Chapter 2
Judul: OCTOPUS'S PROBLEM
Fandom: Twisted Wonderland
Pairing : Azul x Prefek (Straight)
Rating : M for safety (T+ actually)
Summary :
Ada kasus keracunan makanan di Monstro Lounge dan Prefek diminta menyelidikinya. Tapi yang menunggunya di sana rupanya ...?!
WARNING: Sensual Scene (don't read if you aren't comfortable with mature read), Fem Prefect, OOC.
-
Disclaimer: Twisted Wonderland belong to Disney. Art and Storyline belong to Yana Toboso
-
Chapter 2
-
"Ya, gurita penipu itu penyebabnya!"
Sejujurnya, Yuu kaget ada yang meneriakkan dosa Azul tepat ke hadapan wajah orang lain. Tapi Jade dan Floyd memang tidak ada di sini, jadi ia bisa paham kenapa ada yang berani memaki Azul terang-terangan. Lagipula, mereka bukan ada di wilayah umum. Mereka ada di asrama Heartslabyul.
"Dia meracuni makananku! Dia dan Leech bersaudara itu berkomplot! Dan mereka melakukannya tidak hanya kepadaku, tapi jika kepada murid-murid lainnya!"
Di samping kanan Yuu, Ace dan Grimm terlonjak.
"Orang ini ... tidak ragu menghina orang-orang Octavinelle di depan kita," komentar Grimm serius, lalu berkacak pinggang. "Pasti trio itu memulai sesuatu yang aneh lagi."
"Uwaah ... kalau melihatnya berapi-api begini, pasti masalahnya serius, kan?" Ace menggumam. "Oi, Prefek, kau yakin mau mengurus masalah yang satu ini?"
"Soal keracunan makanan itu, bisa kau jelaskan bagaimana kronologinya?" Deuce bertanya dengan wajah sangsi.
"Ah, benar!" Ace menimpali. "Bagaimana kau bisa ada di Mostro Lounge dan bagaimana bisa kau tahu kalau makanan itu diracun."
"Apa maksudmu?" Murid itu malah balik mengernyit sengit kepada Yuu dan kawan-kawan. "Kau tidak percaya padaku, hah?"
"Oi, kau tidak perlu sekasar itu, kan?" Deuce mulai kehilangan kesabaran.
"Ya, dan kami bertanya baik-baik di sini."
"Oi, oi." Grimm melirik Yuu. "Akan jadi masalah jika mereka tidak dihentikan."
"E-eto...." Yuu mengangguk dan memutuskan untuk angkat bicara. Tentu saja, ada tatapan tidak menyenangkan yang ia dapat dari orang-orang ini. "Makanan apa yang terakhir kau makan di Mostro Lounge sampai kau keracunan dan siapa yang menyajikannya?"
Mendengar pertanyaan Yuu, pemuda itu agak melunak dan langsung tampak berpikir. Penjelasan lantas mengalir dari mulut pemuda itu tanpa diminta. Ace dan Deuce mendengarkan dengan tenang dan seksama (tenang untuk Deuce dan seksama untuk Ace, karena sejujurnya Yuu sendiri tidak yakin Deuce bisa paham masalah ini seutuhnya).
-
Di aula cermin, Yuu tidak bisa berhenti berpikir. Di depan cermin Savanaclaw-lah petunjuk penting mereka mungkin bersarang.
"Bagaimana kalau kita tidak dapat petunjuk di Savanaclaw?" Ace menyuarakan pesimismenya.
"Oi, Ace, jangan begitu pesimis dulu!" Deuce memperingatkan. "Kita belum menemui semua aspek."
"Aneh mendengarmu bisa optimis ketika kau yang biasanya pesimis di sini!"
"Oi, kalian!" Grimm melompat di tengah-tengah mereka. "Katakan dengan jelas apa yang mau kalian bicarakan! Jangan buang-buang waktu Grimm-sama yang berharga!"
"Itulah yang aku maksud!" Ace berujar penuh curiga. "Bagaimana jika Savanaclaw tidak menyimpan apa-apa dan kita harus mencaru lebih jauh?"
"Maksudmu?" Deuce tidak paham.
Tapi Yuu paham apa yang coba dikatakan oleh Ace. "Maksudmu kita mungkin harus ke....?"
"Ya, siapa lagi?" Ace mengedikkan bahu. "Terduga paling kuat sebagai pelaku dari semua ini."
"Oi, Ace! Itu berbahaya!" Deuce terperanjat. "Lagipula, memangnya kita bisa menanyai pelaku? Bagaimana kalau dia bohong?"
"Dan belum tentu dia pelakunya!" Grimm bersuara. "Bagaimana kalau kita salah bertindak dan malah berhutang pada orang-orang tidak kenal ampun itu?"
Grimm langsung murung. "Aku tidak mau jadi spons busa cuci piring lagi...."
"A-aku juga tidak mau bekerja di sana lagi." Deuce mendadak tampak takut, sesuatu yang hanya ditunjukkan Deuce ketika sudah membahas soal Octavinelle.
"Siapa juga yang mau bekerja di sana lagi?" Ace mendebas kasar. "Aku hanya memperkirakan yang terburuk."
"Tapi kau membuat Grimm-sama mengingat pengalaman yang tidak menyenangkan!" Grimm mendebat. "Ini harus dibayar dengan sekaleng tuna!"
Yuu hanya bisa tersenyum maklum tanpa berkata apa-apa. Ia merasa teman-temannya layak mendapatkan sedikit pelajaran dari tindakan bodoh mereka bekerja sama dengan sesuatu yang baru hanya karena ingin rasa aman yang sekejap. Itu luka yang butuh waktu lama untuk sembuh, sepertinya. Mungkin Yuu pun demikian.
Tapi sebuah momen yang terjadi di tengah-tengah semua kekacauan itu tidak akan bisa terlupa.
Yuu mengingat hasil interogasinya dengan anak Heartslabyul tadi. Anak itu menyebutkan jam dengan sangat spesifik, sesuatu yang biasanya tidak akan begitu dipikirkan jika ada dalam keadaan sakit.
Jam 2 siang pergi ke Mostro Lounge saat makan siang.
Jam 3 mulai merasakan sakit.
Sore hari pukul 6, dibawa ke klinik dan didiagnosis keracunan makanan.
Sesuatu menggelitik hatinya. Semua ini memang munkin dilakukan oleh Azul dan orang-orang Octavinelle yang manipulative, tapi ada sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan di sini. Sesuatu yang terasa mengganjal.
Karena biar bagaimanapun, Azul tidak akan menempatkan jebakan yang demikian vulgar. Jade sendiri pun bilang, makhluk darat terlalu senang memamerkan taringnya.
"Serangan diam-diam...." Yuu berpikir keras.
Kejadian ini memang berlainan dengan serangan khas Octavinelle yang halus dan terencana dengan baik, nyaris tidak ketahuan tanpa ada jaminan keselamatan.
Benar-benar aneh.
"Kita harus dapatkan petunjuk di Savanaclaw." Yuu memutuskan tiba-tiba. Membuat ketiga temannya terkejut. Ace dan Deuce termenung sesaat, tapi kemudian tersenyum.
"Sepertinya Prefek sudah punya jawaban atas masalah ini." Ace menyeringai. "Kau punya rencana?"
"Kami akan bantu sebisa mungkin!" Deuce mengepalkan tinjunya. "Katakan, apa rencanamu menghadapi mereka? Hajar langsung?"
"Jelas tidak mungkin begitu, kan?" Ace berkomentar. "Tolong singkirkan pikiran hajar menghajar dari kepala kosongmu itu."
"Mungkin ini tidak bisa dibilang rencana, tapi untuk menghindari perangai anak-anak Savanaclaw...." Yang merepotkan itu, Yuu menambahkan dalam hati. "Ini rencanaku."
-
Sesuai dugaan, mereka menjadi bahan cemooohan di lading Savanaclaw yang tidak ubahnya padang savana, tepat makan-dimakan menjadi hal lumrah. Meski datang bertiga, Ace dan Deuce bukannya lolos dari masalah. Yuu bahkan harus melerai dan menalan cemoohan "Pengecut!" beberapa kali dari anak-anak asrama.
Lebih dari satu kali, Yuu harus menyeret Grimm dan Deuce dari masalah. Mereka ke sini bukan untuk ke klinik dengan blot di pena sihir mereka.
Padahal ini belum memasuki aula utama dan hanya di teras Savanaclaw, batin Yuu nelangsa.
"Oi, apa yang kalian lakukan di sini?" Suara familier mengagetkan mereka. "Bukankah Heartslabyul puya aturan ketat soal jam makan siang?'
Mereka berempat menoleh bersamaan dan langsung berhadapan dengan pria tinggi kekar dengan rambut putih yang mencuat ke berbagai arah, menolak untuk menurut. Sepasang telinga putih ada di atas kepala itu, bergerak ke sana ke mari, mendengarkan sekitar.
Pria itu bersedekap. "Kenapa kalian malah ada di sini?"
"Jack!" Ace, Deuce, dan Grimm bersorak bersamaan.
Jack yang dipanggil dengan wajah gembira begitu hanya bisa terlonjak. "A-apa-apaan kalian? Kenapa wajah kalian begitu?"
"Eh, memangnya kenapa dengan wajah kami? Ah, ngomong-ngomong, kebetulan sekali! Kami sedang mencarimu!" Ace beradaptasi dengan cepat seperti biasa.
"Cih, melarikan diri!" Yuu bisa mendengar makian anak-anak Savanaclaw di belakang mereka. "Kau sebaiknya ingat ini! Kami belum selesai dengan kalian!"
Yuu hanya bisa berharap rencana kecil ini berhasil dan mereka bisa pergi segera dari tempat ini. Savanaclaw terlalu berlebihan untuk dirinya. Kehidupan di sini terlalu keras dan terlalu mirip hutan rimba tanpa ada adat istiadat.
"Kami dapat izin khusus dari Ryoucho Riddle hari ini untuk membantu Prefek dan Grimm menyelidiki sesuatu." Deuce menjelaskan.
"Nah, Jack, aku harap kau mau membantu, ya? Ini tidak banyak dan kami tidak akan minta bayaran apa pun, kok!"
"Nada kalian terdengar mencurigakan." Jack menyipit curiga pada Ace, tapi kemudian dia melirik Yuu. "Yah, sudahlah. Apa yang kalian butuhkan denganku? Selama bukan pekerjaan aneh, aku mungkin bisa membantu."
-
"Kalian ini...." Jack menggeram. "Tidak kapok berurusan dengan Azul-Senpai?"
"Ini bukan masalah kapok atau tidak!" Ace membantah, tapi kemudian melirik Yuu dan jadi salah tingkah sendiri. "Yah, tapi aku hanya menemani anak ini ke sini, sih."
"A-aku tidak bisa membiarkan ada isu seperti ini, a-apalagi Prefek jadi kesulitan karena hal ini." Deuce berdeham canggung.
Jack menyipit dan menatap mereka berdua bolak-balik, lalu berhenti pada Yuu.
"Kau sendiri bagaimana, Prefek?" tanyanya. "Ini semua bersumber dari dirimu. Mau menyelesaikan dengan risiko lagi? Aku tahu kau suka berbuat nekat, tapi kali ini hasilnya bisa saja berbeda."
Grimm mendebas di sebelah Yuu. "Aku benci mengakuinya, tapi aku setuju dengan Jack," ujarnya, lalu mendaratkan tapak halus nan empuknya di pipi Yuu. "Oi, pelayan, kalau kau kena masalah lagi, jangan minta bantuan pada Grimm-sama lagi, ya."
Yuu tersenyum. Benaknya terus memikirkan kemungkinan yang akan terjadi, tap jauh di dalam hatinya tekadnya sudah bulat.
"Aku tidak akan mengambil masalah ini jika tidak bisa menyelesaikannya." Yuu tersenyum kepada kedua temannya, lalu kepada Jack. "Tolong antarkan aku ke dua anak Savanaclaw yang masih dirawat itu."
-
"Kau pikir siapa bisa menanya-nanyai orang seenaknya, HAH?!" Yuu hanya bisa mengerang frustrasi. Selalu saja reaksi seperti ini yang mereka dapatkan dari anak-anak Savanaclaw.
Rasanya sulit bernapas di asrama ini tanpa memicu masalah.
"Rasanya apa pun yang kita katakan selalu memicu keributan di asrama ini." Ace berbisik kepada Yuu. "Deuce lebih cocok ke asrama ini jika bukan karena switch-nya itu."
"Setidaknya Deuce tahu caranya sopan santun." Grimm menyanggah.
"Kalian tidak perlu mengatakannya sejauh itu." Yuu balas berbisik kepada Ace dan Grimm, lalu berdeham, menghadapi senpai itu sekali lagi karena tidak ada yang mau membantunya. Jack tidak bisa berbuat banyak karena anak yang sedang berbaring itu adalah senpainya.
Yuu mendebas pelan. Andaikan semua murid di Savanaclaw seperti Jack, dia tidak akan dapat banyak kesulitan.
"Kami hanya ingin tahu masalahnya, Senpai." Yuu mencoba mencari jalan tengah, walau rasanya semua jalan akan berujung perkelahian di asrama ini. "Siapa tahu kami bsia membantu."
"Kau pikir aku cukup lemah sampai perlu dibantu herbivora semacam kalian ini?"
Yuu mendengar sesuatu bergemeretak dan ketika ia menoleh, Deuce sudah hampir naik pitam.
"Ja-jadi ... Senpai hanya pergi ke Mostro Lounge untuk mampir seperti biasa, dan tahu-tahu sakit perut dan muntah-muntah?"
"Tch!" Senpai itu berdecak tak sabar. "Kalau kalian sudah selesai, cepat pergi dari sini! Meski aku sedang terluka, menghajar kalian sampai babak belur dan terlempar ke luar asrama bukan perkara sulit!"
Mendengar ancaman seperti itu, Yuu hanya bisa pasrah dan mengundurkan diri sebelum pertarungan terjadi. Deuce juga hampir memuntahkan amarahnya jika tidak buru-buru ditarik Ace dan didorong oleh Yuu keluar kamar.
-
"Saat aku dengar dia baru kembali, aku kira kondisinya lemah." Jack menggaruk kepala. "Dia tampak lebih sehat dari dugaanku."
"Aku juga curiga pada keadaannya itu." Ace bersuara.
"Tapi ... kita tidak bisa menduga kondisi orang hanya dengan keadaannya sekarang, kan? Siapa tahu dia punya badan yang lebih kuat dari yang lain."
"Itu, sih, hanya kau saja, ya!" Ace menyanggah dan keduanya pun langsung terlibat adu cekcok.
Sementara Yuu dan Jack terdiam. Yuu berpikir keras dan Jack diam seribu bahasa. Grimm memerhatikan mereka berdua dan jadi risih sendiri.
"Oi, kalau ada yang kalian pikirkan, katakan pada Grimm-sama sekarang!" ujarnya kesal. "Grimm-sama ini memang hebat tidak terkalahkan, tapi membaca pikiran dari orang-orang itu melelahkan, tahu!"
"A-ah, maaf, Grimm, aku hanya...." Ucapan Yuu terhenti di tengah-tengah. "Tinggal satu suspek lagi dan kita belum menemukan apa yang kita cari...."
Di lorong utama Savanaclaw yang lebih mirip gondola gantung dengan berbagai tujuan dan kamar, mreka berpikir. Yuu tidak bisa berpikir jernih dengan ketinggian ekstrim dan lobi yang lebih mirip arena bertanding keseimbangan ini, tapi di Savanaclaw yang diilhami dari jiwa sang singa raja padang savana, dia tidak punya banyak pilihan.
"Oii, kalau kalian tidak punya kerjaan, tolong jangan berdiri di tengah lorong!" Suara cempreng familier menegur mereka.
Yuu menoleh tepat ketika Ace dan Deuce memekik kaget. Setumpuk selimut dan pakaian berjubel menjadi satu seperti bukit raksasa yang melayang. Sungguh perabotan yang terlalu besar untuk bersandar di sepasang tangan kurus seorang pemuda beastman bertelinga hyena yang membawanya.
"Oh, kalian." Ruggie ikut kaget sedikit. Namun raut wajahnya langsung berubah kesal. "Kenapa kalian ada di sini?"
"Ruggie-Senpai?" Jack buru-buru menyingkir dari jalan. "Maaf."
"Hm...." Alih-alih langsung berjalan seperti biasa, Ruggie melirik mereka dan pintu yang ada di sebelahnya. "Ah, kalian baru saja menemui dia, ya?"
Ruggie tertawa. Yuu mengernyit. Tawa Ruggie tidak pernah menyenangkan didengar. Rasanya seolah ada sesuatu yang ia rencanakan dan Yuu tidak tahu apa itu.
"Semoga kalian beruntung, ya!" Ruggie berjalan dengan tenang melewati mereka. "Ah, kalau kalian mau cari korban yang lain, kamarnya ada dua lantai di bawah sini, nomor dua dari bagian paling kanan lorong. Sampai jumpa!"
Ruggie berlalu tanpa banyak bicara lagi, berbelok ke lorong yang dikatakan Jack adalah lorong tempat pencucian baju anak-anak asrama. Tidak perlu ditanya lagi, pasti semua benda itu adalah milik Leona.
Semua orang berdecak kesal dan mendebas, tapi Yuu mengamati lorong tempat Ruggie menghilang dengan sekelumit pikiran menggelantung.
Apa maksudnya semoga beruntung?
"Oi, Prefek!" Ace memanggil, rupanya ia sudah ditinggal sendirian. "Kau mau menyelidiki yang terakhir atau tidak?"
"A-Ah, ya!" Yuu segera menyusul mereka. "Ayo!"
Namun sang Prefek dari Ramshackle Dorm punya satu rencana lain yang sudah terancang di benaknya.
-
-
A/N:
Aku berusaha bikin karakternya gak terlalu OOC, tapi akibatnya, dialog jadi agak lebih panjang. Haha
Silakan tinggalkan review dan komen. Follow, favorites, dan vote cerita ini jika kalian suka!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top