Bab 7
Alin benar-benar menurut untuk tidak banyak bicara. Meski begitu, ia fokus mendengarkan arahan Sona. Ia yakin ini kali pertama dan terakhir keliru atau nyasar. Ya, setelah ini semua itu tidak akan terjadi lagi karena ia sudah menghafal setiap detailnya, sesuai arahan Sona.
Alin bahkan merasa konyol. Padahal jalan menuju rumah Rio tidak serumit itu. Bisa-bisanya ia tadi kesulitan menemukannya. Seperti orang linglung.
Saat ini motor yang Alin kendarai semakin dekat dengan rumah mereka. Dari kejauhan, baik Alin maupun Sona melihat Nino sedang menggotong paket besar milik Alin. Rupanya Nino berusaha membawa benda berat itu dari rumahnya menuju ke depan rumah Rio.
Ah, betapa baiknya Nino. Alin bahkan tidak meminta Nino untuk menggotongnya, tapi pria itu berinisiatif sendiri membantunya. Hal itu semakin memperjelas perbedaan karakter antara Nino dan Sona.
Kadang Alin berpikir, Sona itu punya masalah apa, sih, dalam hidupnya? Terlepas dari sifatnya begitu ... tetap saja tidak wajar bagi Sona untuk memperlakukan Alin seperti ini. Bukankah aneh Sona memperlakukan Alin seakan musuh bebuyutan padahal baru saling mengenal. Kenal pun lantaran Alin sempat salah rumah. Jika tidak, jelas mereka tidak akan mengenal satu sama lain.
Menghentikan motornya tepat di depan rumah Rio, Alin dan Sona langsung disambut dengan wajah tanda tanya Nino. Pria itu baru saja meletakkan paket Alin di depan gerbang rumah Rio.
Sedangkan Sona langsung bergegas turun meninggalkan Alin dan Nino tanpa sepatah kata pun. Ya, Sona langsung menuju rumahnya, padahal Alin belum sempat berterima kasih. Nino pun tampak tidak heran adiknya bersikap seperti itu.
"Makasih ya, Mas Nino. Maaf juga jadi repotin gini. Paketnya pasti berat," kata Alin sambil membuka gerbang lebar-lebar.
"Bukan masalah. Saya nggak keberatan, kok." Nino kembali menggotong paket itu, membawanya memasuki gerbang. Bersamaan dengan itu, Alin pun memasukkan motornya.
"Ngomong-ngomong kalian dari mana? Kenapa tiba-tiba boncengan?" tanya Nino kemudian.
Setelah memasukkan motor ke garasi, Alin cepat-cepat membuka pintu rumah yang semula dikunci. Sambil Nino menggotong paket menuju kamar Alin di lantai dua, selama itu pula Alin menceritakan hal konyol yang baru saja dialaminya sekaligus jawaban atas pertanyaan Nino barusan.
Tentu saja Nino tertawa. "Jadi itu alasannya kamu tadi nelepon saya?" tanyanya usai meletakkan paket itu di kamar Alin. Mereka kini kembali menuruni tangga menuju lantai satu. "Itu pasti nomormu, kan? Tadi saya sempat menyamakan dengan nomor yang tertera di paket," lanjutnya.
"Iya, Mas. Habisnya aku nggak tahu harus hubungi siapa lagi."
"Sebelumnya terima kasih udah menjadikan saya orang yang kamu cari saat mendapati kesulitan, hanya saja saya minta maaf ... tadi saya lagi di jalan menuju pulang dan ponselnya ada di tas, pakai mode diam," jelas Nino.
"Eng-nggak apa-apa kok, Mas. Aku justru berterima kasih Mas Nino udah bantu bawain paketnya menuju lantai atas, padahal berat banget."
"Sebenarnya saat sampai di rumah ... saya telepon balik kamu, tapi nggak diangkat."
Alin tentu saja terkejut. "Oh ya? Maaf kalau gitu, ponsel aku pun di tas dan di-silent."
Alin jadi berpikir, mungkinkah jika tadi ia sabar sedikit lagi dan tidak perlu menelepon Sona, pasti Ninolah yang akan menjemputnya. Bukan Sona. Ah ... kalau itu terjadi, Alin pasti tidak akan mendapatkan omelan sekaligus berhadapan dengan si judes Sona.
Namun, terlepas dari itu Alin seharusnya berterima kasih. Sejudes atau semenyebalkan apa pun Sona, tidaklah mengubah fakta bahwa pria itu baru saja menolongnya.
"Jangan minta maaf, bukan salah kamu, Alin."
Alin tersenyum kikuk. "Sekali lagi terima kasih ya, Mas Nino."
"Kalau begitu saya pamit dulu, ya. Saya baru banget pulang kerja, pengen mandi. Sejujurnya saya pulang lebih awal hari ini."
Alin mengantar Nino sampai depan, sekaligus hendak mengunci gerbang dari dalam juga.
Tiba-tiba Alin jadi kepikiran ... bagaimana cara berterima kasih pada Sona? Haruskah ia mengirimi pria itu pesan di nomor yang tadi?
Bersambung...
Dikit banget ya? Sengaja. Namanya juga pemanasan wkwk
Tapi tenang, aku dobel update kok, yang artinya Bab 8 segera meluncur .....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top