Extra Part

HAI!

Aku balik lagi ke sini bawa extra part untuk kaum-kaum gagal move on dari cerita ini😭

Btw, nanti jangan lupa baca author note di bawah, yak. Ada pengumuman soal cerita After Marriage Rolan-Raye😘

Selamat membaca❤

•••

Pagi ini berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Raye tidak bangun seorang diri, tetapi ditemani oleh sesosok lelaki yang kini masih terlelap di sisinya, sang suami yang sejak tadi malam seperti enggan melepas dekapannya dari tubuhnya.

Usai mengumpulkan nyawa yang seakan tertinggal di alam bawah sadar selama kurang lebih lima menit, Raye menguap sejenak dan membalik badannya. Bola matanya langsung berhadapan dengan Rolan, yang tampak pulas dalam tidurnya.

Satu lengan pria itu masih bertengger di pinggangnya, makin mengerat ketika Raye mengubah posisinya. Bahkan, dalam kondisi tidur pun suaminya ini terlihat sangat posesif. Tetapi itu malah menggemaskan bagi Raye.

Sekian menit yang Raye punya hanya digunakan untuk menonton Rolan yang tengah tidur. Pria itu kini mulai bergerak kecil. Gumaman keluar dari mulut Rolan, begitu samar dan tak bisa ditangkap maksudnya oleh telinga Raye.

Raye menunggu pria itu yang sepertinya mulai meninggalkan mimpinya. Pelukan Rolan di tubuhnya pun terlepas ketika pria itu mengubah posisinya menjadi telentang.

Dengan sabar Raye menunggu. Tak sedetik pun netranya beralih dari Rolan. Mulai dari pria itu yang tengah menggaruk-garuk kecil perutnya, menguap lebar, bergumam tidak jelas, semua itu disaksikan langsung oleh Raye. Dan jujur saja, ini menjadi pemandangan terindah dalam hidup Raye.

Selama mereka masih berstatus pacaran, mana pernah sekalipun Raye menyaksikan Rolan yang sedang dalam keadaan tidur ataupun bangun tidur. Ini adalah yang pertama bagi Raye. Dan ia sungguh senang melihatnya.

"Udah bangun?"

Raye akhirnya buka suara saat kelopak mata Rolan bergerak pelan dan lambat laun terbuka.

Sekali lagi Rolan menguap sebelum mengubah pandangannya ke samping, mencari suara Raye yang menegurnya. Senyum serta-merta hadir dalam wajahnya begitu menemukan Raye dalam penglihatannya.

"Selamat pagi, Sayang," ucap Rolan dengan suara yang masih terdengar serak. Lantas, mengubah posisinya menjadi miring menghadap Raye untuk menanamkan kecupan panjang di dahi sang istri.

Raye ikut mengembangkan senyum di bibirnya. Sempat memejam sejenak ketika bibir Rolan menyentuh dahinya. "Selamat pagi," balasnya kemudian.

"Dingin banget, ya?" tanya Rolan setelah memberi jarak kembali dengan Raye, tetapi posisinya tetap menghadap ke arah wanita itu.

"Kode?" Bukannya menjawab, Raye malah balik bertanya. Sangat jelas maksud dari pertanyaan Rolan barusan. Nyatanya, pagi ini tak sedingin yang pria itu maksud.

Rolan terkekeh pelan, merasa malu karena maksudnya diketahui begitu cepat oleh Raye. Tanpa aba-aba, ia kembali mendekatkan tubuhnya dengan Raye, mendekapnya dengan erat.

"Peluk sebentar. Ngisi tenaga."

Raye mendengkus geli, membiarkan Rolan tetap dalam posisi seperti ini. Ia juga turut melingkarkan lengannya di tubuh pria itu hingga membuat dekapan mereka bertambah intens.

"Sakit nggak?" tanya Rolan, masih belum mengubah posisi mereka.

"Apanya? Pelukan kamu?"

"Bukan."

Raye mengernyitkan dahinya. "Apa dong?"

Tanpa melepas dekapannya di tubuh Raye, Rolan memundurkan sedikit kepalanya agar bisa melihat sang istri.

"Itu ... yang tadi malem."

Otak Raye masih loading dalam beberapa detik. Garis-garis tipis di dahinya makin tampak jelas. Namun, tak lama kemudian matanya melotot meski tak berlangsung lama. Dibarengi pula dengan wajahnya yang memerah ketika akhirnya memahami maksud dari pertanyaan Rolan.

"Masih sakit dikit," cicit Raye, menjawab dengan malu-malu dan tak berani menatap langsung bola mata Rolan.

Rolan tersenyum geli sembari melayangkan jemarinya di pipi Raye yang semerah tomat. "Bisa jalan, kan?"

Raye berharap Rolan akan menghentikan percakapan dengan topik seputar malam pertama mereka, tetapi pria itu malah kembali bertanya demikian. Makin padamlah wajah Raye, seolah-olah aliran darahnya berhenti di kedua pipinya. Degup jantungnya pun ikut menggila di dalam sana.

"Bisa."

Lagi, Raye menjawab dengan suara yang mencicit, nyaris tak terdengar di telinga Rolan.

Rolan menanyakan hal itu bukan tanpa maksud apa pun. Pasalnya, sehabis bercinta tadi malam, keduanya langsung membersihkan diri. Rolan mengajak Raye ke kamar mandi, tetapi wanita itu sangat lemas. Kedua kaki Raye serasa tak memiliki tulang hingga Rolan dengan sigap menggendongnya.

"Beneran?" Rolan kembali bertanya, yang satu ini hanya untuk memastikan jika tadi malam ia tidak terlalu barbar.

Raye mengangguk malu-malu sebelum beringsut maju dan langsung menyembunyikan wajahnya di dada Rolan. "Udah jangan bahas itu lagi. Aku malu, Mas."

Tawa Rolan kembali terdengar. Kali ini lebih keras dari sebelumnya.

•••

Sebenernya extra part yang aku upload ini adalah bagian dari After Marriage yang nantinya bakal aku upload di Karyakarsa. Kira-kira ada 6 bab dengan jumlah sekitar 7000-an kata.

After Marriage ini juga nggak bakal ada di versi novel karena di novelnya udah ada 7 bab tambahan khusus. Dan After Marriage ini juga sejalan sama Yes, Sir! versi novel. Tapi tetep bisa dibaca, kok, karena yang beda di After Marriage ini cuma profesi Rolan yang masih jadi dosen.

Silakan di-follow dulu akun Karyakarsa-ku. Yang belum punya Karyakarsa, bisa donlot dulu di Playstore atau bisa langsung ke websitenya di Karyakarsa.com

Besok aku bakal upload seluruh bab untuk After Marriage. Selow aja, guys, nggak akan mahal, kok. Cuma seharga cilok lebih dikit😋

Besok aku juga mau sekalian upload cerita baru, loh, di wattpad. Cerita anaknya Rolan Raye. Tungguin aja pokoknya🥳

Sekian dari aku. Semoga bab ini bisa ngobatin rasa gagal move on kalian sama pasangan satu ini. Love you❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top