Bab 15
Hallo! Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya~
🌸🌸🌸
"Jemi mau ini?" Leo menawari Jemi cokelat. Kedunya sedang di mini market dekat apartemen. Di tangan Leo terdapat keranjang belanja, di dalamnya sudah terdapat beberapa snack pilihan Jemi dan juga titipan Vinka.
"Mau Lele ... Jemi mau itu," sahut Jemi semangat, kini Jemi dan Leo sama-sama berjongkok di depan rak display cokelat. Asik memilih cokelat, tentu saja Leo membatasi Jemi. Dia tidak ingin diomeli Vinka karena membuat Jemi sakit gigi.
Jemi tiba-tiba meminta digendong oleh Leo. Kini, Leo dan Jemi sedang di kasir, menunggu kasir menghitung belanjangaan mereka. "Lele, gendong," pinta Jemi dengan wajah memelas.
Leo yang memakai topi dan masker dengan sigap menggendong Jemi. Saat digendong Leo, Jemi langsung menyandarkan kepalanya di bahu Leo. Dia juga mengalungkan tangannya di leher Leo. Jemi bahkan tidak terganggu saat Leo sibuk membuka dompet dan mengeluarkan uang, dia tetap nyaman pada posisinya.
Jemi dan Leo langsung pulang setelahnya, tidak mampir-mampir atau jalan-jalan lagi. Leo takut Jemi ketiduran. Soalnya, Jemi terlihat sudah mengantuk dan mereka pergi naik motor, berbahaya jika sampai Jemi ketiduran.
"Loh tidur?" tanya Vinka saat membukakan pintu untuk Leo dan Jemi.
"Emangnya tidur?" Leo balik bertanya, dia tidak bisa melihat wajah Jemi. Memang sepertinya Jemi tertidur karena tidak ada ocehan atau pergerakan di dalam gendongan Leo.
Sampai di parkiran tadi Jemi langsung meminta gendong Leo. Tidak butuh waktu lama padahal dari parkiran sampai naik ke penthouse. Ternyata Jemi sudah mengantuk berat.
Vinka sigap mengambil tas belanja yang berisi snack pilihan Jemi dan Leo. Dia kemudian membantu Leo meletakkan Jemi di tempat tidur di dalam kamar. Energi Jemi terkuras habis karena acara pentas dan juga ribut dengan Vinka perihal Margaret dan Piko.
Setelah menidurkan Jemi di tempat tidur, Leo mendekat pada Vinka. Dia memberikan kecupan ringan pada Vinka. Mata Vinka melotot, dia protes dengan tindakan Leo. "Nanti Jemi kebangun," ucap Vinka saat tangan Leo mulai memeluk pinggangnya.
"Pindah ke sebelah aja," ajak Leo. Di sebelah merupakan ruang kerja Leo. Dua hari lalu, Leo membeli sofa bed dan diletakkannya di ruang kerja. Saat itu Vinka mendelik penuh curiga, yang membeli hanya cengir-cengir tidak jelas saja.
Semenjak ada Jemi, baik Vinka maupun Leo fokus menjaga Jemi. Tertutama Vinka, karena dia yang paling menganggur. Leo sering mendapati Vinka tertidur cepat karena kelelahan, Vinka bahkan sudah lama tidak membuka laptopnya dan menghayal hingga pagi menjelang.
Leo dan Vinka keluar dari kamar, mereka pindah ke ruang kerja Leo dan mengunci pintunya. Leo takut Jemi terbangun dan langsung menyerbu ke dalam ruang kerja. Mereka masih bisa mendengar Jemi jika bocah itu terbangun dan mencari mereka.
"Kangen nggak sih Vi," ucap Leo yang kini sudah sangat dekat dengan Vinka, jarak bibir mereka hanya tinggal beberapa centi saja.
Vinka mengalungkan tangannya pada leher Leo. "Kangen lah," sahut Vinka yang memberikan senyum genit.
Leo tidak mengucapkan apapun, dia langsung mencium Vinka. Keduanya meluapkan perasaan mereka dengan saling mencumbu. Leo merapatkan pelukannya pada Vinka, dia mengusap sekitar area pinggang dan pinggul Vinka. Kemudian, dia turun meremas pelan bokong Vinka.
Pergulatan keduanya berlanjut di sofa, Leo tidak lagi ingin mengubah bentu sofanya menjadi tempat tidur. Dia sudah tidak sabar bercampur takut Jemi tiba-tiba terbangun dan ujung-ujungnya nanggung.
"Pelan-pelan Le," peringat Vinka.
"Nanti Jemi bangun," ucap Leo, mengingatkan Vinka pada kejadian beberapa hari lalu. Mereka diganggu oleh Jemi yang terbangun tengah malam dan Leo langsung uring-uringan tidak jelas. Besoknya dia bahkan merasa kesal tanpa alasan dengan Jemi, membuat bocah itu menangis pelan karena takut pada Leo.
Vinka tidak lagi menahan Leo, dia membiarkan Leo berbuat semau pria itu. Vinka mengikuti permainan Leo dengan baik. Dia juga sama kangennya dengan Leo, maklum saja. Mereka masih tergolong pengantin baru.
🌸🌸🌸
Minggu pagi, Leo tidak ada jadwal. Sarapan pagi pun lengkap, Vinka, Leo dan Jemi. Biasanya, hanya ada Vinka dan Jemi saja. Sebelum ada Jemi, Vinka sering melewatkan sarapan. Pagi ini, Leo yang membuat sarapan, nasi goreng biasa dengan bahan seadanya, tidak pedas tentu saja, karena ada Jemi.
"Lele hari ini libur?" tanya Jemi yang memang jarang bertemu dengan Leo. Dia heran kenapa Leo masih ada di rumah dan masih bisa ikut sarapan bersama.
"Kerja agak siangan sayang," jawab Leo yang sedang mengupaskan jeruk untuk Jemi yang sudah menyelesaikan makannya lebih awal, dia menyukai nasi goreng buatan Leo.
Vinka tersenyum melihat interaksi Leo dan Jemi. Awalnya, Leo terlihat canggung dengan Jemi. Sekarang, keduanya lengket tidak terpisahkan. Bahkan, Vinka sering diabaikan oleh Leo dan Jemi.
Ponsel Leo berdering, Vinka yang sedang membawa piring kotor ke tempat cucian langsung mendekat pada ponsel Leo. "Dari Mas Rico," ucap Vinka yang melihat nama penelpon di ponsel Leo.
Vinka membantu Jemi mencuci tangannya, selagi Leo mengangkat telepon. Rencananya, mereka akan menonton film bersama. Leo baru akan pergi bekerja di siang hari, jarang mereka bisa menghabiskan waktu bersama saat matahari baru terlihat.
"Ada apa?" tanya Vinka saat melihat raut wajah Leo berubah. "Jemi bisa sendiri kan sikat giginya?" Vinka beralih pada Jemi.
"Bisa Auvi," sahut Jemi yang kemudian berlari menuju kamar.
Vinka duduk di dekat Leo, dia menunggu Leo menyelesaikan pembicaraan dengan Rico. Setelah panggilan berakhir, Leo menghela napasnya. Dari tebakan Vinka, ada masalah yang muncul.
"Gue sama Jemi difoto semalam. Jadi tranding topic hari ini," jelas Leo yang memberikan ponselnya pada Vinka. Menampilkan foto Leo yang sedang mengatur posisi duduk Jemi di atas motor tadi malam.
Wajah Jemi diblur dan kondisi yang malam hari membuat Jemi tidak begitu terlihat. Satu yang Leo dan Vinka syukuri. Mereka tidak mau kegiatan Jemi terganggu karena hal seperti ini. Tentu saja, gosip yang muncul Jemi adalah anak Leo.
"Heboh banget pasti," kata Vinka sambil tersenyum.
"Lo masih bisa senyum? Vin, laki lo digosipin punya anak," tutur Leo.
Vinka terlihat cuek saja. "Orang sih nganggepnya anak lo. Tapi, gue kan tahu kalau itu Jemi, keponakannya Lele," sahut Vinka dengan santainya.
Leo tidak bisa berargumen. Dia hanya bingung bagaimana harus meluruskan pergosipan ini. Mau mengakui Jemi sebagai keponakan, semua orang tahu Leo hanya dua bersaudara. Keponakan dari sepupu? Hell, Leo tidak seakrab itu dengan para sepupunya.
"Bilang aja anak teman lo yang bukan artis, lagi dititipin ke lo sebentar. Beres deh, minta aja buat tetap jaga privasi si anak," saran Vinka pada Leo yang bingung. Opsi ini sepertinya sudah terpikirkan oleh Leo, hanya saja dia masih ragu apakah publik bisa terima atau tidak.
"Yakin berhasil?" tanya Leo tidak yakin.
Vinka mengcup pipi Leo dan berkata, "Yakin, serahkan aja ke Mas Rico. Dia pasti punya beribu cara untuk membuat fans percaya."
Akhirnya Leo menuruti saran Vinka, dia masuk ke dalam ruang kerja dan mengurus berita menghebohkan itu. Sementara Vinka, dia menyusul Jemi ke kamar mandi di dalam kamar. Vinka membantu Jemi berganti pakaian, keduanya mempunyai kesamaan, malas mandi pagi. Jadi, jangan hara pada kegiatan Vinka mengomel karena Jemi tidak mau mandi pagi.
🌸🌸🌸
Yuhuuu! Siapa yang kangen sama pasangan ini? Coba angkat tangannya dulu dong. Btw, ayok ramaikan, biar aku semangat terus buat update~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top