Bab 2
Lampu- lampu kota bersinar menghiasi indahnya malam hari. Suasana inilah yang paling kusuka. Suasana malam.
Tentu bukan malam seperti apa yang beberapa dari kalian tahu. Di tempat kami, kota tampak jauh lebih indah saat hari sudah gelap.
Kau bisa melihat kota dari atas-- dimana pemandangannya tak kalah dari pemandangan malam lainnya--. Hanya saja jarang ada yang segan untuk keluar rumah untuk melihatnya. Kota kami sesaat terasa menjadi sangat sepi.
Aku menutup jendela, memutuskan untuk tidur. Sekejap, terdengar ketukan pintu dari luar. Tak salah lagi, itu pasti Max.
"Masuk saja, aku tidak menguncinya."
Ia membuka pintu lalu masuk.
"Hei... aku hanya ingin mengatakan bahwa aku mempunyai rencana untuk besok."
Aku mengangkat alis mataku seolah bertanya balik kepadanya.
"Kita akan menemui beberapa teman dari jauh. Mereka baru saja sampai ke Alaska dan aku mengundang mereka untuk menginap disini." Max menjelaskan disertai dengan anggukanku.
"Siapa saja mereka?" Aku bertanya.
"Lihat saja besok." Ia menjawab singkat.
"Ya sudah, selamat malam Sierra." Max mengecup dahiku dan memeriksaku yang sedang menarik selimutku lalu menutup pintu.
"Selamat malam, Max." Aku berbisik.
Tempat ini terasa sangat sepi. Hanya aku dan Max. Jangan berburuk sangka, Max adalah sepupuku, satu- satunya yang ku punya. Ibu dan ayahku telah meninggal beberapa tahun lalu. Kabarnya, mereka ditangkap dan dibunuh oleh beberapa anggota SECTA. Memang penyihir dikenal sebagai makhluk imortal, tetapi kami memiliki satu kelemahan, yang hanya kami dan beberapa anggota SECTA tahu. Itulah sebabnya aku begitu benci dengan keberadaan mereka.
Entahlah, kami belum menemukan penjelasan mengapa mereka begitu benci dengan kaum kami.
Sebulan setelah kejadian itu, Max membawaku ke tempat ini. Kami dibesarkan dan dirawat oleh Mrs. Wigner.
Ia adalah pengasuh yang baik. Aku tak merasa begitu kehilangan sejak bersama dengannya dan Max. Mereka segalanya bagiku.
Waktu luang yang kami punya banyak digunakan untuk berkumpul sambil menikmati teh dan berbincang- bincang.Tak jarang ia menceritakan kami tentang penyihir-penyihir yang hidup ratusan tahun yang lalu. Aku selalu merasa kagum dengan mereka. Kaum penyihir sangat dihormati dan diagungkan dulu.
Beberapa tahun setelah itu, Mrs. Wigner Memutuskan untuk meninggalkan Alaska dan mencari kehidupan baru.
Yang terus kuingat, sebelum itu ia mengucapkan kalimat terakhir yang juga dikatakan oleh ibuku sebelum ia ditangkap.
'Kendalikanlah sihir, jangan melewati batas, sebelum itu mengendalikanmu.'
Kata- kata itu terus menghantuiku. Aku tahu beberapa kisah tentang penyihir- penyihir yang begitu sombong dan bangga dengan sihir yang mereka punya. Sihir gelap mulai menguasai mereka, mengeluarkan bisikan- bisikan yang akhirnya akan membuat mereka terjatuh ke dalam kegelapan. Kami menyebutnya 'avarus'. Kekuatan gelap sihir yang dapat menarikmu tanpa kamu sadari.
Sihir membuat kami imortal. Sihir adalah kekuatan kami. Sesekali ia bisa menjadi teman, tetapi ia juga bisa menjadi lawan.
Lelah memikirkan semua yang telah terjadi, aku memejamkan mataku dan membiarkan diriku terbawa ke dunia mimpi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top