59. ODETTA

Bima yang pagi itu berangkat ke kantor sudah bisa membaca adanya kemungkinan masalah semakin memburuk diluaran. Saat menginjakkan kaki di kantor dan mendapatkan laporan dari Garfis bahwa ada Anggada Prabu yang sudah menunggu di ruangannya, itu pertanda bahwa Bima harus mengurus permasalahan untuk melindungi istrinya. Bukan hanya sang istri, juga keluarga perempuan itu yang sudah resmi menjadi keluarganya saat ini.

"Sudah membuka isi flashdisk-nya?" tanya Anggada saat Bima baru saja membuka pintu.

Bima menyeringai. "Sangat tidak sabaran, Pak Anggada? Padahal kita bisa bermain-main lebih lama. Nggak seru juga, sih, karena ternyata begini aja cara seorang salah satu pemimpin sekaligus anak orang penting."

"Gimana rasanya saat tahu perempuan yang kamu percaya adalah perempuan baik-baik ternyata rusak? Dia pasti sibuk meminta maaf supaya bisa tetap bertahan, kan? Kasihan ..."

"Saya yang nggak mau kehilangan Odet. Dia berharga bukan karena nilai keperawanannya. Sejak bersahabat dan akan menjadi sahabat selamanya, saya nggak pernah menanyakan apakah Odet masih perawan atau nggak untuk memiliki hubungan baik. Toh, saya juga bukan pria baik-baik. Saya juga manusia yang rusak. Lebih-lebih kamu ... manusia bobrok karena beraninya merusak perempuan yang bingung dengan pilihannya."

Anggada bergerak mendekati Bima dan mencengkeram bahu Bima dengan cukup keras. Saat itulah Bima mendengkus. "Jadi, seorang Anggada beraninya menyulut dan membuat orang lain kelepasan pas diluar dan baru berani pakai kekerasan saat nggak ada orang lain yang lihat? Apa sebutan yang pantas, ya? Pengecut bahkan terlalu bagus."

Bima tahu bahwa Anggada sudah sangat berharap reaksi tak terkendali akan Bima berikan. Namun, belajar dari pengalaman sebelumnya, Bima hanya akan dinilai buruk orang lain jika terpancing oleh umpan Anggada. Maka sekarang, Bima akan lebih banyak berpikir tenang karena masalah pasti akan berlalu meski dengan kurun waktu yang tidak bisa diterka. Sama seperti masalah video intim Odet dan Anggada yang terjadi sebelum Bima menikahi sahabatnya itu, ini semua akan berakhir dan mulai dilupakan di masa mendatang.

Untuk apa hidup untuk mengurung diri di masa lalu? Toh, saat kehilangan papanya, Bima juga merasakan beban berat tapi waktu berlalu dan Bima bisa menghadapinya. Memiliki satu orang tua tidak membuat Bima mati. Tuhan tahu masalah yang diberikan akan dihadapi oleh manusia dengan kemampuan yang tidak akan disangka oleh manusia itu sendiri.

"Saya yakin, Bimaskara, bahwa kamu tetap akan merasa salah membeli kucing dalam karung. Odetta yang lugu dari luar, ternyata bisa menyodorkan dirinya kepada pria yang baru dikenalnya beberapa bulan saja. Dia bahkan tidak sungkan untuk belajar banyak dengan saya."

Tenang, Bim. Tenang. Anggada cuma bakalan ngerusak kualitas pikiran lo yang bagus dan brilian.

"Oh, ya? Odet bukan kucing di mata saya, Pak Anggada. Saya bisa jamin, Odetta adalah manusia yang mulia. Sebentar lagi, mungkin kamu akan menghadirkan manusia mulia lainnya. Saya nggak mempermasalahkan hubungan kalian dulu, karena saya membangun keluarga dengan Odet yang sekarang."

Kilat di mata Anggada kembali keruh. Pancingannya yang tidak berguna itu dihadiahi Bima dengan tepukan tiga kali di pipi Anggada dan mengibaskan tangan pria itu dari pundaknya dengan gaya sombong yang Bima punya.

"Oh, saya lupa." Bima menatap Anggada yang wajahnya semakin memerah. "Sepertinya Odet adalah pengalaman paling mengesankan sampai kamu nggak bisa melupakannya, kan? Kamu merasa nggak aman karena bukan satu-satunya yang dimiliki Odet. Jangan lupa, karena ... Odet lebih suka permainan kami. Itu sebabnya di video kalian Odet hanya sibuk menangis, bukan merasakan nikmat."

Ucapan itu mungkin sangat kasar jika Odet mendengarnya, tapi Bima tidak bermaksud merendahkan Odet. Bima ingin membalikkan keadaan untuk melihat sampai mana kemampuan Anggada membuat masalah yang ujungnya akan menjatuhkan pria itu sendiri.

"Odet nggak akan bertahan. Dia akan melakukan hal yang sama seperti yang Sabrina lakukan. Sebentar lagi, dia akan terpuruk dan menyalahkan diri berulang kali sampai pemikiran bunuh diri menyapa." Anggada menyeringai dengan yakin. "Odet itu sudah lemah sejak awal. Kalau dia nggak lemah, pasti nggak akan dengan mudahnya kalah dengan rasa penasarannya sendiri. Keluarganya yang kecewa nggak akan peduli dengan kondisi mentalnya, dan saat itu lo yang bakalan pusing karena nggak bisa selalu ada buat perempuan yang kacau mentalnya. Saat itu terjadi---"

"Nggak akan ada yang terjadi. Odet itu nggak lemah, dia perempuan kuat dan tegar. Yang lemah adalah pemikiran seorang Anggada Prabu mengenai Odet dan adiknya yang meninggal. Soal keluarga Odet, harus digaris bawahi, kalo Seda Dactari dalam mode cuek, maka ada keluarga Odet yang baru di sana untuk menemani pas saya nggak ada."

Pada saat itu Anggada mengarahkan jari telunjuknya pada Bima dan mengancam. "Setelah ini pemberitaan besar akan membuat kalian semua terpuruk! Odet pasti akan mengalami apa yang Sabrina alami karena nggak menuruti ucapan gue!!"

Bima mengangkat kedua bahunya tak peduli. "Siapa lo?" ucapan itu menyulut Anggada hingga membanting pintu ruangan Bima saat keluar.

Bima menghela napasnya. Ingin sekali melukai wajah Anggada, tapi itu hanya akan memperkeruh masalah saja nantinya. Sekarang, saatnya Bima menghubungi mertuanya dan merancang rencana tanpa terburu-buru. Sebab jika Anggada ingin menjatuhkan Seda dan putrinya, maka Bima akan membantu Seda menarik Anggada dan keluarganya terjatuh di lubang yang sama.

[Info aja, ya. Cerita ini bisa kalian baca lengkap di Karyakarsa kataromchick atau versi e-booknya ada di google playbook dengan search 'Faitna YA'. Happy reading 🤎.]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top