Oh No! : 18
"Halo Miki, Fabi-nya ada?"
Seluruh tubuh Kiki meremang. Dia mundur satu langkah saat orang itu--Maverick--berjongkok di depannya sambil tersenyum manis.
Tunggu, Maverick tahu identitas asli Kiki?
"Namanya bukan Miki, ya?"
Kiki tercengang. Ia mematung selama beberapa detik sebelum menggeleng kuat.
"Eh, maaf. Nama adek siapa? Soalnya mirip dengan teman sekelas, sih, namanya Miki." Maverick tertawa keras sekali, malah membuat Kiki makin mundur ke sebalik pintu. "Hei, maaf. Kak Mave bukan orang jahat, kok." Maverick berhenti tertawa.
Kiki lega bukan main saat tahu Maverick hanya bercanda. Gila, apa? Kiki bisa mati muda kalau dia benar-benar tahu!
🍫🍫🍫
Singkat kata, Kiki dan Maverick sudah duduk di sofa ruang tamu. Pintu rumah dibiarkan terbuka. Aneh sekali, sedari tadi Maverick tampak biasa saja dengan keberadaanya, seolah sudah ... tahu. Apa jangan-jangan ia sudah ketahuan beneran?
"Kiki, ya?"
Kiki mengangguk cepat-cepat, karena tadi Maverick sempat menyebutkan nama aslinya. "Kak Mave siapa?" Oke, Kiki tahu ini konyol tapi entah kenapa dia ingin bertingkah pura-pura tak tahu. Memang kenyataannya ia baru bertemu Maverick dalam wujud ini, 'kan?
"Kak Mave adalah ... teman sebangku Fabi."
Alis Kiki mengerut tanpa diminta.
Bukan karena Maverick yang tiba-tiba sok akrab dengannya, tetapi bagaimana pemuda itu menyatakan hubungannya dengan Fabio. Teman sebangku? Tidak mungkin! Apa mereka sedang bertengkar?
Fabio saja menganggapnya sahabat. Ada apa?
"Hei, Kiki sejak kapan tinggal di sini?"
Kiki terkejut. Matanya melebar lagi, dan ia menggigit bibir bawah dengan gugup. "Sejak ... agak lama." Ia makin merasa tidak enak saat melihat raut muka Maverick yang mengeruh. Mengingat kejadian kerja kelompok biologi tempo lalu adalah alasan Kiki tak mau berbohong.
"Tuh kan, jadi Fabi menyembunyikan ini dari Mave." Maverick tersenyum kecut. Kiki hanya dapat menatapnya bingung. "Kiki tahu? Terkadang Kak Mave ragu pada Fabi. Fabi menganggap Kak Mave apa? Pengganggu? Saingan? Sahabat?"
"Sahabat, kok," ujar Kiki pelan.
Baru saja dia mendengar ucapan romantis Fabio tentang Maverick sebelumnya.
"Kalau memang benar, kenapa Fabi tidak percaya pada Kak Mave untuk tahu kalau Kiki ada di sini?"
Kiki bungkam sesaat. "Supaya enggak bikin repot?"
"Tidak, bukan karena itu. Fabi memang tidak menganggap Kak Mave sebagai sahabat."
🍫
Hari pertama duduk di kelas XI.B, Maverick dengan antusias mengambil tempat di samping Fabio. Setengah liburan sudah mereka habiskan bersama. Maverick senang, akhirnya ia mendapatkan seorang yang dapat ia panggil "sahabat".
Dan kali ini, wali kelas baru meminta mereka untuk mengisi angket data diri. Banyak sekali yang harus diisi. Salah satunya, berhasil membuat mata Maverick berbinar-binar semangat.
Teman dekat? Tentu saja Fabio Robinson!
Isian "Teman dekat" terletak di paling bawah, Maverick bersenandung kecil ketika sudah selesai. Ia melihat Fabio sudah meletakkan penanya. Hm, dia pasti sudah selesai juga.
Diam-diam, Maverick berusaha mengintip angket milik Fabio, tanpa sepengetahuannya. Namun, hati Maverick mencelos seketika.
Bagian "Teman dekat" milik Fabio kosong. Maverick menatap Fabio yang tampak cuek melihat ke sekitar, sehingga ekspresi Maveruck berubah sayu.
Ternyata, Mave masih belum dianggap oleh Fabio.
🍫
"Kak Mave mencoba bertingkah seperti biasa, berusaha agar diakui oleh Fabi. Tapi sepertinya percuma saja, Fabi tak pernah mengakui Kak Mave."
Kiki terdiam, sedikit tak menyangka dengan apa yang sudah Fabio lakukan. Bisa saja saat itu Fabio belum menganggapnya sahabat? Atau saat itu Fabio belum mengisinya. Namun, melihat ekspresi Maverick yang sangat sedih ....
"Fabi tak percaya pada Kak Mave."
"Siapa bilang?"
Dua orang yang duduk di kursi sama-sama mengangkat kepala. Di ambang pintu sudah berdiri Fabio dengan wajah kesal. Salah satu tangannya menjenjeng kantong berisi es krim.
"Mave benar 'kan, Fabi?" Maverick hanya tersenyum kecut.
Kiki yang sedari tadi hanya diam, tak berniat membuat suara. Ia merasa tak berhak, lagipula Kiki masih belum paham dengan masalah ini. Otaknya belum mampu mencerna sepenuhnya.
Fabio melepas sepatunya asal dan melangkah dengan marah. "Tak mungkin kau kubiarkan duduk sebangku denganku jika aku tak percaya padamu, tak mungkin aku memberitahumu alamat rumahku jika aku tak percaya padamu, dan tak mungkin aku selalu berada di sampingmu di sekolah JIKA AKU TAK PERCAYA PADAMU!"
"LALU KENAPA FABI TAK MENULIS NAMA MAVE DI ANGKET ITU?!"
Kiki membelalakkan mata saat Fabio melempar bungkusan es krim dan menarik kerah baju yang dipakai oleh Maverick.
Gawat! Apa mereka akan berkelahi?
"Ayo ke sekolah dan lihat angket itu sekarang."
Fabio melepas kerah Maverick dan berbalik ke arah pintu, memakai sepatunya sebelum segera berlalu.
Maverick terdiam, napasnya memburu akibat berteriak barusan. Ia merapikan kerahnya dan melangkah cepat-cepat ke pintu untuk menyusul Fabio.
Sedangkan Kiki hanya bisa terdiam di tempatnya duduk. Terlupakan begitu saja.
🍫🍫🍫
Alicia baru keluar dari sekolah. Dia menemani Geo berlatih band dengan teman-temannya. Sebenarnya Alicia tak suka jika hanya dia saja perempuan, tapi ternyata tidak. Beberapa teman Geo juga membawa pacar mereka.
Alicia menolak untuk diantar pulang. Selain karena tak ingin terlalu manja, gadis itu sedang ingin berjalan-jalan.
Gadis berambut lurus itu mengernyit bingung saat melihat Fabio berjalan dengan terburu-buru disusul Maverick di belakangnya. Ekspresi mereka tampak keras dan sepertinya suasana sedang tidak cukup bagus.
Alicia mengangkat bahu, berpikir hal itu tak penting baginya untuk diurus. Fabio dan Maverick bukanlah siapa-siapa bagi hidup Alicia.
"Halo, Gadis Muda."
Alicia berteriak keras sekali saat suara itu tiba-tiba muncul dan memasuki gendang telinganya. Detik berikutnya, hawa dingin mencekam menyelimuti tiap jengkal tubuh Alicia. Aneh, pejalan kaki seolah tuli. Mereka bahkan tak menoleh pada Alicia dan sama sekali tidak tampak terganggu.
"Paman Berjubah!" pekik Alicia ketika berbalik. Pria berjubah misterius itu sedang berdiri satu meter di hadapannya, tersenyum misterius.
Oh, Alicia tak pernah suka senyumannya.
"Kau tampaknya sudah tahu tentang temanmu. Apa kau akan membantunya agar berhasil?"
Apa yang dia maksud adalah Miki?
Alicia mengangguk cepat. "Tentu saja, aku tak mau Miki menghilang," tukas gadis itu. Dia kembali melihat-lihat sekitar, memastikan apa benar orang lain tak sadar akan keberadaan Paman Berjubah ini.
"Bagaimana jika aku ingin dia menghilang?"
Mata Alicia membesar, menatap pria itu tak percaya.
🍫🍫🍫
Kiki yang tertinggal sendirian sedang memakan es krim dengan tenang. Untung saja Fabio tidak menumpahkan es krimnya. Kan bisa sayang. Selain menghabiskan uang, membersihkannya juga akan sulit.
Kiki kembali memikirkan kejadian barusan. Tak disangka Maverick memendam hal semacam itu pada Fabio, Kiki kira Maverick adalah pemuda kelewat polos yang ... yah, mau saja berteman dengan Fabio.
Ternyata dia juga memiliki perasaan yang sensitif.
Ting tong Ting tong Ting tong
Kiki mengernyit saat mendengar suara bel yang dibunyikan dengan buru-buru dan tidak sabaran. Tidak mungkin Fabio, mereka kan ke sekolah, tak mungkin secepat ini kembali.
Suara itu terus-menerus mengalun membuat kepala Kiki sakit. Jujur, Kiki takut untuk membuka pintu lagi, takut dibalik sana adalah orang yang tidak diharapkan kehadirannya.
Tapi suara bel itu kelewat berisik, Kiki tidak tahan!
Dengan buru-buru, ia berlari menuju pintu dan nyaris terjatuh karena sosok di balik pintu segera mencengkram bahunya kuat.
"Miki! Ayo pergi dari sini!"
🍫🍫🍫
Alooohaaa
Waah, kok aku suka adegan Fabio dan Maverick, ya? 😆 *dijitak
Gimana liburan kalian? Aku udah mudik, loh 😆😆
Kalo ada typo mohon maaf ^^
Selamat liburan!
Babay!
Waiiit, aku kok ngakak pas ngedit ini 😂😂 ya ampun, aku dah pernah bikang ini, tapi suka kaget-kaget pas revisi karena lupa sama detail cerita.
Anyway, enjoy
Revisi 9 Oktober 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top