🍄18.Reres-Haris Saga-Aira 🍄
Saga masih kesal saat Reres beranjak meningalkannya dalam keadaan tak baik, nafsu dan darahnya sama-sama mendidih. Kepalanya menjadi sakit dan otaknya sejak tadi memaki apa yang dilakukan Reres. Tentu saja hal yang paling menyakitkan bagi dirinya saat ini. Bukan hanya inti dari tubuhnya yang meronta ia juga merasa kehilangan harga dirinya karena terus saja mendapatkan penolakan dari sahabatnya itu.
Pintu diketuk, beberapa kali sampai akhirnya ia menyahut. "Siapa?"
"ini Yuni Den, Nyonya bilang setelah mandi Den Saga diminta ke ruang baca," sahut suara dari luar.
"Hmm!" Saga menjawab dan tampaknya sang pelayan segera meninggalkan kamar itu.
Dengan malas ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi dan menuntaskan hasratnya. Hanya karena reres, ini kedua kalinya ia mengotori tangannya sendiri. Sungguh ini aib baginya. Selama ini tak ada yang menolak Alvian Saga Mahendra. Siapa yang berani menolak ketampanan dan kemampuannya dalam beradu ranjang? Tak ada kecuali Rere, Sahabatnya yang bahkan secara fisik tak ideal dan bukan tipenya.
"Res ba-" Ia terhenti. Lupa kalau tak ada Reres di sana. "Aish sialan!" umpatnya kesal.
Pria itu berjalan ke luar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang melilit di bagian bawah tubuhnya. Bergegas berjalan ke lemari pakaian untuk segera mengganti pakaian, ia berdiri menatap susunan pakaian yang rapi berdasarkan wana, lalu sengaja mengacak lemari pakaiannya untuk memberikan pelajaran pada sahabatnya itu. Setelah rapi menggunakan t shirt abu dan celana putih ia berjalan menuju ruang baca seperti apa yang dikatakan tadi. Saga bahkan membiarkan rambutnya tetap basah. Karena biasanya ini adalah tugas Reres untuk mengeringkan rambutnya.
Saga segera berjalan menuju ruang baca menemui sang ibu. Langkahnya sedikit cepat seraya menatap pada sekitar siapa tau ada Reres dan ia bisa memukul bahu, atau mencubit pipi sahabatnya itu. Tak menemukan Reres dimanapun, Saga memilih kembali fokus dengan langkah kakinya. Ia mengetuk pintu setelah sampai di depan ruang baca.
"Masuk," suara sang mami menyahut.
Saga membuka pintu, masuk dan kembali menutup pintu. Ada Nindi di sana yang kini tengah sibuk membaca majalah bisnis. Wanita itu segera meletakkan majalah seteleh Saga kini duduk di hadapannya lalu mulai terlihat serius.
"Hari ini kamu ajak Aira jalan," titah Nindi.
Raut wajah Saga berubah menjadi masam. ia kemudian melipat tangannya di depan dada, menghela napas sebelum menjawab perintah yang Nindi berikan. "Kenapa Saga sih Mi?"
"Ya karena kamu kan yang mami jodohin sama Aira," jawab Nindi.
Saga berdecak. "Aira itu enggak banget M," keluh si pucat.
"Heh sembarangan kamu! Yang enggak banget itu mantan-mantan kamu. Aira cantik, pintar, dan yang jelas bibit bebet bobotnya." Nindi menjadi kesal atas perkataan Saga barusan yang jelas-jelas meremehkan gadis pilihannya.
"Terserah kamu di luar gimana. Mami cuma pilihkan perempuan yang terbaik dari yang baik. Lagian kamu masu sampai kapan kaya gini terus? Dalam hubungan enggak jelas. Pacaran, putus, pacaran, putus, sampai kapan Ga?"
Saga hela napas mengatur emosi atas kekesalan pada sang mami. "Saga mau pergi asal sama Reres."
"Reres udah pergi," jawab Nindi.
"Pergi?"
Nindi anggukkan kepala, kemudian kembali membaca majalan bisnisnya. Dan apa yang dikatakan sang mami buat Saga menatap dengan terkejut.
Sementara saat ini Reres duduk di taman seraya menikmati es cekek yang ia beli dalam perjalanan ke taman. Gadis itu juga membeli cimol untuk ia nikmati sebagai sarapan paginya. Setelah perdebatan dengan Saga tadi ia segera mandi, berganti pakaian dan bergegas meninggalkan rumah Saga setelah dirinya meminta izin pada Nindi.
Hari ini ia mengenakan kemeja oversize berwarna coral, celana jeans, flat shoes cream senada dengan tas kecil yang ia bawa. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai setengah ke belakang dan sebagian ia kepang di sisi kanan dan kiri. Tak lupa polesan riasan ala korea yang membuat ia semakin terlihat segar dan fresh.
Gadis itu berdiri setelah melihat mobil Haris dari kejauhan ia melambaikan tangan. Mobil itu berhenti di hadapannya. Haris membuka jendela dan tersenyum menatap Reres. Reres tadi memang meminta agar Haris lebih cepat menjemputnya karena ia melarikan diri dari Saga.
"Ayo masuk," ajak haris.
Reres segera berjalan masuk ke dalam mobil, lalu segera duduk. Haris mendekat untuk memasangkan sabuk pengaman Reres sedikit terkejut ia sampai menahan napas karena apa yang dilakukan pria itu. Apalagi saat haris selesai memasangkan sabuk pengaman dan tersenyum tepat di depan wajahnya.
"Udah siap?" tanya haris.
"Siap Bos,' sahut Reres.
Mobil itu melaju menuju tempat Reres dan Haris yang hari ini akan menghabiskan libur bersama. Seperti biasanya hari libur seperti ini jalanan Jakarta begitu lengang. Sepertinya warga ibu kota lebih memilih untuk menghabiskan liburan hari ini dengan berleha-leha di rumah.
Reres masih sibuk menggenggam plastik sisa jajanannya yang kosong. Haris memerhatikan Reres terlihat tak nyaman, ia kemudian mengambil itu dari genggaman tangan Reres dan membuang ke tempat sampah yang berada di belakang kursi.
"Makasih Mas," ucap Reres.
Pria yang saat itu mengenakan kaos rib berwarna milo itu anggukan kepala. "Kenapa kamu minta dijemput lebih cepat?" tanya Haris pada Reres.
"Tadi Saga cari gara-gara sama aku Mas." reres menjawab sambil membecik, lalu memonyongkan bibirnya karena merasa kesal.
Hal itu membuat haris gemas. Andai saja ia bisa mencubit pipi Reres ia pasti sudah melakukannya karena merasa begitu gemas.
"Cari gara-gara gimana Pak Saga?" tanya Haris lagi.
"Biasa dia kan emang cari gara-gara terus sama aku."
Haris anggukan kepala, ada rasa cemburu juga saat ini karena Saga bisa banyak menghabiskan waktu bersama Reres.
"Kalian memang akur banget ya," ucap Haris.
Reres menata pada Haris, tentu saja ia merasa aneh karena Haris menyebut ia dan Saga akur.
"Enggak se-akur itu."
"Hati-hati lama-lama kalian bisa jatuh hati," kata Harris mengingatkan.
Reres gelengkan kepala. "Mas lihat aja gimana aku sama Saga. Dia tuh emang cuma suka bikin aku kesal. Lagian enggak ada apa-apa di antara kami berdua," tegas Reres."
"Syukurlah," ucap Haris refleks.
Reres menoleh mendengar ap[a yang dikatakan Haris mencoba meyakinkan apa yang ia dengar barusan. "Apa Mas?'
"Hmm?" tanya Haris seraya menoleh pada Reres "Ah, syukurlah karena Pak Saga punya temen kayak kamu yang bisa ngertiin dia.
***
Setelah sarapan, Saga segera berganti pakaian ia hari ini menggunakan kemeja berwarna salmon, celana kodorai cream, mengenakan kacamata dengan rambut yang ditata rapi. Setelah sarapan Aira datang bersama sang sopir dan kini mereka segera berangkat menuju tempat yang diminta oleh Nindi menggunakan mobil Saga yang dikemudikan oleh Pak Ahyat
Saga duduk tak banyak bicara, ia sibuk dengan onsel miliknya. Sejak tadi mengirim pesan pada Reres dan tak terkirim sama sekali. Ia sesekali hela napas merasa kesal dengan kelakuan Reres. Bukan hanya menolaknya, tapi gadis itu bahkan mematikan ponselnya. IA kemudian mencari di status melihat Reres yang memposting fotonya yang tengah berada di dalam mobil. Itu membuat Saga mendesis semakin kesal. Ia tau itu mobil Haris dan pasti Haris, siapa lagi kalau bukan pria itu? Karena Reres tak mempunya banyak teman membuat Saga mudah menerka.
Melihat status Reres membuat ia segera melihat status Haris yang menunjukkan foto dua tangan yang sedang menunjukan dua jarinya dengan caption Sarapan sama bestie. Jelas ini Reres terlihat dari tangan dan jarinya yang bulat. Saga memperbesar gambar mencari tahu lokasi karena terlihat beberapa jaran toko di sana. Saga lalu melirik pada Aira yang terdiam kini tengah menopang wajah pada tangannya seraya menatap ke luar jendela.
Aira pagi tadi sudah berdandan cantik mengenakan atasan berwarna soft pink yang ia padu dengan rok pendek jeans. Yang terjadi saat ini ia merasa bosan karena Saga sibuk dengan dirinya sendiri. Dan Tak mungkin ia harus mengobrol dengan sopir karena merasa bosan.
"Ra," panggil Saga dan gadis itu tak menoleh. "Aira," panggilan lagi dengan sedikit keras dan lagi tak ada jawaban,
Saga mencolek bahu Aira. buat gadis itu menoleh dan tersenyum.
"Ya Ga?"
Saga menyerahkan ponsel;nya. "Liat deh foto itu, itu ada di mana."
Aira menerima ponsel Saga, dan memerhatikan foto yang ditunjukkan oleh Saga. Tak ada suara dari Aira ia juga sama dengan Saga sibuk memperhatikan jajaran toko.
"Ah, ini berlian plaza," jawab Aira.
"Pak kita ke Berlian Plaza," titah Saga pada sang sopir.
Saga kemudian melepaskan kacamata yang ia kenakan,melipat lengan kemejanya, melepas satu kancing kemeja atasnya dan sedikit mengacak rambut membuat tampilannya kebih casuall dan menawan terlihat lebih cocok untuknya karena menampilkan kesan bad boy. yang memang adalah jati dirinya yang sebenarnya.
Dan selama Saga merubah penampilannya, Aira memperhatikan dan jelas saja apa yang dilakukan Saga saat ini buat hatinya cenat-cenut. Saga kemudian melirik pada Aira yang segera memalingkan wajahnya. Ia tak ingin harga dirinya hancur karena Saga memergokinya tengah memerhatikannya dengan tatapan kagum.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top