Oh No! : 6
"Miki ke mana, ya? Teleponku tidak diangkat, pesanku tidak dibalas, dia juga tidak datang. Apa Miki sakit?"
Gumaman Alicia sepertinya terdengar oleh Fabio yang kemudian menatap kursi kosong di sebelah gadis yang ia tahu dingin itu. Hmm ... kenapa dia bisa tak sadar Miki tak datang? Ah, ini pasti gara-gara ia terlalu fokus memikirkan Kiki yang orang tuanya akan ia cari sore ini.
Apakah Fabio mengenal Miki?
Ya, Fabio memang mengenal Miki. Dia juga tahu Alicia.
Tentu saja! Di saat hampir semua gadis menatapmu dengan tatapan memuja, yang tidak begitu justru tampak mencolok.
Tumben Miki tak hadir, apa dia memang sakit?
"Hei, ke mana Miki?" Fabio menoleh dengan terkejut pada Maverick di sampingnya. "Kemarin kami sempat berpapasan di dekat sekolah. Tampaknya keadaan Miki tak cukup baik saat itu." Maverick sedikit berbisik, tak ingin mereka ditegur.
"Sungguh?"
Maverick mengangguk yakin, kini kepalanya tak lagi condong pada Fabio, tetapi sudah menatap papan tulis dengan saksama.
Tiba-tiba, Fabio kembali teringat pada Kiki; balita yang ia selamatkan kemarin sore. Sekilas, Kiki bisa dibilang mirip Miki. Mata bulat, hidung bangir, bibir mungil, Kiki juga ditemukan di dekat sekolah.
Atau jangan-jangan ....
"Pelajaran kita cukup sampai di sini, kalian bisa istirahat."
Tepukan dari sahabatnya, sukses mengembalikan pikiran Fabio. "Ayo ke kantin." Ditatapnya Maverick, lalu melihat ke sekeliling. Ternyata, kelas sudah hampir kosong. Hanya Alicia yang masih di dalam karena membereskan mejanya. Kasak-kusuk fannya pun mulai kedengaran.
Ini dia, mulai lagi jeritan memekakkan telinga itu....
Grek!
"Hosh hosh hosh hosh."
Perhatian orang-orang yang tertinggal: Alicia, Fabio, Maverick, dan seorang pemuda yang sedang membaca buku, teralihkan pada sosok yang baru saja memasuki kelas. Otomatis, mata Alicia melebar. Fabio dan Maverick pun begitu. Hanya saja, yang satu lagi hanya mengangkat sebelah alis.
"Miki!" Alicia langsung menyerbu sahabatnya, memeluknya erat. "Kamu dari mana saja, Miki? Kenapa tidak membalas pesanku? Kukira kamu sakit ...."
Sedangkan Miki yang ada di dalam pelukan Alicia, masih sibuk mengatur napas. Apa gadis itu berlari tadi? Mungkin saja. Yang penting, saat tatapan matanya bertabrakan dengan mata Fabio, Miki langsung membuang pandangan.
Fabio agak kecewa sebenarnya.
"Waah ..., Mave tak menyangka gadis dingin seperti Alicia bisa berubah hanya karena sahabatnya sendiri. Ayo, fan Fabi sudah menunggu. Dan Fabi tak mau kita kehabisan makanan, 'kan?"
Fabio mengangguk, kemudian pergi ke luar kelas bersama Maverick.
Diam-diam, baik Miki maupun Fabio saling lirik. Namun, kembali dengan cepat mengembalikan posisi bola mata ke depan.
Pelukan Alicia terlepas, kini di hadapan Miki sudah terpampang wajah marah bercampur lega, juga terdapat percikan rasa khawatir dan ingin tahu di sana.
"Kamu dari mana saja, Miki?"
🍫
Bohong! Miki tidak salah lihat, kan? Tubuhnya....
"Aku kembali!" pekik Miki terlalu girang. Sampai-sampai ia berputar-putar sesaat, mengecek seluruh bagian tubuhnya--kalau-kalau ada yang kurang--lalu ia melihat tasnya sudah ikut membesar.
Miki berlari menuju rak sepatu.
Benar! Semuanya sudah kembali ke bentuk semula!
Ternyata cokelat kemarin itu hanyalah cokelat usil. Aku memaafkan Paman Berjubah itu, batinnya dengan senyum lebar.
Baru saja Miki mau melompat girang, jam dinding yang cukup besar menarik perhatiannya. Astaga, sebentar lagi jam istirahat di sekolah. Miki harus sekolah!
Mengambil kunci cadangan, setelah yakin tak ada satu pun yang tertinggal,
Miki bergegas berlari menuju rumahnya. Tak sempat mengganti pakaian, akhirnya Miki hanya menyambar rok dan blazernya saja. Kebetulan sekolahnya tidak mengharuskan murid untuk menggunakan kemeja. Jadi, setelah mengambil ponsel dan tas sekolah, Miki langsung berlari lagi ke sekolah secepat yang ia bisa.
"Masih sempat!"
Sesampainya di pagar belakang, Miki tanpa ragu langsung memanjat dan melompat ke sekolahnya. Seperti anak nakal, tapi ia tak punya pilihan. Beruntung ada WC di dekat situ, jadi dia memilih mengganti baju di sana.
Miki melepaskan baju monyetnya, memakai rok dan blazer. Baju itu dia masukkan ke dalam tas. Detik berikutnya, Miki kembali berlari menuju kelasnya yang berada di lantai dua.
🍫
Akhirnya di sinilah Miki sekarang. Dengan tubuh bersimbah keringat di dalam kelas yang untungnya cukup sejuk. Ini karena kelas mereka memiliki fasilitas pendingin ruangan.
Sungguh perjalanan yang terdengar singkat, tetapi sangat melelahkan.
Miki rasa dia sudah menjadi atlet dadakan, mungkin mengajukan diri untuk lomba atletik bukanlah ide yang buruk? Miki bahkan tak sempat mengecek apakah Pria Berjubah itu ada di tempat kemarin atau tidak. Yang penting, dia sudah terlanjur senang dengan tubuhnya, yang kembali seperti semula. Berkali-kali ia mengucap syukur dalam hati, berarti ia sudah selesai. Masalahnya berakhir sudah.
Aku tidak perlu kembali ke rumah Fabio lagi!
Miki sedang tak ingin memikirkan bagaimana caranya ia mengembalikan kunci cadangan apartemen Fabio. Yang ingin dia lakukan sekarang hanyalah duduk dan beristirahat, mungkin segelas air bisa cukup membantu.
"Eh? Tidak pakai kemeja sekolah, Miki?" Miki mengangguk menjawab pertanyaan Alicia, sahabatnya itu menggiringnya pada kursi mereka. "Kenapa sampai lari-lari, Miki? Apa kamu bangun kesiangan?" Alicia mengeluarkan saputangannya, sebelum mengelap keringat Miki dengan penuh perhatian, gadis berambut panjang itu juga mengeluarkan botol air minumnya, lalu diserahkan pada Miki.
"Makasih, Ally." Tak butuh waktu lama, air di dalam botol minum Alicia tinggal setengah.
Namun, untuk pertanyaan yang diajukan, Miki hanya diam. Ia memutuskan untuk tak berkata apa-apa lagi. Berbohong tidak mungkin, karena akan langsung ketahuan karena ini Alicia. Namun, kalau jujur, siapa yang akan percaya? Jadi, Miki memutuskan untuk tak menceritakannya pada Alicia, tubuhnya kan sudah kembali.
Anggap saja yang kemarin itu hanyalah mimpi buruk yang terasa sangat nyata.
🍫🍫🍫
Pelajaran Biologi, mereka dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok akan mengitari sekolah dan mengidentifikasi jenis-jenis rumput dan hewan yang hidup di sana.
Miki terpaksa harus melambaikan tangan tak rela pada Alicia yang berada di kelompok berbeda. Satu kelompok terdiri dari empat orang, dan satu di antara kelompok Miki adalah Maverick. Mereka sedang berada di salah satu sudut sekolah, di mana terdapat beberapa rumput teki dan semut.
"Kenapa tadi Miki terlambat?"
Miki melotot terkejut. Maverick memang hampir akrab dengan semua orang, tapi dia tak menyangka rasa ingin tahu pemuda ini cukup besar.
"Eh, itu...." Dan sialnya Miki, terkadang dia bisa menjadi pembohong yang buruk. "Sesuatu terjadi di rumahku, dan, dan aku harus membereskannya, lalu ternyata sudah jam segitu, jadi aku buru-"
Maverick tertawa keras, sedikit mengambil perhatian dua anggota kelompok mereka yang lain. "Ya sudah, kalau Miki tidak mau jujur. Jangan dipaksakan berbohong, bohong itu enggak baik." Pemuda itu mengerling sesaat, kemudian mendekat pada dua orang yang sedari tadi bekerja.
Meninggalkan Miki dengan wajah semerah tomat.
Huweee malunyaaa ... aku ketahuan!
Akhirnya, selama sisa pelajaran, Miki tak sanggup menatap mata Maverick, membuat Fabio mengangkat sebelah alisnya heran.
"Oh iya, Miki wangi bayi, ya. Mave baru sadar," bisik Maverick sebelum mereka kembali ke tempat duduk masing-masing, alhasil Miki melotot dibuatnya. Dia menatap Maverick yang hanya terkikik geli dengan tatapan tak percaya.
Maverick jail!
Aloohaaa
Yang bilang Miki jadi besar lagi, selamat kalian benar! 🎉🎉
Apa? Cinta segitiga?
Enggak mungkinlah, aku ngga suka mengorbankan satu orang. Maverick 'kan emang gitu~
Btw, aku rasa aku terkena WB, deh... apa karena aku terlalu sibuk ya? :( Semoga nggak deh... WB itu ga enak 😞
Babay....
Revisi tanggal 26 Desember 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top