Bab I - Chapter 2

BAB I : TODAY TODAY
Ch 2 - Stuck Between Yesterday and Tomorrow
.
.

Yang namanya Denji paling nggak bisa nolak tiga hal : dada perempuan, uang, dan makanan enak.

Itulah yang terjadi saat ini. Sore harinya, di sebuah kafe yang lumayan bernama. Denji dan Nayuta bersama dengan Yoshida tengah duduk santai di satu meja.

Denji tentu saja bersikap tidak tahu malu, dengan menantang Yoshida untuk membelikannya makanan terenak di sini. Sementara Yoshida, entah kenapa, menurut saja dengan Denji. Tidak seperti image-nya yang biasa. Mungkin karena ini adalah permintaan paman angkatnya, supaya Yoshida memerhatikan Denji.

"Bang Yoshi. Teman. Enak." Nayuta menunjuk Yoshida dengan ekspresi datar. Sambil tangan yang satunya memakan kukis, sehingga terdapat renyah-renyah kue di bibir anak kecil itu.

"Jadi, apakah sekarang Bang Yoshi adalah teman Nayuta dan Denden?" tanya Yoshida. Sementara Denji yang mendengar namanya dipanggil Denden oleh Yoshida sedikit tersedak.

"Teman baik," jawab Nayuta sambil menatap Yoshida. Lelaki yang ditatap olehnya itu hanya memasang senyum misterius seperti biasanya.

Setelah itu, keheningan terjadi di antara mereka. Denji dan Nayuta makan dengan lahap, sementara Yoshida hanya melihat ke arah Denji. Denji lalu menyadari tatapan Yoshida. Membuat suasana menjadi awkward.

"Ngapain kau lihat-lihat!?" tanya Denji yang mulai agak risih.

"Aku hanya berpikir kalau ... Denden orangnya berantakan, ya?" Yoshida mengangkat dagu.

"Ngomong-ngomong berhenti manggil aku Denden. Nama panggilan itu cuman untuk Nayuta," protes Denji di sela-sela makannya.

"Kalau gitu dipanggil Denji saja?"

"Ya," jawab Denji dengan singkat. Nama panggilan Denden menurutnya terlalu kekanak-kanakan. Setidaknya dengan dipanggil Denji, dia merasa lebih dewasa (katanya).

Nayuta melihat ke arah Denji lalu ke Yoshida dengan bingung. "Apa Bang Yoshi juga nggak suka dipanggil Yoshi?" tanyanya secara mengejutkan dalam satu kalimat penuh.

"Mau kamu panggil Yoshi atau Yoshida, aku nggak masalah," jawab Yoshida.

Sebuah ide lalu terlintas di kepala Denji. "Kalau begitu aku panggil kau Hirofumi saja. Itu nama depanmu, kan?" celoteh Denji dengan banyak remah kue di sekitar mulutnya.

Yoshida tidak menjawab. Untuk sesaat senyum yang selalu dipasangnya hilang. Tatapan kosongnya teralih kepada Denji, membuat Denji agak ter-gap. Tetapi di luar dugaan, Yoshida malah menyeka krim kue di pipi Denji. Lalu memasukkan jarinya yang penuh krim kue ke dalam mulut Denji.

Katanya, "Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang pernah memanggilku dengan nama depanku, Denji." Dia lalu menarik jarinya dari bibir Denji yang melongo. Sekarang senyuman Yoshida telah kembali.

"Bang Yoshi. Seram." Tunjuk Nayuta. Sementara Denji masih memproses apa yang terjadi di dalam otaknya yang agak kabel putus.

"Hah, memangnya kenapa dengan panggilan Hirofumi?" Denji malah bertanya lagi. Tidak peka. Yoshida mengelus keningnya. Dia tidak menjawab pertanyaan Denji.

"Jadi kapan kalian mau ke rumah?" Yoshida mengalihkan topik pembicaraan.

"Besok," kata Nayuta yang langsung diiyakan oleh sang kakak yang bucin adik itu.

"Kalau begitu besok aku akan antar kalian. Tapi sebelumnya mari ke petshop dulu," balas Yoshida.

"Baiklah."

***

Malamnya, Denji dan Nayuta diantar oleh Yoshida dengan mobilnya ke asrama mereka. Padahal Denji sudah bilang kalau dia bisa jalan kaki dengan Nayuta, tetapi Yoshida-nya yang nggak mau.

Sampai Yoshida juga menawarkan tumpangan buat mengantar mereka ke sekolah, yang langsung ditolak tegas oleh Denji. Malu(?) katanya.

Dua kakak-adik itu lalu masuk ke wilayah asrama. Denji merogoh kocek, memastikan kalau dia membawa kunci kamar sambil tangan kanannya memegang tangan Nayuta. Tetapi baru saja dia ingin membuka pintu, seorang cewek dari kamar sebelah tiba-tiba keluar menghampirinya.

Cewek itu berambut hitam panjang, matanya berwarna kuning dengan lingkar merah. Mengingatkan Denji dengan Kepala Sekolah di SMA-nya dulu, Bu Makima. Eh tapi bukankah Nayuta juga punya mata yang sama? Bodo amat lah, Denji nggak mau terlalu memikirkan itu.

Yang pasti cewek itu sekarang kelihatan marah. Nayuta merasa was-was, jadi dia bersembunyi di balik celana Denji.

Cewek itu dengan tiba-tiba menarik kerah Denji dengan kuat, katanya, "Jangan dekat-dekat Yoshida."

Denji bingung. Dia kan baru main sama Yoshida sekali. Kok ini cewek malah marah-marah? Apa dia pacar Yoshida? Eh tapi kan Denji cowok, straight lagi, mana mungkin dia ngerebut Yoshida.

"Woi, lepasin njing, dasar freak," marah Denji. Dia mengambil tangan cewek itu lalu mendorongnya agar kerahnya terlepas.

"Kau mau cari masalah atau gimana?" Denji melihat cewek itu dengan kesal. Tangan Denji sudah dikepal dua-duanya. Sudah siap memukul kalau-kalau cewek di depannya ini menyerang duluan.

Akan tetapi, belum sempat mereka berdua terlibat dalam perkelahian. Sebuah suara yang Denji kenal mengalihkan perhatian mereka berdua.

"Yo, Denji dan ... Yoru, kalian berdua sedang apa?" tanya seorang cewek tomboi yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar yang sama dengan cewek freak tadi. Itu adalah Yuko.

"Kau kenal dengan cewek ini, Yuko?" tanya Denji memastikan, padahal sudah jelas.

Yuko lalu menarik Yoru ke belakang supaya dia menjauh dari Denji. "Masuk," desisnya.

Yoru melepas dirinya dari genggaman Yuko dengan paksa. Dia menuruti Yuko. Ia masuk ke kamar sambil tetap mempertahankan tatapan tajamnya kepada Denji. Merajuk. Dia menutup pintu dengan menghempasnya.

"Maaf, Yoru memang agak kasar dengan orang baru." Yuko berusaha tersenyum. Denji hanya memandangnya dengan meh.

"Yoru. Pacar. Bang Yoshi?" tanya Nayuta setelah dia keluar dari persembunyiannya.

Yuko menggeleng. "Yoshida tidak punya pacar. Yoru hanya... sedikit halu," jawabnya dengan kikuk.

Yuko lalu menunduk untuk menyamakan tingginya dengan Nayuta. Dia mengalihkan topik. "Apa dia adikmu, Denji?"

"Ya. Namanya Nayuta. Nayuta agak pendiam, tapi dia anak baik," jelas Denji sambil tersenyum. Pandangannya lalu teralih ke arah sang adik.

"Nayuta, cewek di depanmu ini Yuko, teman sekelasku," ujar Denji.

"Teman. Denden?" Nayuta menunjuk Yuko.

Yuko mengangguk. Ia tersenyum ramah. "iya, teman Denji."

"Yuko teman. Yoru tidak."

Yuko lalu kembali berdiri. Dia melihat ke arah Denji. "Oh ya, soal Yoru...."

"Sudahlah, aku tidak terlalu memikirkannya," potong Denji, "Kalau dia memang mau cari masalah denganku, bilang padanya, aku nggak peduli."

Setelah itu, Denji dan Nayuta masuk ke kamar mereka.

***

Esok harinya, di sekolah, terjadi keributan di depan kelas XB. Namun, bukan soal Denji, melainkan karena ada seorang cewek yang tengah dibully oleh teman-teman sekelasnya.

Cewek itu dilemparin satu nampan paket burger sama seorang cewek lain, yang secara ironis adalah ketua kelasnya. Membuat baju seragam yang dia pakai menjadi kotor dan berminyak. Para pembully hanya tertawa, lalu meninggalkan si cewek yang sudah kelihatan muak.

Tetapi cewek itu cuman menahan amarahnya untuk saat ini, karena dia tidak seberani itu untuk menantang balik. Itu menakutkan. Pengalaman dibully itu menakutkan.

Dia lalu menyeka sisa makanan yang menempel di bajunya. Dia bangkit berdiri. Cewek korban bully itu punya rambut hitam panjang yang dikuncir dua. Mukanya persis dengan cewek yang menantang Denji di asrama. Yang berbeda cuman warna matanya yang gelap, bukan kuning.

"Asa!" Yuko memanggil nama cewek itu dari jauh. Dia baru keluar 10 menit setelah bel istirahat karena Pak Tanaka menahan seisi kelas sampai ada yang bisa menjawab soal kuisnya.

"Yuko!" Cewek yang dipanggil Asa itu membalas sapaannya. Dia lalu memeluk Yuko yang berlarn ke arahnya, membuatnya agak kehilangan keseimbangan tetapi tidak sampai terjatuh.

"Asa, bajumu...."

"Haha, gapapa, biasa ini," sanggah Asa. Dia tertawa canggung.

Yuko tentu saja langsung menangkap kebohongan yang diutarakan oleh Asa. Mereka sudah berteman sejak SMP, dan Yuko adalah satu-satunya teman bagi Asa. Dia sudah sangat tahu sifat Asa.

"Cewek-cewek jalang itu membully-mu lagi?" Yuko menginterogasi. Asa tidak menjawab. Pasalnya jawabannya adalah 'iya' seperti biasa.

"Sudahlah, Yuko. Bagaimana kalau kita ke taman saja?" ajak Asa untuk mengalihkan topik. Dia lalu menarik tangan Yuko untuk meninggalkan kelas.

Sudah tidak terhitung berapa kali Yuko berusaha melaporkan kasus perundungan ini ke guru-guru maupun ke pihak OSIS. Tetap tidak ada tanggapan dari mereka.

Pasalnya mereka pikir, seorang Asa Mitaka adalah cewek pendiam. Salahnya sendiri karena tidak berusaha bersosialisasi.

Yang mana pemikiran itu sangat salah. Karena apapun yang Asa lakukan, apapun usaha Asa untuk berteman dengan orang lain selalu berakhir dengan hinaan dan kegagalan.

Menyedihkan. Itulah kenyataannya. Yuko sangat mengetahui hal tersebut, tetapi tidak ada orang lain yang mau membelanya.

Ditambah, ada rahasia besar Asa yang hanya Yuko seorang ketahui. Ini soal Yoru, kepribadian lain Asa yang sering membuat Asa berada dalam masalah. Asa tidak bisa mengendalikan Yoru, dan Yoru seringkali mengambil alih tubuh Asa di momen yang tidak tepat.

Seperti saat hari pertama sekolah, Yoru dengan nekatnya nembak Yoshida. Padahal baru satu hari bertemu. Mentang-mentang Yoshida ganteng. Untungnya dia ditolak. Kalau sampai diterima, bisa-bisa akan ada lebih banyak cewek-cewek di sekolah yang membenci Asa.

Ngomong-ngomong soal Yoshida, sekarang Yoshida lagi ada di kantin bersama dengan Denji. Mereka kelihatan sedang makan bareng.

Bertepatan dengan itu, seorang cowok berambut hitam dengan bandana dan seorang cewek bermata kuning berlingkar merah datang mendekati meja Yoshida dan Denji. Tiba-tiba saja mengacaukan waktu makan mereka.

"Yoshida, kau udah kirim LPJ kegiatan lomba classmeeting kita semester kemarin kah?" tanya si cewek bermata unik itu yang langsung saja menarik perhatian Denji.

Ada orang lain yang matanya mirip Nayuta, batinnya. Cewek yang kemarin nyari masalah dengannya juga punya mata mirip. Apa mereka semua saling berkerabat? Mengingat Nayuta hanya adik angkat Denji yang tidak diketahui asal keluarga aslinya (lebih tepatnya Denji lupa).

"Sudah tadi pagi. Soalnya kemarin aku ada urusan," jawab Yoshida dengan senyumannya.

Wah, apa jangan-jangan karena kemarin Yoshida mentraktir Denji dan Nayuta, terus pas pulang dia kerepotan mengurus anjing-anjing mereka? Denji merasa bersalah sedikit.

Tapi tentu saja Denji ogah bertanggung jawab kalau sudah menyangkut masalah OSIS. Jadi dia diam saja. Tidak begitu menyimak juga karena asyik makan

"Tumben Dek Yoshida yang hebat ini nggak gerak cepat." Si cowok OSIS terlihat menantang Yoshida. Sementara si cewek cuman menatap dengan datar.

Kemudian, pandangan tanpa ekspresi cewek ber-nametag Kiga Mitaka itu teralihkan ke Denji, anak baru yang penampilannya agak acak-acakan. Ada apa gerangan seorang Yoshida yang selalu membawa bekal itu tiba-tiba makan bersama cowok amburadul ini?

Kiga menaruh ekspresi curiga. Bohong kalau dia bilang dia tidak penasaran. Kiga lalu bertanya ke Yoshida, "Apa dia si anak baru pindahan kota sebelah?"

Mendengar dirinya di-mention Denji lalu melihat ke arah Kiga. Karena Kiga seorang cewek, Denji sekarang tersenyum aneh.

Dia menunjuk dirinya sendiri seraya memperkenalkan diri, "Yoi. Aku Denji Hayakawa. Ada apa? Mau tukar nomor kah? Kalau gitu ingat aja 34-"

"Diam. Geer sekali kau ini." Cowok berbandana itu memotong perkataan Denji. Membuat Denji sedikit kesal karena kesempatan PDKT-nya diganggu.

"Eh, tapi siapa namamu tadi? Hayakawa apa—"

"Denji, di depanmu ini Haruka Iseumi dan Kiga Mitaka, Ketua OSIS dan Wakil Ketua OSIS di sekolah kita," jelas Yoshida tanpa perlu menunggu pertanyaan dari Denji. Dia memotong perkataan Haruka lagi.

Denji hanya ber-"oh" ria. Hidupnya sial banget ketemu OSIS mulu di mana-mana.

• • •

.
.
TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top