OCHACHIO || 6

Terbaik dari yang lebih baik.
-Segura Chio-

🐀🐢

Pukul 7 pagi Aiden masuk ke dalam kamar Ocha. Dan si pemilik kamar itu masih nemplok di atas kasur dengan menyelimuti seluruh tubuhnya.

"Ocha bangun! Mentang-mentang ini hari weekend lo males-mlesan."

"Hm!" balas Ocha dengan rasa malas.

"Otak-otak bangun!"

"Ocha kak Ocha." Ocha membenarkan ucapan Aiden.

"Iya Ocha deh. Buruan bangun, lo anak perawan males banget sih!"

"Lo juga perawan kak,"

"Enak aja perawan. Gue perjaka!"

"Masa?!"

"Maksud lo apa, pake kata maksud?" tanya Aiden dengan membuka selimut Ocha.

Ocha langsung menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Kenapa lo?" tanya Aiden.

"Gue nggak pa-pa udah sana kak keluar dari kamar gue. Bukan mukhrim lo masuk kamar gue," usir Ocha.

"Gue kan kakak lo Ocha uler betina. Yang nggak mukhrim itu Chio si uler jantan baru nggak boleh masuk kamar lo!"

"Bodo amat kak, pokoknya lo keluar dari kamar gue."

"Nggak mau, sebelum lo tunjukin muka nya dulu sama gue, nggak biasanya di tutup,"

"Ini muka gue kok, terserah gue dong mau di tutup juga." Ocha enggan memperlihatkan wajah nya di depan Aiden.

Aiden tersenyum menyeringai lalu dia meraih gelas yang ada di atas nakas. Gelas itu masih tersisa air setengah. Dengan jahilnya Aiden menuangkan air dalam gelas ke atas kepala Ocha.

Ocha langsung menjauhkan tangan nya dari wajah. Dengan mulut membulat sedikit, menatap Aiden tajam.

"KAK AIDEN COWOK PINK!" hardik Ocha dengan garang.

Aiden secepatnya kabur dengan terbirit-birit masuk ke dalam kamarnya dan mengunci.

Ocha beranjak dari tempat tidurnya untuk mengejar Aiden. Ocha menggedor-gedor pintu kamar Aiden dengan tidak santai.

"Kak Aiden awas aja lo, gue bongkar rahasia lo di depan temen skolah. Gimana kelakuan lo sama kedua temen lo itu," ancam Ocha.

"BODO AMAT!" teriak Aiden di dalam kamar.

"Ya ampun orang utan nyasar ke rumah!" sindir Airen yang baru saja keluar dari kamar nya dan melihat Ocha di depan kamar Aiden dengan penampilan acak-acakan.

"Ini semua gara-gara kak Aiden!" ucap Ocha.

"Lo sama Aiden sama aja."

Ocha memanyunkan bibirnya.

"Kenapa tuh hidung lo, jerawatan? Lo lagi genit sama siapa bisa tumbuh jerawat?" tanya dengan bawel.

"Ngaco deh lo kak! Gue nggak genit sama siapa-siapa kok. Jerawat tumbuh gara-gara gue makan kulit kacang,"

"Kulitnya lo makan? Kacang nya lo buang?" tanya Airen.

Ocha mengangguk.

"Sumpeh lo! Gila kali lo, kulit kacang di makan. Saking nggak bisa nahan rindu kali lo sama cowok? Jadi jerawat lo tumbuh,"

"Iya gue rindu sama cowok emang kenapa?" tanya Ocha dengan sewot.

"Pasti Chio kan?"

"Bukan kak. Orang gue sama Chio ketemu tiap hari. Lagian gue rindu sama papah."

"Ngeles aja lo. Cepet sana mandi!" titah Airen pada Ocha.

Ocha memanyunkan bibirnya lalu kembali masuk ke dalam kamar nya. Dengan perasaan masih kesal pada Aiden.

🐀🐢

30 menit Ocha baru saja keluar dari kamar dan sudah rapih.

"OCHA MORNING KISS MORNING KISS!" Chio berteriak begitu menggelegar di penjuru ruangan.

Ocha menghentikan langkahnya tepat di beberapa anak tangga.

Ocha teringat akan kejadian kemarin malam. Chio sama sekali tidak mencari nya bahkan untuk menanyakan diri nya sedang di mana saja tidak.

Chio berlari menghampiri Ocha menaiki anak tangga dengan tidak santai. "Ocha morning?!"

"Pagi juga." sahut Ocha dengan malas.

Chio memperhatikan Ocha dengan jarak dekat. Lalu Chio menyentuh jerawat yang ada di hidung Ocha. "Lo jerawatan Cha? Sejak kapan lo punya jerawat?" tanyanya dengan tertawa.

Ocha langsung menepis lengan Chio. "Tangan lo kotor, ntar jerawat gue makin banyak gimana!"

"Hehe! Serius deh Cha. Baru pertama kali nya nih gue liat lo jerawat, emang lo lagi rindu sama seseorang ya?"

"Apa sih Chio jangan sok tau deh kayak kak Airen. Emangnya kalau jerawat tumbuh harus di sangkut pautin sama rindu?"

"Berarti bener dong, lo lagi rindu sama seseorang kan? Siapa orang nya, kasih tau gue dong!"

Ocha sempat memperhatikan wajah Chio dengan serius. "Yang jelas, cowok yang gue rinduin!"

Chio langsung melipat kedua tangan nya. "Siapa?"

"Pengen tau aja lo." Ocha melangkahkan kaki nya menuruni anak tangga.

"Ocha siapa cowok nya? Gue nggak mau ya lo deket sama cowok yang salah." Chio menggejar Ocha dan terus menanyakan siapa cowok yang Ocha rindukan.

Ocha langsung duduk di kursi meja makan. Meraih roti dan mengolesi nya dengan selai coklat.

"Ocha please kasih tau gue siapa cowok nya. Sejak kapan lo suka sama cowok?" tanyanya dengan penasaran.

Ocha menyuapkan roti itu, dia tidak menghiraukan apa yang di tanyakan Chio.

"Ocha!"

Ocha masih diam.

Hendak Ocha menyuapkan roti ke dalam mulutnya. Dengan cepat Chio merampas roti Ocha dan melahap nya sampai habis. Membuat mulut Chio mengembung.

Ocha melotot tajam pada Chio. "Chio lo apa-apaan sih!"

Chio berusaha mengunyah roti itu dan menelan nya. Lalu Chio meneguk air minum yang sudah Ocha tuangankan ke dalam gelas.

"Abisnya lo nggak mau kasih tau gue siapa cowok yang lo rindukan,"

"Lo pengen tau siapa cowok nya?" tanya Ocha.

Chio mengangguk semangat.

"Tapi lo nya sini, deketin kuping lo,"

"Kok gitu?" tanya Chio sembari menaikan sebelah alis nya.

"Cuman lo aja yang tau, dan gue nggak mau kak Airen sama kak Aiden tau."

Chio yang merasakan penasaran akhirnya dia mencondongkan telinga pada Ocha.

Ocha tersenyum dengan seringai jahilnya. Dia memegang kepala Chio. "COWOK YANG GUE RINDUIN NAMANYA BANYU!" teriak Ocha dengan keras. Banyu adalah orang tua Ocha, Airen dan Aiden.

Ocha tertawa lepas. Chio tersenyum dengan perasaan kesal menatap Ocha. "Ocha?" tanya dengan suara di buat halus.

"Apa lo?! Udah ah gue mau keluar, cari udara pagi," ucap Ocha sembari nyelonong. Tidak memperdulikan tatapan yang di tunjukan Chio.

"Ocha!" panggil Chio sembari menyusul Ocha.

Sampai di depan teras rumah, Ocha mengambil sepeda yang ada di garasi.

"Lo mau ke mana?" tanya Chio.

"Gue mau jadi tukang ojek," sahut Ocha.

"Pake sepeda?"

"Lo liat nya gue naik apa sekarang?"

"Pesawat apolo!"

Ocha mendengus kesal. Ocha siap mengayuh sepeda namun Chio memaksa agar Ocha turun dari atas sepeda. "Turun,"

"Nggak mau!"

"Ocha." ujar Chio seperti tidak ingin di bantah.

"Chio." balas Ocha sama halnya dengan Chio.

"Ocha?"

"Chio!"

Chio tertawa penuh arti. "Ngajak berantem nih, masih pagi Cha."

"Lo duluan ngajak gue berantem. Mendingan lo minggir Chio!"

Chio langsung menyerobot naik ke atas sepeda Ocha. "Yeeeh!! Segura Chio pemenangnya."

Ocha yang tidak bisa menahan senyuman nya. Akhirnya dia tertawa dengan terkekeh.

"Nah gitu ketawa Cha."

"Haha lucu!" ujar Ocha.

"Cepet naik Cha. Gue akan bawa lo ke ujung dunia," ucap Chio.

Ocha tetap diam.

"Ocha?"

"Chio!" balas Ocha dengan tersenyum paksa.

"Kalau lo pacar gue Cha. Mungkin sekarang gue udah cium pipi lo, saking gemesnya gue sama lo,"

"Sayangnya lo bukan pacar gue, Cha." sambung Chio.

Ocha tau, Chio nggak akan pernah balas perasaan Ocha.

Dengan malas akhirnya Ocha berdiri di boncengan sepeda nya.

Tanpa bertanya Chio langsung mengayuh sepeda. Membuat Ocha terhuyung kebelakang.

Ocha menjambak rambut Chio dengan kesal. Namun tanggapan Chio hanya tertawa.

🐀🐢

Jangan sampe nggak vote sama koment nya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top