Oh No! : 17

"Makasih juga ya, hari ini kamu udah mau bawain buku aku--Fabio? Kamu ngapain?"

Fabio mundur dua langkah, sedangkan Miki langsung berlari melindungi tasnya. Memeriksa benda itu kemudian menatap Fabio dengan muka yang sudah agak memucat. Apa Fabio sudah melihat isinya? Kalau iya, matilah dia!

"Ma-maaf, aku tak bermaksud. Aku belum melakukan apa-apa, kok...." Fabio berkata dengan nada panik, sebisa mungkin tetap menjaga wajahnya terlihat dingin juga nada suaranya agar tak terlalu terdengar seperti orang yang tertangkap basah.

Oh, mungkin sekarang bukan saatnya menjaga imej, Tuan Robinson.

Alicia berjalan mendekati keduanya dengan tenang. Miki mengembuskan napas lega mendengar pengakuan Fabio. "Walaupun kamu populer, bukan berarti kamu berhak membuka tas orang lain sembarangan, Fabio." Alicia berkata pelan tapi sinis.

Fabio hanya diam dengan alis berkerut. Kemarin gadis ini meminta bantuan padanya, sekarang kenapa tingkahnya seperti sama sekali tak berterima kasih? Namun, Fabio bukan orang yang mengharap balas budi, kok.

"Aku tahu, tadi aku hanya ... aah! Baiklah, aku mengaku. Kemarin aku mendengar pembicaraan kalian soal Miki yang membawa buku hari Selasa, jadi aku penasaran apakah hari ini dia masih membawanya atau tidak."

Sudahlah, tak ada pilihan lain, pikir Fabio.

Miki langsung mengeluarkan seluruh buku dari dalam tasnya. "Hari ini aku bawa buku yang bener, kok. Gimana? Udah enggak penasaran lagi, 'kan?"

Fabio menatap tumpukan buku yang dikeluarkan Miki. Itu memang buku hari ini, lengkap dengan buku tulis, buku pelajaran, dan bahkan buku cetak. Tapi tadi kalau tidak salah dia mendengar ....

"Makasih juga ya hari ini kamu udah mau bawain buku aku...."

Apa artinya Alicia yang membawakan buku Miki? Bisa saja begitu! Kemarin kan Alicia sudah mengakui bahwa Kiki itu adiknya, berarti Alicia tahu sesuatu. Bisa saja, bukan? Kiki adalah Miki dan Alicia membantunya?

Namun Fabio tak mau memperpanjang.

Sebenarnya dia agak salah tingkah berhadapan dengan Miki. Jarang-jarang dia bisa berbicara dengan Miki, tapi saat sudah bisa, kenapa harus ketika ia tertangkap basah ingin mengintip tas gadis itu?

Hhh ... nasib ... nasib.

"Maaf, aku benar-benar minta maaf...." Fabio tak ingin imejnya lebih hancur dari ini di depan Miki. Lagipula, di sini tidak ada siapa-siapa, jadi biarlah ia menurunkan sedikit gengsinya dan meminta maaf.

"Nggak pa-pa, kemarin Ally ngomong keras banget. Wajar kok kalo kamu jadi kepo." Miki tersenyum, membuat Fabio terpesona untuk beberapa detik. Itu dia! Senyum tulus yang selalu Fabio suka!

Senyum tanpa maksud terselubung.

"Te-terima kasih...." Fabio balas tersenyum, berusaha terlihat sebaik mungkin. Sebenarnya, dia mengutuk lidahnya yang jadi berbicara gagap. Ya ampun, dia terlalu senang.

Miki entah kenapa merasa berbunga-bunga ketika Fabio juga membalas senyumnya. Baru sekarang ia sadar bahwa senyum Fabio itu sangat ... sangat tampan. Dan lagi, senyuman ini tak ada bedanya dengan senyuman Kak Aby.

Apa itu artinya Fabio juga akan berlaku lembut padanya seperti ia memperlakukan Kiki?

Alicia hanya tersenyum diam-diam melihat mereka berdua.

🍫🍫🍫

Membiarkan Alicia tahu akan kasus ini, benar-benar mempermudah Miki. Ia tak perlu lagi berpura-pura dan berbohong untuk membuat alasan cepat pulang. Juga, Alicia memaksa untuk menyerahkan kunci apartemennya, supaya gadis itu dapat membawa buku pelajaran Miki.

Ally malaikatku!

Jujur, Miki merasa tidak enak, ia sudah sering merepotkan Alicia. Namun, gadis itu memaksa, dia mempertegas dengan perkataan, "Kita adalah sahabat, Miki." Membuat Miki tak bisa lagi berkutik.

Sudahlah, lebih baik dia mensyukuri keadaan, beruntung sekali dia punya sahabat seperti Alicia.

🍫🍫🍫

"Kaki Kiki masih sakit?"

Kiki menoleh pada Fabio yang kini duduk di sampingnya. Sedari tadi dia memang sedang duduk di depan televisi, menonton acara anak-anak.

Sebenarnya, ia sudah agak capek bertingkah layaknya bocah.

Kiki menggeleng. "Udah enggak. Sakit sih, mungkin sedikit, hehe." Buru-buru bocah itu menambahkan, ketika dihadiahi tatapan curiga dari pemuda itu. Semakin lama di sini, semakin banyak ekspresi yang Fabio tunjukkan.

Kiki ingin mengetahui lebih. Ia ingin tahu tentang Fabio lebih jauh. Kemarin-kemarin ia sudah diceritakan alasan tingkah dinginnya dan--ekhem, orang yang Fabio sukai. Kini Kiki ingin tahu lebih banyak.

"Kak Aby, Kiki boleh nanya?"

"Boleh." Fabio yang tadi merapikan bantal sofa kembali menghadap Kiki. "Mau tanya apa? Puas-puaskan saja, soalnya dua hari lagi Kiki pulang, 'kan?"

Ekspresi Kiki berubah lantaran mengingat dua hari lagi dia tak akan bisa lagi berada di sini. Tunggu, kenapa fokusnya jadi berubah? Ayo cepat tanyakan pada Fabio!

"Kiki mau tau, gimana sekolah Kak Aby? Asyik?" Yah, sebenarnya sudah lama ia penasaran, bagaimana pandangan Fabio tentang sekolah dan segala isinya? Apa menyenangkan? Menjengkelkan?

"Sekolah, ya ...." Fabio kembali menerawang. "Asyik, kok. Walaupun kadang penggemar Kakak suka bikin repot. Tapi, ada satu orang yang bikin Kakak suka sekolah."

Wajah Kiki tanpa sadar memanas. "Kak Miki itu?"

Fabio terkekeh geli. "Sayang sekali, bukan dia." Melihat ekspresi protes dari anak itu, buru-buru Fabio menambahkan, "Dia juga, tapi bukan itu yang membuat Kakak suka sekolah."

Kiki cemberut. Dalam hati dia malu sekali, sudah ge-er mengira bahwa ialah penyebab Fabio suka sekolah. Ah, Fabio serius suka padanya tidak, sih?

"Namanya Maverick Gardner."

Kepala Kiki terangkat, menemukan Fabio sedang tersenyum.

"Satu-satunya sahabat yang pernah Kakak punya, namanya Maverick. Hanya dia yang tahan berteman dengan Kakak. Mungkin terdengar memalukan, tapi jangan tertawa, oke?" Kiki mengangguk. "Hmm, bisa dibilang, tak ada yang bisa menggantikan Maverick."

Hening.

Kiki mengerjabkan matanya beberapa kali. Fabio serius. Ia dapat merasakannya, ternyata Fabio sangat menghargai Maverick.

Mungkin karena ini Maverick juga tahan dengan Fabio. Persahabatan mereka sangat indah.

"Aduh, kok Kakak jadi malu, ya." Fabio tertawa canggung. "Kiki, mau es krim, tidak? Tadi di depan ada yang jual es krim."

Siapa yang tidak suka es krim?!

"Mau!"

"Jaga rumah, ya." Fabio mengusap rambut Kiki pelan sebelum pergi.

Inilah kenapa Fabio memilih curhat dengan anak kecil. Kalau suasana jadi tidak enak, mudah sekali mengalihkannya.

Suara pintu yang dikunci membuat satu rumah kembali hening.

Kiki memegangi rambutnya, wajahnya memerah malu.

Huweeee ada apa denganku? Fabio kan udah sering usap-usap kepala Kiki!

Saat Kiki sedang berguling-guling untuk menjernihkan pikirannya, suara bel depan berbunyi. Ia pun bangkit dengan kening berkerut. Apa itu Fabio yang melupakan sesuatu? Jika iya, dia bisa saja membuka pintu sendiri.

Mungkin saja es krimnya banyak!

Kiki berjalan riang menuju pintu, nyaris melompat-lompat. Dia meraih kunci cadangan dan memasukkan benda itu pada lubang kunci. Dengan agak susah payah, Kiki pun membuka pintu.

"Kak Aby, es krimnya--!"

Mata Kiki nyaris keluar dari rongganya, saat menemukan sosok yang berdiri di depan ini bukanlah Fabio.

"Halo Miki, Fabi-nya ada?"

Aloohaaa

Alhamdulillah, kemarin udah nerima rapor, hari ini resmi liburan!! XD

Btw, dalam rangka supaya aku tetap produktif, aku publis cerita baru yang bakal tamat dalam waktu satu bulan. Cek, ya? *promosi hoho

(Edit, cerita ini unpub)

Bukan ff kok, aku make Taehyung karena ekspresinya pas :'v *toel ucing_meong

Hehe, itu aja sih. Selamat liburan 😆😆

Babay!

*ngantuk, pengen tidur. Ehe*

Revisi tanggal 5 Juli 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top