Jin Tomang vs Jangkrik Sawah
BOLEH VOTE DULU? 😂😂
Bisikin typo btw.. Suka ada aja yang kelewat walapun bolak-balik baca 😂
oOo
Kalo lo ketemu Adam Rich di dunia nyata, apa yang bakal lo katakan?
Plase, tulis di sini satu kata buat dia...
👻👻👻
Listya sudah mengobrak-abrik isi lemari tiga pintunya. Begitu banyak pakaian yang kini bertumpuk dan berantakan di tempat tidur bahkan beberapa berserakan di lantai. Sungguh, kini kamar gadis itu kembali seperti kapal pecah.
Listya sendiri merasa heran, begitu banyaknya pakaian namun ia merasa tidak memiliki baju yang layak. Ia sampai mengutuk dirinya sendiri yang malah sibuk belakangan ini. Semua memang gara-gara Jin Tomang dan Jangkrik Sawah. Kalau saja dua makhluk astral itu tidak selalu muncul mungkin Listya sudah menghabiskan sepertiga sisa uangnya untuk shoping dan saat ini tidak akan kesulitan mencari pakaian yang cocok untuk hadir ke pernikahan Mia.
Samar-samar terdengar bunyi ketukan pintu.
"Lis, bangun. Katanya kamu mau ke Mia pagi-pagi," panggil Ratih pada putrinya.
Listya melirik jam dinding kamarnya yang menunjukkan pukul lima lewat sepuluh menit. Ia memang sudah bangun berkali-kali lipat lebih pagi. Listya tak mau mengecewakan Mia.
"Lis.. Bangun!" Ratih mulai berteriak.
"Aku udah bangun, Ma. Udah mandi malah."
"Kalo gitu buka pintunya," jawab Ratih membuat Listya secepat kilat mengumpulkan pakaiannya yang berserakan. Namun sepertinya tindakan itu sia-sia karena meski pakaian-pakaian itu beberapa ia masukkan paksa ke lemari namun gantungan pakaian masih berserakan.
Sungguh, ini masih terlalu pagi untuk terkena omelan Mamanya. Listya berjanji kapan-kapan akan lebih rapi lagi —sejak dulu ia sering berjanji seperti ini lalu tetap saja, berantakan seperti betah menjadi kebiasaan Listya.
"LISTYAAA, kamu lagi ngapain sih? Mama jadi curiga."
"Ben..bentar, Ma." Listya berusaha terus merapikan pakaiannya, memasukan paksa ke lemari.
"Mama dobrak nih?"
Mama itu suka gaya-gayaan ya, kaya bisa aja sleding pintu?
Namun sepertinya suara Ratih sudah tidak terdengar lagi. Dalam hati Listya meneriakkan kata AMAN.
Beberapa saat kemudian, senyuman Listya memudar melihat pintu kamar terbuka dengan sendirinya. Tidak, itu bukan hantu atau jin tomang. Ternyata Ratih membuka dengan kunci cadangan. Listya berjanji suatu saat nanti akan mengambil kunci cadangan itu lalu menyembunyikannya.
"Kamu itu bikin Mama curig..." ucapan Ratih terpotong saat memerhatikan kamar Listya yang luar biasa berantakan. "Kamu itu susah dibilangin ya? Mau kamu apa sih. Ya Tuhan, Mama waktu muda nggak gini lho. Duh, Lis. Belajar beresin dari hal-hal kecil dong jangan sampe suami kamu nyesel udah nikahin kamu nanti. Nyesel liat istrinya jorok dan nggak bisa beresin kamar."
Tuh kan, mampus. Kena omel jadinya... Tuhan, semoga suami hamba kelak menerima diri ini apa adanya...
"Ma, tolong. Ngomelnya dipending dulu soalnya ada yang lebih penting dari itu."
Ratih bungkam, menunggu Listya melanjutkan ucapannya.
"Aku bingung mau pake baju yang mana, Ma. Aku nggak punya baju."
"Ya ampun, Lis. Baju sebanyak itu dibilang nggak punya baju. Yang ada aja kali, asal sopan."
"Ma, Mia tuh ngundang temen sekolah sama kuliah juga. Otomatis kenal aku juga dong."
"Terus masalahnya? Apa jangan-jangan ada cowok spesial kamu?"
"Apaan sih, nggak ada."
"Ah iya, Mama inget. Tunggu sebentar ya, Sayang," ucap Ratih kemudian keluar dari kamar putrinya.
"Mau kemana?"
"Tunggu, sebentar!"
Tidak butuh waktu lama, Ratih sudah kembali ke kamar Listya dengan membawa paperbag. Listya baru ingat kalau itu adalah pemberian dari Adam.
"Kok Mama bisa lupa ya tadi malem nemu ini ngegantung di motor. Udah sempet liat isinya sih. Cuma yang bikin Mama heran kok kamu lupa kemarin habis beli baju baru."
"Baju baru? Jadi itu isinya baju, Ma?"
"Ya ampun, kirain kamu sengaja beli. Hayoh, jadi ini baju dari mana? Bagus kok batik nih." Ratih mengeluarkan isinya, lalu memberikan pada Listya.
Listya baru ingat tentang paperbag sialan itu. Sungguh, ia tak melihat sedikitpun isinya sejak kemarin. Bahkan ia melupakannya, kalau saja tidak tergantung di motor pasti Mamanya tak akan menemukan benda itu.
"Jadi ini dari siapa? Pas banget ya di kamu," ucap Ratih sambil menimbang-nimbang ukuran dress dengan tubuh putrinya.
"Wah, ini dari calon mantu Mama ya?" tanya Ratih lagi sambil mengerlingkan mata.
"Bukan ih, enak aja. Aku baru inget kalo ini dari Mia."
Tuhan, maafkan hamba terpaksa bohong. Hamba belum siap apalagi ini pemberian Adam...
"Oh jadi dari Mia. Bagus dong berarti kamu nggak pusing mau pake baju apa ke sana. Pake ini aja, biar Mia nggak kecewa udah repot-repot ngasih masa nggak dipake."
See? Ini membuktikan kalau berbohong nggak akan membuat segalanya jadi lebih baik. Seharusnya gue tadi nggak usah bohong. Gimana ceritanya kalo pake tuh baju, Adam bisa kepedean tingkat Junikarta..
"Lis, kok diem aja? Hargai pemberian Mia. Di pake ya."
"I...Iya Ma. Hm, Mama kok belum siap-siap?"
"Mama nggak ikut, tapi Mama udah siapin hadiah buat Mia. Mama titip di kamu ya. Terus cupcake yang Mia pesen banyak banget itu udah diambil sama keluarganya tadi pagi."
Listya manggut-manggut paham. "Mama sibuk banget ya?"
"Ya lumayan."
"Emang nggak bisa besok aja ya sibuknya, ditunda dulu gitu?"
"Listya, kalo aja order bolu ulangtahun bisa diundur ya Mama nggak bakal sesibuk ini. Sayangnya kita nggak bisa ngubah tanggal. Ya udah kamu hati-hati di jalan. Semoga kamu ketularan Mia, cepet nikah."
"Iya Ma, aku mau siap-siap berangkat."
Cepet nikah? What the...
"Tentunya setelah kamar, kasur, semua rapi, pakean juga harus beres di lemari, dan terakhir tirai sama jendela dibuka." Jiwa emak-emak ngomel Ratih mulai keluar lagi.
Listya menghela napas, namun tak ada pilihan lain selain secepatnya membenahi semua sehingga kamarnya tidak mirip dengan kapal pecah lagi.
oOo
"Lis, sumpah demi apapun lo cantik banget deh," puji Mia. Saat ini Listya sudah ada di kamar pengantin, menemani Mia menunggu mempelai laki-laki datang.
Listya juga baru selesai didandani oleh perias khusus. Ia sebenarnya dipaksa oleh Mia. Katanya jarang-jarang Listya dandan lengkap karena biasanya sekadar bedak dan lipstik saja.
"Selama gue kenal lo, ini pertama kalinya lo muji gue. Perasaan gue jadi nggak enak," jawab Listya sambil memerhatikan wajahnya di cermin.
"Ih serius cantik banget, cantik bajunya," kekeh Mia.
Ingin rasanya Listya melemparkan bantal pada Mia kalau saja ia tidak ingat Mia sudah didandani bak permaisuri.
"Gue nggak kayak badut, kan?"
"Nggak, Lis. Sekali-kali gini napa, kali aja ada cowok hilap yang mau sama lo. Ngomong-ngomong ini baju baru ya?"
Mia benar-benar sahabat Listya. Bahkan baju baru saja ia peka.
"Ini dari Jangkrik Sawah sialan. Panjang ceritanya, Miong. Gue juga nggak suka pake baju ini dan kalo gue boleh berharap, gue pengen mobil yang Adam naikin bannya bocor empat-empatnya. Bila perlu meledak."
"Enak aja, doanya jahat banget lo. Masalahnya Adam itu naik bareng Novan. Mereka di mobil penganten itung-itung dampingin Novan."
Mereka? Berarti lebih dari satu. Listya jadi ingat tentang foto 'minat? chat!' bukankah waktu itu ada tiga foto? Itu pasti mereka yang barusan Mia maksud. Adam dan dua lelaki jomblo lainnya yang entah siapa.
"Eh tapi ngomong-ngomong Adam romantis juga ya ngasih baju bagus gini. Pas lagi."
"Miong, please, gue udah muak denger nama dia."
"Jangan muak gitu dong, nanti berubah jadi cinta lho ati-ati."
"Gue? Jatuh cinta sama Jangkrik Sawah? Mending juga sama Jin Tomang," ucap Listya yang tentu saja di luar kehendaknya. Ia sendiri tak tahu malah mengatakan jin tomang meski maksudnya makhluk halus. Tapi tiba-tiba ia jadi ingat Mahesa. Bukankah dirinya yang bilang kalau lelaki itu Jin Tomang?
"Mia," ucap seorang wanita yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu. Ternyata Ibu Mia yang datang. "Ayo, rombongan penganten udah dateng," lanjutnya.
"Iya Ibu, ini mau ke depan," jawab Mia.
Mia langsung berdiri, gaunnya yang panjang dan menjuntai ke lantai sengaja Listya bantu pegangi agar tidak kotor atau membuat Mia kesulitan berjalan hingga terjatuh.
"Lo nanti siap-siap kalo gue lempar bunga. Harus dapet," ucap Mia sambil memerhatikan wajahnya melalui cermin besar.
"Harus banget ya?" tanya Listya.
"Iya, siapa tau aja lo mujur dan ketularan jadi manten."
"Tapi, Miong. Jujur ya, sekarang kan lo yang mau nikah kok gue yang degdegan gini ya?"
"Mungkin lo mau ketemu belahan jiwa lo, si Adam itu," kekeh Mia. "Ya udah ayo ke depan."
Ingin rasanya Listya menyanggah tentang belahan jiwa yang Mia katakan —mudah-mudahan hanya sekadar Mia katakan, bukan kutukan. Tapi sepertinya mereka harus segera ke depan.
Beberapa saat kemudian..
Saat ini, Listya menatap Mia dan Novan yang sedang duduk berdampingan. Sebentar lagi mereka akan mengikat janji dan setelah itu mereka resmi menjadi sepasang suami-istri.
Listya menarik napas lega karena Adam tidak kelihatan batang hidungnya ataupun batang yang lainnya. Bukankah itu bagus?
Sebagian besar yang hadir adalah teman-teman Mia, tentunya teman Listya juga. Banyak di antaranya yang nenyapa Listya dan mayoritas membawa pasangan. Listya memang sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini. Listya juga mencari-cari Bu Ti, Mbak Anggun atau para karyawan lain namun sepertinya mereka belum datang.
Coba kalo gue nerima tawaran Mahesa. Dia ikut ke sini dan... NO! BIG NO... Apa-apaan sih Lis? Ini pasti susuk Mahesa berfungsi dengan baik. Belum lagi pelet yang dia pake.. Tuhan, semoga Mahesa bener-bener jadi penduduk Asgardia..
Listya masih menatap Mia yang tampak jelas raut bahagianya, tentu ia ikut bahagia. Namun beberapa saat kemudian ada yang menyikut lengan kirinya, atau lebih tepatnya menyenggol hingga membuat Listya hampir oleng ke samping kanan.
Untung saja gadis itu bisa mengatur keseimbangannya secepat mungkin. Jika tidak, sudah pasti sekarang menjadi pusat perhatian karena terjatuh.
"Sori, emang sengaja hehe," ucap suara yang sangat familiar. Ya, Adam sedang cengengesan.
Damn you, Jangkrik Sawah!!
"Jangan gila dong, kalo gue jatoh gimana?" ucap Listya sewot.
"Ya nggak lah, gue pasti nyangga tubuh lo dan lo langsung terkagum-kagum sama gue."
Boleh muntah nggak sih? Eoh!!
"Mau nggak?" tanya Adam sambil menyodorkan cupcake pada Listya.
Listya langsung menggeleng. Sesungguhnya ia merasa ada yang janggal dengan penampilan Adam. Namun sayangnya ia sendiri tak tahu apa hal yang janggal tersebut.
"Enak banget tau, mau dipesenin berapa lusin? Gue sanggup bayar. Rasa cokelat, vanilla, black forest, atau rasa cinta kita juga bisa."
Listya hanya bisa bungkam. Ia malas meladeni Adam yang lebay-nya hingga ke kuku-kuku atau mungkin jika Listya berniat membongkar perut Adam dan melihat ususnya, Listya yakin usus Adam sangat lebay termasuk seperangkat pencernaan lainnya juga lebay.
"Enak lho kuenya, Lis."
"Nggak mau."
Lagi pula kalaupun Listya menginginkan cupcake, tak perlu repot-repot meminta Adam membelikannya. Bahkan cupcake yang saat ini Adam sodorkan padanya adalah buatan Mamanya.
"Kok diem aja sih, pasti lo speechless kan saking bahagianya ketemu gue? Kemarin pake akting segala, lo pura-pura nggak mau ketemu gue. Parahnya lagi sampe nonaktifin hape."
"Idih, lo kalo mau jadi pengarang atau penulis skenario yang masuk akal dikit kek. Gue bahagia ketemu lo? Na to the jis! Najis tralala."
"Lo itu diem-diem juga naksir gue kan? Udah lah Lis, ngaku aja. Buktinya lo pakek baju pemberian dari gue."
Pantas saja sejak tadi ada kejanggalan dalam penampilan Adam Rich. Rupanya Adam memakai kemeja dengan corak, warna dan motif yang sama dengan yang Listya kenakan. Apa-apaan ini? Untuk pertama kalinya Listya memakai baju couple terlebih dengan Adam yang sama sekali tidak ada dalam daftar lelaki yang ia inginkan.
Sumpah demi apapun ini malu-maluin banget. Gue pengen ganti baju sekarang juga. Please help me...
"Lo jebak gue ya? Kenapa nggak bilang kalo bajunya couple?"
"Karena lo nggak nanya. Tapi thanks banget ya dengan dipakenya baju ini membuktikan kalo lo juga naksir gue. Tenang, cinta lo nggak bertepuk sebelah tangan. Faktanya, gue juga berminat menjadikan lo istri yang kece dan kaya. Persiapkan rahim lo buat mengandung janin paling kece sepanjang masa."
Tuhan.. ternyata emang kontan ya kualatnya kalo bohongin Mama bilang baju ini dari Mia. Jadi gini kan kena akibatnya. Gue nggak boleh bohong lagi... Duh Mia juga, kenapa nggak ngadain pesta topeng aja sih? Sumpah malu banget gue..
Dari pada telinganya infeksi mendengar Adam terus berbicara akhirnya Listya memutuskan untuk pergi. Ia ingin berlari hanya saja high heels setinggi tujuh centi membuat geraknya terbatas. Saat berbalik badan menghindari Adam, ia hampir menabrak seorang lelaki. Jika saja lelaki tersebut tak menyangga tubuh Listya, sudah pasti gadis itu terjatuh.
Selama beberapa detik Listya masih berpandangan dengan lelaki yang masih menyangga tubuhnya. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ya, lelaki itu adalah Mahesa. Mereka berdua saling menatap dengan tatapan terciduk.
Baik Listya juga Mahesa, keduanya masih merasa tak percaya dengan kehadiran masing-masing. Waktu seakan berhenti berputar, mereka terkesima dan sibuk dengan berbagai prasangka.
"Lepas eh lepas. Ini lagi acara apa sih." Adam menyadarkan mereka hingga Mahesa melepaskan Listya dan membantu gadis itu berdiri.
Tuhan, Listya berharap ini mimpi atau kalaupun bukan mimpi Listya berharap ini adalah salah satu acara tv. Kamera mana kamera? Batinnya.
oOo
Selengkapnya akan dipublish setiap hari di Dreame/Innovel yak :)
atau
OH JODOH SUDAH TERSEDIA VERSI CETAK DAN EBOOK DI GOOGLE PLAY 😍😍 Lebih lengkap, sampai tamat dan ada bonus part. LANJUTAN MASIH PANJANG...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top