OCHACHIO || 3

Cemburu? Apa pantas aku cemburu padanya. Sedangkan hati nya jelas bukan untuku.
-Raninditha Ocha-

🐀🐢

Bruk!

Ocha tidak sengaja menabrak seseorang sampai-sampai cemilan yang di pegang orang yang di tabrak Ocha berserakan ke bawah.

Ocha langsung memberikan cengiran pada orang itu. "Hehe! Maaf kak Airen nggak sengaja."

"Lo nggak di sekolah, nggak di rumah lari-larian mulu sama Chio." omel Airen. Di samping Airen ada teman nya.

"Yang salah lo kok kak, bukan gue," bela Ocha.

"Dari mana nya gue yang salah. Gue lagi jalan, lo malah lari-larian,"

"Kalau lo liat gue lari, harusnya kan ngindarin kak, bukan malah sengaja pengen di tabrakin ke gue."

Airen menghela napas. Airen paling kalah jika sedang berbicara dengan Ocha. Karena Ocha paling pintar ngeles sama seperti Chio.

"Ya udah sih nggak usah di permasalahin juga," ucap teman nya Airen yang bernama Elin.

"Kak Elin paling baik deh, suka banget belain gue,"

"OCHA!" teriak Chio.

Ocha memainkan kedua bola matanya ke kanan dan ke kiri. Lalu ia melotot sempurna. "Kak gue kabur dulu ya," pamitnya dengan berlari sekencang mungkin.

Airen dan Elin saling menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ocha dan Chio di sekolah.

"Ocha lari ke mana?" tanya Chio pada Airen dan Elin dengan napas ngos-ngosan.

"Nih ke sini!" Airen menyentuh hidung nya lalu dia naikan ke atas.

"Upil lo gede banget! Jarang lo gali kali?" tanyanya.

"Enak aja lo." ujar Airen.

"Udah ah gue mau kejar si ratu tikus." Chio kembali mengejar Ocha.

"OCHA RATU TIKUS!"

"Astagfriullah mereka nggak ada malu nya." kelus Airen. Elin terkekeh.

"Yuk!" ajak Elin.

Mereka kembali melanjutkan langkahnya. Sebelumnya Airen membuang cemilan yang tumpah tadi ke tong sampah.

Ocha masih saja berlari menghindari dari kejaran Chio. Tiba-tiba lengan Ocha di tarik oleh Idyla.

"Aduh Idyla untung gue nggak jatoh!"

Idyla nyengir dan kawat gigi yang tertempel di gignya tampak jelas.

"Tadi gue mau nyusulin lo ke kantin, tapi ada geng nya Pinkyboy, males banget gue debat sama mereka. Karna mood gue lagi jelek,"

Ocha duduk di kursi. Meski pun itu bukan kelas Ocha.

"Tau tuh gue juga kesel banget sama mereka."

"Chio ke mana?"

"Tau deh dia ke mana? Tadi dia ngejar gue,"

"Kebisaan kalian tuh di sekolah kejar-kejaran mulu."

"Dia duluan kok yang bikin gue kesel, ya udah gue kabur."

"OCHA!" teriak Chio tepat di depan pintu kelas 10.

Ocha menggelamkan wajahnya di atas meja sembari berpura-pura tidur.

"Aduh kalian tuh bisa nggak sih, nggak usah kayak anak kecil deh," kata Idyla.

Chio tidak memperdulikan. Dia menghampiri Ocha. "Oh pura-pura tidur lo!"

Chio meraih buku yang ada di atas meja. Tidak tahu milik siapa. Dia merobek satu kertas. Lalu menggulungnya hingga tipis. Setelah selesai menggulung kertas, Chio memasukan ke dalam hiung Ocha dengan menggelitiki nya.

Ocha langsung membuka matanya sempurna. Seperti yang Chio tahu, pasti Ocha akan meloto.

Chio sudah tertawa di ikuti oleh Idyla.

"CHIO KURA-KURA LEMOT!" pekik Ocha hingga menggelegar kepenjuru ruangan kelas.

Chio langsung menarik lengan Idyla. Untuk mengajaknya kabur.

Tawa Chio masih saja menghiasi bibir nya.

Ocha tidak mengejar Chio dan Idyla. Dia menatap ke arah tangan Chio yang menyekal lengan Idyla.

Kemudian Ocha lebih memilih pergi menuju kelas nya.

🐀🐢

Padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu. Akan tetapi Ocha dan Chio masih berada di sekolah. Karena Chio ada rapat Osis, dan dia juga sebagai ketua Osis.

Sebenarnya Ocha pernah jadi ketua Cheerleader. Namun Ocha mengundurkan diri, entah apa alasan nya. Bahkan beberapa kali Chio melarang Ocha agar tak mengundurkan diri sebagai ketua Cheerleader, akan tetap Ocha tetep kukuh memilih keluar dari tim Cheerleader yang menjadi hobi nya.

Gadis cantik itu sedang menunggu Chio di luar depan ruangan rapat Osis. Sembari memainkan ponsel nya, sesekali dia membalas pesan dari Aiden.

"Kak Ocha belum pulang?" tanya salah satu siswi kelas 10.

Ocha menglihkan pandangan nya ke siswi itu. "Belum nih," jawab nya tersenyum.

"Oh gitu! Ya udah kak aku pulang duluan ya," pamitnya.

"Iya, hati-hati ya." kata Ocha.

Siswi itu mengangguk sembari tersenyum.

Ocha mulai kesal karena Chio belum juga selesai rapat Osis.

Akhirnya dia beranjak dari tempat duduk. Dan Ocha membungkukan tubuhnya, di depan pintu dia mengintip ke cela lubang kunci.

Ketika pintu terbuka secara tiba-tiba. Dan wajah Chio muncul tepat di depan wajah Ocha sembari menjulurkan lidahnya dan juga mengerling bola matnya.

"CHIO!" hardik Ocha.

Chio tertawa.

"Gue berasa liat setan tau nggak!" ujar Ocha.

Chio menghentikan tawa nya. "Lagian lo ngintipin kan?"

"Lo lama banget sih rapat nya. Gue paling males nunggu,"

"Maaf deh, tadi rapat nya bener-bener harus fokus. Karna gue juga harus jelasin ke anggota baru osis." Chio mengelus pucuk kepala Ocha.

Cara seperti itu yang ingin Ocha hidarkan dari Chio.

Ocha langsung menepis tangan Chio. "Tapi udah selesai belum?" tanya Ocha dengan ketus.

"Udah kok."

Tidak lama yang lain keluar dari ruang osis sebelumnya mereka pamit pada Chio dan Ocha.

"Lo nggak ganti baju?" tanya Ocha. Pasalnya Chio masih memakai jas Osis yang berwarna biru.

"Enggak ah! Biar keliatan ganteng," gurau Chio.

"Kayak nya rasa pede lo udah nggak ketampung lagi ya?" tanya Ocha.

Chio berpose dengan telunjuk dan ibu jari di tempelkan di gadu nya. "Ganteng ya gue?"

Ocha mendelik kedua bola matanya. Sebari tesenyum paksa pada Chio.

"Cha maaf ya gue nggak bisa anterin lo pulang sekarang,"

Mata Ocha seketika ingin keluar karena kaget. "Hah?! Kenapa lo nggak bilang dari tadi Chio? Tadi gue nggak harus nunggu lo di sini." ujar Ocha benar-benar marah.

Chio hanya nyengir. "Maaf Cha. Kalau lo yang nungguin gue pas rapat osis, gue ngerasa semangat banget,"

Tatapan Ocha masih tertuju pada Chio dengan tajam. "Ya udah gue pulang."

Andai saja Chio bukan sahabatnya dari kecil. Ocha akan sangat marah besar karena sudah membuang-buang waktu hanya karena menunggu rapat osis selama 20 menit. Namun tidak dengan Chio.

"Gue anter sampe lo bener-bener naik taxi ya," kata Chio.

"Nggak usah, gue bisa sendiri." tolak Ocha.

"Udah ayo!" Chio menyekal pergelangan Ocha. Akan tetapi ada notip pesan yang masuk dari Chio. Secepatnya Chio membuka isi pesan itu dan membaca nya.

Ocha memperhatikan Chio. Memperhatikan cara Chio sedang membalas pesan yang tidak tahu dari siapa.

Tidak ingin lagi menunggu. Ocha pergi lebih dulu meninggalkan Chio yang masih fokus pada ponselnya.

Chio masih belum menyadari kepergian Ocha.

Ocha sudah berada di halte depan sekolah. Menunggu taxi yang lewat.

"Lama banget kalau nunggu taxi. Kalau gue naik ojek online sama aja nunggu."

Ocha duduk di kursi sembari menunggu taxi lewat.

Tin!

Suara klakson motor berbunyi. Ocha menoleh pada si pemilik motor itu. Tepat di bekalang cowok itu ada seorang perempuan yang sangat dia kenali.

"Ocha! Kenapa belum pulang?" tanya Chio sembari membuka kaca helmnya.

"Nunggu taxi. Kalau ada taxi lewat juga pasti gue pulang," sahut Ocha.

"Ya udah Chio lo anterin Ocha aja. Biar gue yang minta jemput sama mamah gue," kata Idyla.

Ocha langsung menggeleng kuat. "Nggak usah! Udah Chio aja yang anterin lo, rumah lo kan jauh dari sekolah, yang ada lo juga nunggu di sini sendiri."

"Lo serius?" tanya Chio.

Ocha mengangguk kecil.

"Tapi di sini udah sepi Cha." kata Chio.

"Ya udah nggak pa-pa. Paling bentaran lagi juga taxi lewat. Udah sana lo anterin Idyla pulang."

"Tapi Cha, gue nggak enak sama lo." ucap Idyla.

"Gue bakalan marah sama kalian kalau kalian masih aja khawatirin gue." ujar Ocha.

Sejujurnya Chio tidak ingin membiarkan Ocha sendiri di sana. Dia ingin menemani Ocha sampai benar-benar naik taxi. Tapi dia juga tidak bisa meninggalkan Idyla.

"Ya udah lo tunggu di sini, gue antarin Idyla pulang dulu. 5 menit gue balik ke sini ya jemput lo." kata Chio.

"5 menit? Rumah Idyla jauh Chio. 10 menit lo bisa sampai di rumah Idyla dan lo balik ke sini jadi 20 menit. Udah deh lo nggak usah mikirin gue, gue bisa pulang sendiri."

"Nggak! Pokoknya gue jemput lagi lo di sini oke. Jangan kemana-mana tungguin gue."

"Udah Ocha dengerin aja apa kata Chio." timpal Idyla.

Akhirnya Ocha mengangguk.

"Ya udah gue duluan. Lo jangan ke mana-mana sampe gue balik ke sini lagi ya, gue jamin 10 menit nggak sampe 20 menit."

"Iya!"

Akhirnya Chio dan Idyla pamit pada Ocha. Dan Chio melajukan motornya.

Ocha memperhatikan mereka. Chio dapat melihat Ocha dari kaca spion nya lalu Chio menengok kebelakang ke arah Ocha. Dengan cepat Ocha memalingkan wajah nya.

"Gue bahagia kalau lo juga bahagia Chio. Semoga Idyla yang terbaik buat lo," ucapnya dengan tersenyum.

Ocha akhirnya memilih duduk dan menunggu Chio di halte.

🐀🐢

Jangan lupa Vote & Coment nya.
Makasih yang udah suka sama cerita OCHACHIO ❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top