Puisi Macam Apa?

Budayakan VOTE sebelum membaca 😁😂😂 biar nggak lupa wkwk

oOo

Apa yang salah dari status single atau jomblo?

Daftar keuntungan kalau nikah.
1. Terhindar dari pertanyaan 'kapan nikah?'
2. Mau kerja atau nggak kerja, tetep dapet uang.
3. Ada yang nafkahin.
4. Nggak kesepian, kemana-mana ada yang nemenin.
5. Nggak pusing sama cicilan dan tagihan lagi.
6. Dapet banyak amplop pas resepsi.
7. Bisa pamer ke mantan 'udah nikah nih!!' Etapi emang punya mantan?
8. Masih banyak yang nggak bisa disebutkan di sini dan kamu bakal tau kalo kamu ngerasain pernikahan. Makanya, ayo nikah!!

Listya tertegun melihat secarik kertas yang ada di meja samping tempat tidurnya.

"Ya ampun, Mama itu sibuk ngurusin orderan kue. Kok sempet ya bikin kaya gituan..."

Listya membanting kertasnya asal ke tempat tidur. Ia tak mengerti apa yang ada dipikiran Mamanya sehingga tak mau bersabar, bukankah Listya sudah meminta waktu satu tahun untuk menemukan sendiri lelaki yang tepat?

Tiba-tiba ia ingat tentang perubahan besar pada motornya, mungkin efek ganti ban, ganti oli, service dan lain-lain. Motornya kini sudah bisa disebut kendaraan sesungguhnya. Tapi tetap saja, rasa nyaman  motornya terlupakan saat ia mengingat jumlah tagihan yang harus dibayar. Ya ampun, mungkin gajian bulan ini ia harus puasa membeli novel.

Fix ini gara-gara Mahesa yang pelit..

Sepertinya Listya harus mandi, guyuran air biasanya mampu menghilangkan segala penatnya. Baru saja ia mengambil handuk yang digantung, terdengar suara ketukan pintu. Ia pun langsung membukanya.

Ternyata yang mengetuk adalah Tio. Listya kemudian mengalungkan handuknya.

“Kenapa?” tanya Listya.

“Itu Kak, ada yang nyari.”

“Siapa?” Listya mulai menerka-nerka, selama ini memang jarang bahkan hampir tidak pernah ada yang mencarinya.

“Cowok, Kak,” jawab Tio.

Entah kenapa jantung Listya jadi degdegan. “Siapa namanya?” tanya Listya lagi.

Ciee ada yang ngarep dicariin cowok ya? Bukan kok, yang datang itu Kak Mia,” kekeh Tio.

Huft, rasanya Listya ingin mencekik leher Tio dengan handuk, untung saja ia ingat kalau Tio adalah adik satu-satunya. Ya ampun.

Akhirnya, tanpa menjawab, Listya pun langsung menuju ruang tamu. Di sana sudah ada Mia yang sedang duduk bersama Mamanya. Ia pun duduk bergabung bersama mereka.

“Ih, Mama kira kamu udah mandi, Lis,” ucap Ratih.

“Baru juga dateng, Ma. Capek, napas dulu kek,” jawab Listya.

"Lo baru dateng?" tanya Mia.

Listya mengangguk. "Lo lupa apa yang terjadi sama motor gue?"

"Eh iya ya.."

“Tuh, Mia bawa wafer dua karung,” ucap Ratih sambil menunjuk dua karung putih dekat pintu, membuat Listya bergidik ngeri. Ya Tuhan, ternyata sahabatnya benar-benar membawa wafer padahal itu hanya kesalahan komunikasi. Parahnya kenapa harus dua karung?

“Lo tadi pengen wafer kan, Lis?” tanya Mia memastikan. “Jadi gini, Tante. Mia kan tadi pulang kerja langsung hadirin ulang tahun sodara. Terus Listya minta bawain wafer ya udah sekalian aja Mia mampir. Iya kan Lis?”

“I...Iya,” jawab Listya. Tidak mungkin ia mengatakan tentang transfer, lagi pula itu akan mengundang banyak pertanyaan terlebih Listya khawatir lidahnya akan keseleo lalu menceritakan tentang Mahesa. “Makasih ya, Miong.. Gue nggak nyangka lo bawain sebanyak ini.”

“Gapapa, biar sehat. Oh ya, Tante....” Mia beralih menatap Ratih. “Mungkin kabar ini bikin Tante terkejut tapi Mia harus bilang kalau minggu depan Mia nikah.”

“Apa?” Ratih terkejut. Lebih terkejut dari Listya saat diberitahu untuk pertama kalinya beberapa hari lalu. “Ini serius?”

“Iya, Tante.”

“Tuh Lis, Mia aja mau nikah. Nah kamu kapan? Kamu lebih tua dari Mia lho, jangan di anggap santai.”

“Ya ampun, Ma. Cuma beda bulan doang. Aku sama Mia lahir di tahun yang sama kali.” Listya membela diri.

“Ya tetep aja intinya tuaan kamu. Mama nggak mau santai-santai ah.”

“Kan... Mulai deh. Mama kan udah sepakat tunggu setahun dulu, kalo aku nggak nemu terserah deh mau dijodohin sama Sehun juga ikhlas ridho aku, Ma.”

“Aduh, aduh, Emak anak malah berantem. Saran aku Tante sabar dulu deh soalnya Listya udah punya tiga kenalan cowok,” timpal Mia.

“Wah wah, bisa ketinggalan berita gini. Kamu bener punya kenalan tiga cowok, Lis?”

Duh, kalau sudah seperti ini Listya merasa terpojokkan. Padahal, ia sama sekali belum menghubungi satupun dari tiga lelaki dalam foto itu. Listya langsung menatap Mia dengan tatapan ‘Diem lo!’

Seolah mengerti, Mia nyengir ke arah Listya.

“Aduh, kayaknya gue buru-buru deh, Lis. Calon manten nggak boleh pulang malem, nanti sepatu kacanya copot satu gimana?” ucap Mia kemudian. “Tante, Mia pulang dulu ya. Listya nya jangan digejer aja suruh nikah, nanti dia stres terus pindah ke Meikarta gimana,” kekeh Mia.

Listya dan Ratih kemudian mengantar Mia sampai depan. Setelah Mia benar-benar pergi, Listya sudah mengeluarkan ancang-ancang untuk kabur ke kamar agar bisa secepatnya menghindari polusi suara dari Mamanya yang pasti menceramahi dan mengomel tentang pernikahan.

“LISTYA...” Ratih memanggil putrinya yang hampir mencapai pintu kamar.

Tuhkan, bener? Mau apa lagi coba?

“Aku mau mandi, Ma.”

“Tapi Mama mau ngomong, bentar aja.”

“Ngomong apa, Ma?” Listya akhirnya menoleh. Ia rasa apa yang baru saja ia katakan hanyalah pertanyaan retorik. Betapa tidak, bukankah pembicaraan Mamanya tidak jauh-jauh dari pernikahan?

Ratih mengangguk, lalu mendekat ke arah Listya. Ia mengelus rambut Listya pelan. “Jangan pindah ke Meikarta, ya.”

“What? Nggak salah? Ini serius? Harus banget ya ini dibahas? Gue kira apaan, tapi bagus deh bukan tentang pernikahan!”

Sungguh, Listya ingin terkekeh sekarang juga. Ia pun akhirnya mengangguk, memangnya siapa yang mau pindah rumah? Selama ini, ucapan pindah hanyalah lelucon. Listya jadi makin yakin kalau Mamanya sangat tidak ingin kehilangan dirinya. Ya meskipun senang ngomel setiap hari.

"Mama nggak akan bahas jodoh kok. Kata Mia kamu punya kenalan tiga cowok? Kali aja salah satunya mantu Mama."

Ya ampun, masa mantu Mama narsis kayak Adam Rich, sih?

“Wah, kebetulan Mama sama Kakak lagi kumpul,” ucap Tio secara tiba-tiba yang sontak membuat Listya dan Ratih menoleh.

“Jadi, aku punya tugas bikin puisi. Besok aku bacain di depan kelas. Maksudnya aku mau baca di depan Mama sama Kakak dulu biar besok udah terlatih,” jelas Tio.

“Boleh, silakan,” jawab Ratih.

Kini perhatian Ratih dan Listya tertuju ke arah Tio yang sedang membawa selembar kertas bersiap membacakan puisi.

Tio berdehem sejenak lalu mulai membacakan dengan ekspresi yang sangat menghayati. “Puisi ini based on true story. Judulnya Jomblo.”

“Apa nggak ada judul lain?” tanya Listya kesal, entah kenapa ia begitu kesal mendengar judul tersebut.

“Listya, denger dulu. Ini tugas sekolah adik kamu lho.”

“Iya Kakak jangan sensi dulu napa. Hargailah sebuah karya.”

Akhirnya tidak ada pilihan lain selain mendengarkan meskipun ia merasa ada yang tak beres pada puisi yang akan Tio bacakan.

“Oh, Jomblo.. Kau adalah makhluk istimewa. Saat makan, piring yang kau telan sementara nasinya dibuang. Saat ada petir menyambarmu.. Jelas petir yang gosong. Saat ada hujan yang lain kedinginan, kau biasa memeluk tabung gas. Saat ada hantu, hantunya yang malah lari ketakutan. Begitu besar the power of jomblo... Kau juga minum digalon langsung, tanpa memakai gelas.. Aku yakin, kau lebih galak dari emak-emak naik motor di jalan.. Kalau emak-emak lampu sen ke kanan tapi beloknya ke kiri, kalau jomblo nyalain lampu sen kanan dan kiri sekaligus membuat pengendara lain bingung. Oh, Jomblo.. Kapan kau menemukan jodoh?”

“PUISI MACAM APA ITU? JELEK!!!” ucap Listya kemudian masuk dan menutup pintu kamarnya.

Sungguh, Tio benar-benar keterlaluan membuat tanduk Listya muncul, bukan hanya dua tanduk melainkan sepuluh tanduk sekaligus. Pasti sekarang Tio dan Mamanya sedang terkekeh. Ya Tuhan.

Bersamaan dengan kekesalan yang masih bertengger di benak Listya, ia mulai berpikir haruskah melepas masa jomblo dan mulai berpacaran? Tapi, apa ia bisa sementara tak memiliki kenalan laki-laki satupun?
Tentang Mahesa apa lelaki itu bisa disebut kenalan? Bukankah Mahesa hanya angin lalu?

Tiba-tiba Listya ingat tentang foto yang Mia berikan beberapa hari lalu. Ya, sepertinya ucapan Mia ada benarnya. Suatu saat Listya membutuhkan foto-foto itu. Dan saat ini Listya benar-benar penasaran pada keseluruhan foto karena ia hanya sempat membaca bagian Adam Rich saja.

Listya kemudian berjalan menuju tasnya untuk melihat barangkali dua foto yang lain lebih menarik.

Ia kemudian menumpahkan seluruh isi tasnya hingga berhamburan di tempat tidurnya.

Tidak ada salahnya membaca satu persatu. Dan ternyata ...

oOo

Bersambung.

Tolong sempatkan Vote comment dan share ya. Cuma sebentar kok hihi

Lanjut nggak?

Kalo ada typo maaf, belum edit nih. Lagi di luar. Tadinya ini mau di up besok dan alhamdulillah bisa sempetin update hihi.

Thanks yang udah ngasih vote dan comment..

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top