Bab 9
Sejak Tanubrata menikahi Andita, Raye harus menerima kehadiran orang-orang baru dalam hidupnya, termasuk Ilene dan Ardan. Awalnya Raye tak merasa terusik dengan kedua kakak tirinya itu, malah cenderung senang karena setelah ini ia tak akan kesepian lagi. Namun, rupanya sifat asli Ilene dan Ardan tak ayal menyerupai iblis.
Awal dari kehidupan barunya, Ilene yang lebih dulu mencari masalah. Bersikap sok baik di depan sang ayah, sementara di depan Raye malah menunjukkan sifat aslinya yang suka semena-mena.
Muka dua.
Itulah julukan yang Raye berikan pada Ilene.
Dulu, Raye yang baru beranjak SMP tentu saja masih begitu polos dan lugu. Ditambah lagi ia tak memiliki banyak teman. Kurang mengerti bagaimana caranya bergaul. Kepolosannya itulah yang dimanfaatkan oleh Ilene.
Seketika Raye menyesal kenapa tidak dari dulu saja ia melawan sikap semena-mena Ilene. Karena keluguannya waktu itu, Ilene malah semakin merasa di atas, seakan-akan tidak pernah bisa dikalahkan olehnya.
“Apa aja yang udah dia lakuin ke kamu?”
Pertanyaan itu telontar dari mulut Rolan begitu Raye menyelesaikan cerita singkatnya tentang Ilene. Mereka kini tengah melakukan panggilan video karena Rolan sudah tak sabar mendengar penjelasannya.
“Banyak, Mas. Pokoknya dia itu manipulatif banget. Dan begonya lagi, dulu aku nurut aja sama dia.”
Dari seberang sana, tampak Rolan menghela napas panjang. “Aku masih nggak nyangka kalo sifat asli Ilene ternyata seperti itu.”
“Dia aktingnya emang jago banget, Mas. Tuh, buktinya sampe sekarang Papa masih nganggep dia anak yang baik.”
“Kenapa kamu nggak ngadu aja ke Papa?”
“Dulu pernah, Mas. Tapi ya gitu, waktu Papa minta dia untuk minta maaf ke aku, ya dia langsung ngelakuin itu, Mas. Pokoknya nurut banget sama Papa. Tapi setelah itu ya jahatin aku lagi. Makanya aku bilang dia manipulatif banget. Aku sampe capek ngadepinnya.”
“Nanti aku bantu bilang ke Papa kamu.”
Raye tersenyum kecil. “Nggak usah, Mas. Aku nggak mau ngerepotin Papa lagi untuk urusan kayak gini doang.”
“Kamu tahu nggak, Ray—”
“Nggak tahu,” potong Raye langsung, dengan ekspresi yang sedang menahan tawa.
Rolan berdecak. “Belum selesai, Sayang.”
Raye tergelak cukup kuat di tempatnya. “Kenapa, Mas?” tanyanya kemudian, meminta Rolan untuk melanjutkan kalimatnya.
“Kamu itu terlalu baik, makanya Ilene jadi suka semena-mena ke kamu. Kadang ya, Ray, jadi orang itu jangan terlalu baik. Kamu jadi lebih mudah dimanfaatkan.”
Seberkas senyum kembali hadir setelah mendengar wejangan Rolan yang memang ada benarnya, tetapi kemudian teringat jika pria itu juga pernah melakukan hal yang cukup luar biasa hingga mendapat predikat sebagai lelaki tersabar olehnya.
“Tapi kamu juga termasuk ke dalam kategori manusia yang terlalu baik, lho, Mas.”
Rolan menaikkan sebelah alisnya. “Oh, ya? Aku nggak merasa, tuh.”
“Buktinya kamu sekarang bisa berhubungan baik sama Mas Orlan yang ... ya gitu, deh.” Raye sengaja memutus kalimatnya, tidak ingin lagi menyinggung perihal Orlan yang merebut Vale dari Rolan.
Kekehan Rolan terdengar nyaring dari sana. “Tapi itu nggak langsung bikin aku jadi orang yang punya sifat terlalu baik, Sayang.”
“Gimana, dong?”
“Ya nggak gimana-gimana. Orlan udah minta maaf, bukan hanya lewat omongan, tapi juga sikapnya menunjukkan hal yang serupa. Jadi, nggak mungkin aku tetep marah ke dia, kan?”
“Tapi, kan, tetep aja, Mas, itu tandanya kamu emang terlalu baik,” sangkal Raye, tetap kukuh pada pendiriannya.
Gelak tawa kembali terdengar dari seberang telepon. Rolan juga kelihatan mengangguk beberapa kali sebelum menanggapi ucapan Raye. “Iya, ya udah, aku emang terlalu baik, deh.”
Raye juga ikut tertawa meski tak sekeras Rolan. Kemudian mereka kembali melanjutkan obrolan hingga larut malam.
Pembahasan tentang Ilene pun berlangsung cukup lama. Raye menceritakan secara detail kepada Rolan tentang apa yang pernah Ilene lakukan padanya. Salah satunya adalah sifat manipulatifnya yang sialnya selalu berhasil memengaruhi Raye.
Tanubrata memiliki penyakit jantung yang cukup parah. Dari penyakit sang ayahlah Ilene mulai mencuci otaknya. Seperti menyuruh Raye untuk tak lagi menjadi beban keluarga karena pada saat itu Raye pun mengakui jika ia cukup boros.
Sejak saat itulah Raye jadi jarang sekali menggunakan uang Tanubrata. Sejak SMA ia mulai menjual hasil lukisannya sendiri. Belajar berhemat karena cukup terpengaruh dengan ucapan Ilene. Dan hal itu berlangsung sampai sekarang, seolah-olah sudah jadi kebiasaan tesendiri baginya.
Bagi Raye, Ilene sangat mengganggu. Sifat muka duanya itulah yang paling dibencinya. Ciri-ciri orang munafik. Dan ia merasa kesal kenapa wanita itu harus kembali ke Indonesia. Padahal, ia tahu jika karir Ilene di Australia cukup bagus. Lantas, kenapa wanita itu malah memilih untuk menjadi dosen di sini? Yang tak sebanding dengan pekerjaannya sebelumnya.
Aneh.
Raye hanya berharap kepulangan Ilene tak didasarkan atas motif apa pun. Pasalnya, ia beberapa kali mendengar jika Andita jatuh sakit sejak bercerai dengan ayahnya. Karirnya juga hancur berantakan. Posisinya sebagai anggota DPR dicabut begitu saja sejak kasus Ardan terkuak.
•••
“Gila, sih, cewek-cewek di FEB cantik-cantik banget. Seger banget gue tiap main ke sana,” celetuk Andika dengan menggebu-gebu, sambil menyalakan rokoknya.
“Kalo lo nyari yang cantik, gue juga cantik kali,” sahut Anggita, tak mau kalah.
“Gue juga nggak kalah cantik.” Niana juga menimpali. Tak lupa mengibaskan rambutnya dengan gaya sombongnya.
“Huek ... mau muntah gue liat lo berdua,” ucap Andika, berlagak ingin muntah, yang tentu saja langsung dihadiahi pukulan oleh Anggita dan Niana.
Sementara Raye dan beberapa temannya yang lain yang juga duduk di meja yang sama hanya tertawa. Sesekali ikut menyoraki Andika yang memang mendapat julukan sebagai fuckboy.
Seperti biasa, ada jam kosong di antara kelas pertama dan kedua. Jadi, Raye dan kedua temannya langsung pergi ke kantin. Tak lama kemudian Andika dan rombongannya datang, ikut duduk bersama mereka.
“Eh btw, kemaren gue denger dari Ninda kalo Pak Rolan pacaran sama Bu Ilene.”
Satu kalimat dari Anjas—salah satu teman Raye—membuat Raye yang baru memasukkan bakso ke dalam mulutnya langsung tersedak sampai terbatuk-batuk.
Niana buru-buru menyodorkan segelas teh manis dingin kepada Raye. Mengusap-usap punggungnya seraya berkata, “Pelan-pelan, Ray.”
Raye langsung meminum tehnya hingga tersisa setengah. Kemudian menarik napas panjang dan berdeham beberapa kali. Sungguh terkejut mendengar perkataan Anjas mengenai Rolan.
Setelah Raye merasa tenang, teman-temannya yang lain meminta lelaki itu untuk melanjutkan gosipnya yang sempat tertunda. Raye pun ikut menyimaknya dengan saksama.
“Katanya, sih, dulu mereka S2 bareng di Australia. Tapi Bu Ilene tetep kerja di sana, sementara Pak Rolan balik ke Indonesia. Nah, kata Ninda, sih, alasan Bu Ilene ninggalin kerjaannya yang lumayan oke di sana karena mau nikah sama Pak Rolan.”
Raye membulatkan kedua matanya. Ia adalah yang paling kaget di antara teman-temannya yang lain.
Lagi-lagi Ninda menjadi biang gosip. Sejak pengakuan asal tentang orientasi seksual Rolan waktu itu, ia jadi tidak percaya lagi dengan temannya yang satu itu. Lagipula, yang saat ini pacaran dengan Rolan adalah dirinya, bukan Ilene.
“Mungkin aja, sih,” timpal Andika. “Kalau gue pikir-pikir nih, ya, Pak Rolan kan udah masuk usia nikah. Mungkin aja dia dapet tuntutan untuk buruan nikah dari keluarganya. Lagian dia juga gagal nikah sama pacarnya yang dulu. Kali aja Pak Rolan minta Bu Ilene yang notabenenya temen lama untuk nikah sama dia,” ucapnya bak seorang detektif anyar.
“Bisa jadi sekalian untuk nutupi rumor tentang orientasi seksualnya waktu itu,” tambah Anjas.
Teman-temannya yang lain malah mengangguk-anggukkan kepala, menyetujui ucapan Andika dan Anjas yang kemungkinan besar memang benar. Sedangkan Raye hanya menatap mereka satu per satu dengan mulut melongo dan wajah herannya.
PACARNYA PAK ROLAN ITU GUE, WOY!
Ingin sekali Raye berteriak seperti itu di hadapan teman-temannya supaya mereka tak membawa-bawa Ilene dan menjadikan wanita itu sebagai kekasihnya Rolan. Namun, akal sehat Raye masih berfungsi dengan baik dan ia hanya bisa diam di tempat sambil menyimak omongan tak masuk akal teman-temannya.
•••
Gosip mulai menyebar, Raye makin panas🤣
Masih pada semangat lanjut baca cerita ini, kan?🔥
6 Februari, 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top