Oh No! : 13

Ini hari keempat bagi Miki. Ia hanya bisa berharap hari ini dia tidak ketahuan, karena ia sadar kejadian semalam membuat Fabio menatapnya curiga.

Gawat! Kiki harus benar-benar membuat alasan yang bagus kali ini.

Setelah mandi pagi dan memakai kaus besar milik Fabio, mereka memakan sarapan yang pagi itu adalah roti lapis. Suasana menjadi agak canggung dari biasanya, kejadian tadi malam betul-betul menimbulkan efek yang cukup besar.

"Kiki, ini sudah empat hari. Apa Kiki yakin orang tua Kiki tidak kesusahan mencari Kiki?"

Kiki yang baru menggigit roti lapisnya menatap Fabio yang sekarang juga sedang mengunyah makanan. Keduanya saling tatap, hitam bertemu hitam.

Sebenarnya, sejak awal Kiki sudah mengabari orang tuanya bahwa ia baik-baik saja. Tentu saja, mana mungkin ia sebodoh itu mengaku tentang kejadian ini. Bisa-bisa ia dibilang April Mop telat.

Tapi ... bagaimana caranya menjawab pertanyaan Fabio sekarang?

"Me-mereka enggak susah."

Celaka! Otak Kiki sedang buntu! Ia tak bisa membuat alasan yang bagus. Bahkan di saat otaknya sedang lancar pun belum tentu ia dapat menemukannya.

Fabio mengerutkan kening. Semakin dipikir semakin aneh, orang tua macam apa yang tidak sadar akan hilangnya balita mereka? Sebenarnya, Fabio pernah mampir ke kantor polisi untuk menanyakan tentang ini, tapi tak ada laporan anak hilang yang masuk.

"Kakak enggak suka Kiki di sini? Kalau iya, Kiki pergi aja." Kiki rasa ia tak punya pilihan lain.

Masalahnya, kalau Fabio benar-benar menyuruhnya pergi, ia akan ke mana? Ke rumah Alicia? Yang benar saja.

Fabio tak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulut anak umur empat tahun.

"Siapa bilang Kakak keberatan? Kakak senang, kok, Kiki di sini, jadi apartemen Kakak tidak sepi. Hanya saja, Kakak khawatir dengan Papa-Mama Kiki. Nanti Kakak dibilang orang jahat...." Fabio menjawab dengan buru-buru.

"Kakak bukan orang jahat." Diam-diam gadis itu menahan senyum. Lega tidak jadi diusir. Kiki kemudian melihat pada jam dinding. "Kakak enggak pergi sekolah?"

Fabio ikut-ikutan melihat jam. Jam tujuh kurang sepuluh. Bagus, apa ini karma karena menginterogasi anak kecil tidak pada waktunya? Pemuda itu segera buru-buru menghabiskan roti lapisnya.

"Kakak ke sekolah dulu, ya."

Kiki sepertinya jadi terbiasa mendapat usapan di kepala saat pemuda itu pergi ke sekolah. Anehnya, tidak ada lagi rasa keberatan seperti awal-awal ia ada di sini. Apa itu berarti rasa bencinya pada Fabio sudah berkurang?

Sepeninggal Fabio, kini Kiki yang buru-buru mengganti baju. Dia menggunakan rok dan blazer sekolah yang ia simpan di dalam tas ransel putihnya, dan saat akan memakai sepatu, asap cokelat muncul dan tubuhnya kembali seperti semula.

Miki memacu kakinya secepat mungkin sebelum terlambat.

🍫🍫🍫

Maverick diam-diam memperhatikan Miki yang masuk kelas dengan tergesa-gesa. Saat gadis itu melewati kursinya, bau sabun bayi menguar cukup kuat.

Padahal, sebelumnya Maverick yakin tidak ada yang memakai produk bayi apa pun di kelas ini. Atau Miki memakai parfum wangi bayi? Hmm ... bisa saja, sih. Parfum zaman sekarang kan memang aneh-aneh.

Tapi tetap saja Maverick merasa ada sesuatu yang mengusiknya. Dan ini tentang Miki dan keanehan Fabio akhir-akhir ini.

"Kau sedang melihat apa?"

Terkejut, Maverick menolehkan kepalanya ke samping, lebih tepatnya pada Fabio dan wajah datarnya. Ini nih, yang jadi masalah. Saingan Maverick ini sadar enggak sih, dia jadi lebih ramah pada para penggemarnya dua hari terakhir? Meski tetap beraura es, Maverick cukup peka untuk tahu dia tak sedingin biasanya.

"Miki." Maverick memeletkan lidah seperti anak kecil saat sadar tatapan Fabio menajam. Ia terkekeh kecil. "Tenang aja, Mave enggak akan ambil Miki. Dia punya Fabi, kok." Tawa Maverick makin besar saat Fabio makin melotot. "Oh iya, pulang sekolah ini, ayo ke game center. Ada event bagus! Kita bisa untung besar!"

Senyum Maverick pudar saat Fabio memberikan reaksi yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Apa Maverick terlalu pede mengajak Fabio?

Jadi Fabi memang belum mengakui Mave?

🍫🍫🍫

"Ally, aku pulang dulu, ya." Baru saja Miki akan berlari meninggalkan kelas, Alicia langsung menghadang. Gadis itu berdiri di depan pintu, menghalangi siapa saja yang akan lewat.

Aduh, Miki kan sedang buru-buru!

"Kenapa?"

Miki bingung, harusnya kan dia yang tanya kenapa sekarang. Kok malah Alicia?

Tatapan dingin Alicia terasa cukup menusuk, uh, Miki tak pernah terbiasa dengan sorot mata itu. Alicia jadi tampak menyeramkan.

"Apanya yang kenapa, Ally?"

Sepertinya tanpa sadar Miki menarik perhatian Fabio juga Maverick yang masih membereskan tas mereka. Dari belakang, kasak-kusuk penggemar Fabio mulai terdengar. Oh, mereka harus segera pergi sebelum terjebak di antara para fangirls gila itu!

"Kenapa akhir-akhir ini kamu pulang begitu buru-buru, Miki? Datang hampir terlambat, dan selalu membawa buku hari Selasa? Kemarin sehabis kencan, aku ke rumah kamu tapi kamu tidak ada, kamu ke mana? Aku khawatir sekali, tapi kamu bahkan tak mengangkat teleponku!"

Keheningan yang janggal menyusul setelahnya.

Miki merasa ngeri saat sadar bahwa Fabio memperhatikan mereka. Apa dia dengar? Gawat! Miki langsung menarik Alicia pergi dari sana, meninggalkan Fabio dan Maverick, dan beberapa penghuni kelas lain yang hanya bisa terdiam setelah menyaksikan drama kecil dua gadis itu.


Jadi selama ini Miki hanya membawa buku hari Selasa?

Fabio memikirkan pembicaraan yang ia dengar tadi. Hari Selasa? Bukankah itu adalah hari dimana ia menemukan Miki? Tuh kan, Alicia saja sadar ada yang tidak beres dengan Miki, jadi perkiraan Fabio bisa saja benar, bukan?

"Yo, Fabi, ayo kita ke game center sebentar. Sudah lama kita enggak main."

Lagi-lagi pikirannya buyar karena Maverick. Fabio menatap sahabatnya itu, ternyata Maverick masih tak menyerah mengajak Fabio ke pusat permainan. "Tidak, aku harus pulang cepat," tolak Fabio halus. Tentu saja, karena Kiki pasti menunggu di rumah.

"Ayolah! Beberapa hari ini Fabi tak asyik! Bilang saja Fabi takut Mave kalahkan!" Maverick langsung meninggalkan Fabio. Berjalan cepat menuju pintu kelas, bibir Maverick diam-diam mengulas seringaian.

"Aku tak takut! Ayo saja. Paling kau yang akan kalah."

Maverick tersenyum lebar. Rencananya mengajak Fabio berhasil! Setidaknya, ini membuat Maverick tenang, artinya Fabio tidak benar-benar ... bosan padanya.

🍫🍫🍫

"Please Ally, kamu nggak bakal percaya kalau aku ceritain." Miki sudah menyeret Alicia ke tempat yang sepi di sekolah. Orang-orang juga sudah pulang, jadi tak perlu khawatir ada yang menguping pembicaraan mereka.

"Ceritakan saja, aku akan percaya, Miki," desak Alicia yang benar-benar penasaran. Tidak biasanya Miki menyimpan rahasia dan tak memberitahunya. Ini berarti memang ada yang salah dengan Miki, sahabatnya itu pasti sedang dalam masalah besar!

"Janji ya, kamu percaya. Habisnya aku buru-buru atau kalau enggak aku bakal-"

Bowsh!

Asap cokelat tiba-tiba muncul.

"Uhuk! Uhuk! Asap dari mana ini? Miki? Miki!" Alicia sibuk mengibas-ngibaskan tangannya guna menyingkirkan asap yang masih tersisa. Panik bukan main saat tak menemukan Miki di mana pun. Apa asap barusan melenyapkan Miki?

"MIKI!"

Astaga MIKI!!

Aloohaaa

Wah, hari libur nih XD tahu-tahu udah setengah jalan aja ceritanya :'v

Pengen sohib kek Alicia juga :"

Ngehehe, udah deh. Kalo ada salah dan janggal mohon diberitahu XD

Babay!

*Hari ini, playing : Bruno Mars - The lazy song*

Revisi tanggal 6 Mei 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top