Rendezvous Di Kuburan *Part 3* (@DF_Rost)

Nah, ini part terakhirnya! Selamat menikmati!! Jangan kaget akan akhirnya ya!!

÷÷÷÷÷

(Sementara itu, di suatu acara uji nyali di salah satu stasiun televisi swasta yang ternama di negeri ini....)

“Saudara Agus. Sayang sekali anda gagal menyelesaikan tantangan uji nyali malam ini. Ngomong-ngomong apakah anda bisa menceritakan makhluk astral apa aja yang tadi anda lihat?” tanya seorang pria berkepala botak pada orang yang bernama Agus di depannya.

“Saya melihat empat makhluk. Kalau tidak salah saya tadi melihat kolor ijo, pocong, suster ngesot, sama sundel bolong. Waktu saya amati tadi, mereka sedang main poker di pojok kuburan sana,” kata Agus sambil menunjuk ke tempat yang ia maksud.

“Main poker?” si botak mengerutkan dahi. Dalam hati ia berpikir kalau pesertanya kali ini sudah tidak waras. “Jadi mereka berempat yang sudah membuat anda menyerah pada tantangan kali ini?”

Agus geleng-geleng kepala. “Bukan... bukan mereka....”

“Lalu apa?” tanya si botak penasaran.

“Ada satu makhluk lagi. Awalnya saya hanya mendengar suara tangisan. Kemudian setelah saya telusuri, ternyata selama ini dia menangis di atas pohon di belakang tempat saya duduk. Saya suruh dia turun. Saya tanyai namanya. Dia jawab, “Tejo”. Lalu saya tanyai kenapa dia menangis tersedu-sedu begitu. Dia akhirnya curhat sama saya. Dia bilang dia baru diputusin sama pacarnya yang namanya Surtini. Kata Surtini alasannya mau fokus kuliah dulu. Tapi sekarang si Surtini malah pacaran sama Joe, sahabat Tejo sendiri. Si Tejo jadi patah hati setelah merasa dirinya dikhianati. Dia bilang begini sambil nangis-nangis di pundak saya, “Kenapa sih Surtini lebih milih Joe ketimbang aku? Jelekan juga aku. Apa sih kurangnya aku di mata dia? Padahal aku udah mencoba mengeti perasaan dia, tapi kenapa dia nggak mau mengerti perasaanku? Apa salahku sehingga aku harus disakiti sampai begini? Hiks... Dasar sundelbolong nggak punya hati!””

“Jadi itu yang membuat anda takut?” tanya si botak sambil memperhatikan jam tangannya. Dalam hati si botak membatin, ini orang kenapa malah curcol di sini?

“Bukan itu.”

“Jadi yang mana yang membuat anda menyerah dari uji nyali tadi?” tanya si botak sambil mengurut-urut dada – mencoba bersabar menghadapi pesertanya.

“Saya malu menceritakannya di sini.”

“Kenapa malu?” si botak mulai kehilangan kesabaran. “Durasi kita udah mepet nih! Cepetan!”

“Ah, o-oke, oke. Setelah si Tejo selesai curhat, dia bilang pada saya kalau dia...”

“Kalau dia?”

“Dia jatuh cinta sama saya.”

*******************************

TAMAT

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top