar, lingkungan yang awalnya menjadi sarang roh terkutuk langsung menjadi bersih. Sama sekali tak terasa hawa-hawa energi kutukan.

Itadori menatap [Name] dengan kagum, melirik kearah Fushiguro yang juga menatap [Name] . "Fushiguro, apa itu teknik kutukan [Name]-senpai?"

Selama ini dirinya belum pernah melihat teknik kutukan yang indah seperti ini.

"Ya. Pemurnian, [Name]-senpai bisa memurnikan roh terkutuk bersama lingkungannya. Sampai saat ini belum ada yang tidak bisa dimurnikan oleh [Name]-san sendiri," jelas Fushiguro yang juga ikut melihat aksi [Name] yang masih sibuk memurnikan.

Lima belas menit berlalu. [Name] selesai dengan pekerjaannya, dirinya menghela napas puas. "Fiuh...akhirnya selesai juga."

[Name] berbalik, mendongkak keatas. Menemukan ketiga kouhai nya yang tengah menatapnya, terutama Itadori dan Nobara yang menatapnya dengan kagum.

"Mereka ini," gumam [Name] yang menggelengkan kepalanya. Lantas, berjalan keluar dari bawah jembatan.

***

"Kau hebat sekali, [Name]-senpai!" seru Itadori yang bertepuk tangan. [Name] hanya terkekeh pelan. "Itu bukanlah hal yang spesial, Itadori-kun, teknik milikku bukanlah tipe petarung, jadi aku selalu membawa senjata terkutuk."

"Seperti Maki-senpai?" tanya Nobara.

[Name] mengangguk. "Kau benar, jadi terkadang aku selalu sparring dengannya atau dengan Nii-san."

"Tapi kau berhasil menjadi shaman tingkat satu," celetuk Fushiguro. Ketiganya menoleh, Itadori menatap Fushiguro dengan terkejut, sedangkan Nobara dengan mata melebar.

"Ada apa?" Fushiguro mengenyit bingung.

"Kau sejak kapan suka membela orang seperti ini?! Apalagi wanita?!" seru Itadori. Nobara mengangguk setuju.

Fushiguro langsung terdiam. Dengan cepat dirinya membalikkan badan, memasuki mobil tanpa berkata apapun. Membuat Itadori maupun Nobara berseru protes.

[Name] yang melihat kelakuan ketiganya hanya terdiam, dirinya menunduk dalam. Tanpa ia sadari kedua telinganya sudah memerah, begitupula dengan Fushiguro.

***

"Ughh...akhirnya kita bisa beristirahat," celetuk Nobara yang meregangkan kedua tangannya. Pegal di kedua tangannya sedikit menghilang.

"Aku ingin cepat-cepat mandi dan tidur," timpal Itadori yang langsung menguap. Usai bersitegang dengan misi, rasa lelah langsung menghampiri tubuhnya.

[Name] terkekeh pelan. "Lebih baik kalian berdua segera mengunjungi Shouko-san, bukankah tadi kalian bilang kalau kalian sempat terkena kutukan."

Nobara mengangguk. Senpai nya yang satu ini benar-benar perhatian, tidak seperti Kakaknya yang hampir setiap hari membuat darah naik.

"Kalau begitu, kami berdua pergi dulu, [Name]-senpai, sampai jumpa nanti, senpai," ucap Nobara yang berjalan menjauh, disusul dengan Itadori. Menyisakan [Name] dan Fushiguro yang hanya diam.

"Megumi-kun," panggil [Name].

Fushiguro menoleh. "Ada apa, senpai?"

"Usai mandi, segera ke kamarku," titah [Name] yang berjalan menjauh tanpa sepatah kata apapun.

Fushiguro mengernyit bingung, tapi tetap menuruti perintah senpai nya.

***

Pagi mulai menyapa, langit yang awalnya gelap kini mulai berwarna biru, matahari kini mulai menyapa. Menggantikan bulan yang bersinar di malam hari.

Pintu kamar [Name] diketuk, sang empu langsung membukanya. Sosok Fushiguro berdiri di depan kamarnya. [Name] tersenyum tipis. "Masuklah."

Fushiguro mengangguk, mengucapkan salam dengan pelan. Maniknya langsung disambut dengan dekorasi kamar senpai nya yang serba hitam putih.

"Duduklah," titah [Name] yang sudah duduk di lantai. Diatas meja terdapat kotak P3K, membuat Fushiguro langsung paham. "Kau tidak perlu mengobatiku, senpai."

[Name] tersenyum manis, tapi aura yang dikeluarkan sudah membuatnya begidik ngeri.

"Ke.ma.ri," titah [Name] dengan setiap penekanan. Fushiguro menghela napas. Apa boleh buat? Daripada senpai nya memarahinya, lebih baik dia menurut.

Hening.

Hanya terdengar suara kapas yang dicelupkan kedalam alkohol bersama jarum jam yang berdetak pelan.

"Akh...." ringisan pelan keluar dari mulut Fushiguro ketika lukanya bersentuhan dengan kapan yang berisi alkohol.

"Gomen," lirih [Name] yang kembali mengobati luka Fushiguro.

Ruangan kembali hening. Lima belas menit [Name] gunakan untuk mengobati luka Fushiguro.

"Arigato, senpai. Kalau begitu, aku pergi dulu," pamit Fushiguro yang bangkit dari duduknya.

Ketika hendak mengambil langkah, sesuatu menahan pakaiannya, membuat Fushiguro menoleh. Menemukan tangan [Name] yang menahan pakaiannya. "Senpai?"

"Tolong, jangan lakukan hal nekat seperti itu lagi, Megumi-kun," gumam [Name] yang menunduk dalam.

"Apa yang kau maksud, senpai?"

"Jangan pura-pura tak tahu, Megumi­-kun!" teriak [Name] yang mendongkak.

Fushiguro tersentak, maniknya langsung membulat ketika melihat sosok [Name] yang kini menangis, membuat Fushiguro terdiam.

"Kau kira aku tak tahu, kalau kau menyuruh Itadori-kun dan Nobara-chan untuk kembali. Sedangkan kau melawan roh terkutuk itu!" tangis [Name] semakin kencang. Hatinya benar-benar di remas kuat, ketika mendengar cerita itu dari Itadori.

"Aku tahu kalau Tsumiki-chan berhubungan dengan semua ini, tapi pikirkanlah juga perasaan nya ketika bangun, Megumi-kun! Bukannya mendapat kabar gembira, tapi malah mendapat kabar kalau adiknya sudah mati di tengah-tengah misi!" tangis [Name] kini semakin besar, suaranya yang bisa menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Frustasi, rasa sakit, khawatir, semuanya bersatu.

Grep!

Pelukan hangat [Name] dapatkan. Fushiguro memeluknya dengan erat, [Name] yang kembali menangis.

"Gomen, senpai," bisik Fushiguro. [Name] mengeratkan pelukannya, tangisnya semakin besar, seolah-olah tak ingin Fushiguro menghilang dari hadapannya.

Setengah jam [Name] habiskan dengan menangis dan setengah jam pula, Fushiguro berusaha menenangkan [Name] yang berada di pelukannya.

Keduanya kini duduk bersebelahan, [Name] menangkupkan wajahnya di balik kedua lutut yang ia lipat. Sesekali tangisan keluar, bersamaan dengan Fushiguro yang kembali menenangkan.

"Kenapa aku bisa menyukaimu yang terkadang nekat," gumam [Name] yang masih menelungkupkan wajahnya.

"Kau tahu senpai." [Name] menoleh, hidung nya memerah usai menangis ditambah matanya yang bengkak akibat terlalu lama menangis. "Awalnya aku menganggapmu sebagai Kakak keduaku, tapi semakin lama aku sadar kalau itu bukanlah perasaanku yang menganggapmu sebagai Kakakku tapi sebagai seorang laki-laki yang menyukai seorang perempuan."

[Name] masih tetap terdiam, wajahnya kembali di telungkupkan.

Fushiguro yang melihat reaksi [Name] hanya tersenyum tipis, kembali melanjutkan ucapannya. "Senpai, kau selalu berada di sampingku, apapun situasinya. Ketika aku sedih atau terluka, kau selalu yang pertama menghiburku. Terlebih lagi, kau selalu memberikan dukungan atau motivasi ketika aku frustasi dengan situasi yang membuat kepalaku kosong."

Fushiguro kini mengubah posisinya, tangannya kini menangkup wajah [Name] yang kini kembali menangis, Fushiguro terkekeh pelan. Dengan lembut jarinya menyenga air mata yang terus mengalir, tak peduli sederas apa itu. "Jadi senpai, bolehkan aku memiliki perasaan ini? Seorang laki-laki yang satu tahun lebih muda dari dirimu ini ingin melindungimu, ingin melindung tawamu dan bertukar posisi denganmu. Kini aku ingin menjadi yang pertama menghiburmu ketika sedih, mendungkung atau memotivasimu ketika kau frustasi."

Pecah sudah. [Name] kembali menangis, tangisan yang berbeda dari sebelumnya, tangis bahagia yang menghangatkan hatinya.

"Tentu, kau boleh memilikinya, Megumi-kun. Karena aku, memiliki perasaan yang sama seperti itu," jawab [Name] disela-sela tangisnya.

Fushiguro kini tersenyum tipis, kembali menyeka tangis [Name] yang terus mengalir. "Arigato, senpai."

Cup!

[Name] membulatkan matanya. Fushiguro menciumnya tepat dibibir, [Name] hanya bisa mematung, tapi langsung membalas ciuman yang di berikan.

Kini keduanya saling mengungkapkan, apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan, tidak akan ada yang mereka sembunyikan lagi, perasaan yang awalnya terus meluap kini sudah dikeluarkan, bersamaan dengan hubungan mereka yang naik satu tingkat.

[END]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top