Oh No! : 9

Gawat ... ini gawat!

Miki menatap gusar dua buah punggung yang sedang berjalan lima meter di depannya.

Usai melepas Alicia, Miki berniat bergegas kembali ke apartemen Fabio.

Kini Miki sedang berada di trotoar depan sekolah, berjalan pelan seperti seorang penguntit. Celingak-celinguk layaknya waspada ada polisi, belum lagi tampangnya yang waswas, singkat kata Miki terlihat mencurigakan sebagai orang asing.

Tubuh Miki memang belum mengecil, tetapi ia berani bertaruh dua pemuda itu--Fabio dan Maverick--akan curiga jika ia menyalip dan berjalan menuju apartemen Fabio. Soalnya, arah rumah Miki yang sebenarnya sangat bertolak belakang.

Meski Miki pikir dua orang itu tak akan tahu, tidak ada salahnya berjaga-jaga. Ia teringat kejadian tadi pagi saat Fabio terdiam, bahkan setelah ia panggil-panggil, membuat Miki menduga otak cerdas pemuda itu mulai mengaitkan sesuatu.

Apa? Kalian juga berpikir Miki pintar karena menduga?

Bukan, itu hanya dugaan wajar yang bisa dilakukan siapa saja. Dirinya tetap Miki dengan kepintaran pas-pasan.

Apa aku tunggu aja, ya?

Miki memelankan langkahnya, berusaha terlihat biasa-biasa saja. Siapa tahu dua orang itu akan berbelok di dekat sebuah swalayan, atau salah satu tali sepatunya harus diikat, sehingga perhatian mereka akan teralihkan. Saat itulah Miki punya kesempatan untuk menyerobot!

Pinter, Miki Harvey!

Miki berjalan lebih santai dari yang tadi, menjaga jarak aman sepuluh meter dari dua pemuda jangkung dengan efek cring-cring yang cukup kentara. Ah, bagaimana dia bisa melupakan suasana di sekitarnya? Lihat gadis itu! Mengekori Fabio diam-diam. Menjadi terkenal memang menyeramkan.

"Itu gedungnya ...."

Bibir Miki baju sesenti. Sudah dekat apartemen Fabio tapi kesempatan untuk memotong belum juga ada.

"Gimana, nih ...?"

Jika Miki tidak mendahului mereka secepatnya, bisa-bisa ia berubah menjadi Kiki di tengah keramaian jalan. Asap cokelat itu akan mengepul, tubuhnya berubah menjadi anak umur enam tahun, lalu ia akan ketahuan dan ... dan ...

Ah! Persetan!

Miki memang bukan pelari yang baik, buktinya saja dia nyaris tersandung tepat saat melewati Fabio.

Aw!

Fabio sempat menangkap tangannya dengan gesit--menyelamatkan Miki yang nyaris terjatuh, tatapan dingin juga datar khas pemuda itu menyambutnya saat menoleh.

Miki hanya menepis bantuan itu, tanpa berkata apa-apa. Dia tetap berlari, sebisa mungkin menyisakan jarak yang jauh dari Fabio juga Maverick. Menaiki anak tangga ketimbang memilih lift, Miki tahu ia yang panik sangat bodoh. Namun, tak ada waktu untuk menunggu lift!

Akhirnya, kaki gadis itu berhenti saat sampai di hadapan pintu apartemen Fabio. Detik berikutnya, asap cokelat muncul, dan Miki sudah berganti menjadi Kiki. Ia terengah-engah, berusaha menetralkan napas. Waspada, Kiki mulai tengok kiri-kanan. Sepi. Tidak ada siapa-siapa di lorong ini. Bagus. Kiki Aman.

Kiki mengeluarkan kunci cadangan dari dalam tas, menatap benda besi itu sambil tersenyum lega. Masih sempat, ayo lakukan dengan cepat.

"Pokoknya, hari ini kau dilarang masuk ke dalam kamarku."

"Eh? Kenapa?"

Mata Kiki terbelalak.

Fabio dan Maverick! Mereka sudah dekat!

Tangannya mulai bergetar saat akan memasukkan kunci. Perlu usaha lebih, karena dia harus menjinjit. Ide yang bodoh menunggu mereka berhenti di tengah jalan, seharusnya Kiki terobos saja mereka dari tadi.

Kunci itu meleset, tak berhasil masuk ke dalam lubang kunci.

Kok susah, sih?

Telapak tangan Kiki mulai basah oleh keringat dingin, jangan lupakan pegangannya yang melemah akibat tangan yang bergetar.

Ayolah ... kumohon!

Kunci itu jatuh, terpeleset dari jari mungil Kiki. Ia buru-buru membungkuk untuk mengambilnya. Suara Fabio dan Maverick makin dekat, dan Kiki masih belum berhasil membuka kunci. Ralat, memasukkan ke dalam lubang kunci saja terasa sangat payah.

"Tolong hargai privasiku."

"Fabi serius sekali!"

Makin dekat! Bahkan langkah kakinya mulai terdengar. Kaki mereka yang panjang, pasti membuat langkah mereka juga cepat. Agaknya Kiki kesal dua orang itu terlahir dengan tubuh tinggi.

Aku bahkan belum ganti baju ..., ayolah!

Air mata Kiki mulai berlinang, tangisnya siap tumpah kapan saja. Jika mereka sudah berbelok, maka ia akan tertangkap basah. Wujudnya memang Kiki, tetapi baju seragam dan lain-lain bisa cukup menjelaskan siapa dia sebenarnya.

Klik!

Wajah Kiki seketika mencerah, kemudian melompat masuk, nyaris membanting pintu saat menutupnya. Bunyi nyaring yang janggal membuat tubuh Kiki melemas, ia ambruk ke lantai.

Di saat yang bersamaan, sebelum berbelok menuju lorong kamar apartemennya, langkah Fabio terhenti. "Aku baru ingat, aku harus membeli beberapa bahan makanan. Ayo pergi."

Mengabaikan keluhan Maverick karena mereka harus bolak-balik, Fabio berjalan terlalu cepat sampai-sampai langkahnya sulit untuk diimbangi. Lagi-lagi ia membuat Maverick kawalahan sekaligus heran, Fabio bertingkah seakan-akan ada yang menunggunya di rumah.

"Santai dong, Fabi. Santai!"

🍫🍫🍫

Alicia sedang berdiri di depan pintu apartemen Miki.

Karena khawatir, ia minta diantar kembali ke rumah sahabatnya itu. Pacar Alicia memang sangat baik.

Instingnya merasa ada yang tidak beres. Seceroboh-cerobohnya Miki, ia tak akan pernah sampai terlambat hingga jam istirahat. Alicia harus memastikan Miki memang baik-baik saja.

Tangan Alicia terangkat, ia siap memencet bel.

"Tapi, bukankah kau terlalu khawatir, ya?"

Alicia menoleh, terkejut dengan sosok berjubah hitam dan tinggi, berdiri dua meter di sampingnya. Tampak mencurigakan sekaligus menyeramkan. Iris hijaunya membuat Alicia makin menatap aneh.

Untuk apa memakai jubah di dalam gedung? Dan lagi, apa dia sedang berbicara dengan Alicia?

Aura dingin yang menusuk, tiba-tiba menyentuh permukaan kulit Alicia, ketika pria itu menghadapkan tubuh padanya. Gadis itu mundur satu langkah.

"Alicia Bright. Kau, dan kepribadian dinginmu yang unik. Sangat luluh pada seorang Miki Harvey. Apa kau tak berpikir gadis itu akan jenuh dengan segala perhatianmu yang berlebihan?"

"Maaf, saya bahkan tak mengenal Anda." Alicia benci orang asing. Alicia tak suka orang aneh. Alicia selalu risi ketika ada yang sok akrab dengannya. Pria berjubah hitam itu benar-benar membuat Alicia tak nyaman.

Pria Berjubah itu menyeringai. "Jika kau ingin membantunya, cobalah untuk percaya dan menunggu."

Alicia mendengkus, menatap pintu di depannya tanpa berniat merespon. Namun, ketika menoleh sekali lagi, ia tersadar dirinya telah sendiri. Tak ada lagi Sang Pria Berjubah.

Ke mana?

Alicia berputar sebentar, saat benar-benar yakin jejak sosok tadi benar-benar tidak ada, ia merasakan bulu kuduknya merinding.

Ada sosok aneh di sekitar rumah Miki! Alicia harus memberitahu gadis itu dan melarangnya membuka pintu untuk sembarang orang!

Gerakan Alicia tertahan ketika ucapan pria tadi terngiang di otaknya.

Apa kau tak berpikir gadis itu akan jenuh dengan segala perhatianmu yang berlebihan?

Benar juga, bagaimana jika Miki lama-lama muak dengan segala perhatian ini? Sore tadi, ia mengeluh capek dan ingin beristirahat. Pasti Miki sedang tidur. Jika Alicia tetap memencet bel dan membangunkannya ....

Tapi Miki tak pernah protes! terlihat tak pernah keberatan dengan segala perlakuannya.

Atau pernah? Hanya saja Alicia tak sadar.

Gadis itu tercenung sesaat.

Aku kirim sms saja.

Alicia berbalik pergi, setelah memandang pintu apartemen Miki dengan tatapan tidak rela.

Semoga Miki di dalam sana baik-baik saja.

🍫🍫🍫

Memang terdengar jahat jika Kiki merasa senang, saat Maverick menolak untuk makan malam di sini. Ia jadi tak perlu bersembunyi lebih lama. habisnya, kudapan yang Fabio berikan secara diam-diam saat Maverick ke kamar mandi tadi, rasanya tak cukup. Kiki sudah lapar.

Kalau kalian tanya apa, Fabio memberinya biskuit bayi. Mana bisa kenyang hanya dengan tiga keping biskuit bayi!

Lebih lagi, saat Fabio tiba-tiba menanyakan perihal orang tuanya sekali lagi. Kiki harus ekstra berusaha membuat alasan untuk menolak mencari papa-mamanya hari ini. Bukankah pagi ini mereka sudah berjanji akan mencari besok?

Kiki sempat takut saat melihat tatapan curiga Fabio, tetapi terima kasih pada Maverick yang memanggil, sehingga pembicaraan mereka terputus.

"Malam ini masak apa, Kak?" Kiki melangkah keluar dari kamar, memastikan Maverick sudah benar-benar pergi.

Fabio menoleh, tatapannya lembut dan hangat. Berbeda sekali dengan saat menahan lengan tadi sore. Jujur, Kiki lebih nyaman dengan sorot mata yang ini.

Tapi kok matanya busa beda banget?

"Sup miso. Kiki suka, 'kan?" Tangan Fabio bergerak mengelus rambut bocah itu lembut, menerbitkan senyum kekanakan di bibir Kiki yang mengangguk.

Fabio senang melihatnya, senyum polos yang tulus.

Senyum tulus yang jarang sekali ia terima.

Sebuah senyum yang mengingatkannya pada satu nama.

Miki.


Aloohaaa

Ehem, pertama... mohon maaf lahir dan batin bagi yang menjalankan ibadah puasa! ^_^

Aku datang dengan part baru... yang... uh, minggu depan aku ujian, but inshaa Allah bisa apdet teratur lagi.

Btw, ada yang nyadar sesuatu berbeda? Yap! Ada Banner!!! *tebar confeti* makasih buat sayangku ucing_meong yang tak tergantikan buat banner manisnya 😍😍😍

Monggo kalo ada krisar~

Babay!

Revisi tanggal 5 Februari 2019

Part ini spesial buat Me_Azzafa yang ngaku kangen Kiki-Kak Aby :" Ai laf yu, Dek

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top