OCHACHIO || 2

Hallo hati yang tersenyumbunyi, tolong muncul dan kabari aku cinta.
-Segura Chio-

🐀🐢

"OCHA... CHIO... BERDIRI DI LAPANGAN SEKARANG!" perintah seorang guru yang bernama Titi.

Langkah lari Ocha dan Chio yang akan menuju kelas tiba saja terhenti di tengah-tengah koridor sekolah.

"Ini semua gara-gara lo Chio." bisik Ocha dengan nada suara cetus.

"Gue 'kan nggak tau, lagian tadi gue liat jam masih 15 menit lagi kok. Jadi gue pikir nggak bakalan telat,"

"Tapi sekarang telat 'kan?" tanya dengan tersenyum masam sembari melotot pada Chio.

Chio nyengir kuda.

"Kalian denger apa kata saya. Kalian berdiri di lapangan sampe jam istirahat, nggak usah protes,"

Ocha dan Chio berbalik badan menghadap pada bu Titi.

"Iya bu, maaf ya. Ini gara-gara Chio bu,"

"Nggak ada alesan Ocha. Cepetan sana kalian kelapangan. Apa perlu saya kasih tau sama orang tua kalian," ancam bu Titi.

"Kasih tau apa bu?" tanya Chio menanggapi ucapan dari bu Titi.

"Ngasih tau kalian sering banget telat, dan sering pacaran di sekolah."

"Hah pacaran? Sama Ocha tikus, enggak bu? Jangan asal deh, saya sama Ocha cuman sahabatan aja, nggak ada kata sahabat jadi cinta, iya kan, Cha?" tanya Chio.

Ekspresi yang di tunjukan Ocha seketika berubah.

"Ocha lo malah bengong, iya kan kita cuman sahabatan nggak pacaran?" tanya Chio lagi.

Ocha mengangguk kecil dengan ekspresi tidak bisa di artikan. "Iya bu, kita cuman sahabatan," ucapnya.

"Ya sudah! Kalian sebaiknya kelapangan sekarang!" titahnya lagi.

Ocha dan Chio mengangguk.

Mereka melangkah menuju lapangan. Sampai di lapangan Ocha melepaskan tas nya yang berwarna biru bertuliskan nama Chio.

Sama halnya dengan Chio melepaskan tasnya yang bertulislan nama Ocha.

Ocha dan Chio saling berdiri dan berhadapan di depan tiang bendera dan saling memberikan hormat.

"Ini gara-gara lo Chio!" Ocha terus menyalahkan Chio atas terlambatnya masuk kelas dan di hukum berdiri di lapangan.

"Ya ampun, Cha. Lo masih aja salahin gue, waktu kita telat dan itu gara-gara lo. Gue mah terima-terima aja,"

"Gue kan baru sekali, ini udah ke yang 8 kali nya lo ngajak gue sampe telat masuk kelas tau nggak?!"

Chio memberikan cengiran. "Lucu deh kalau udah liat lo ngambek kayak idung nya tikus lagi nyari makan suka ngendus-ngendus dulu," ucapnya dengan tertawa.

Ocha ikut tertawa namun dengan tertawa paksa.

"Maafin gue lah Ochayang!" canda Chio.

Ocha mengangkat kedua bahunya sembari mendelik pada Chio.

Chio tersenyum jail pada Ocha dan Chio menggelitiki pingang Ocha.

"Chio diem nggak!" bentak Ocha galak.

Chio tahu kelemahan Ocha dengan cara menggelitiki pinggangnya. Dan dengan cara itu Ocha balik lagi tertawa tidak galak lagi pada Chio.

"Eitt, Ocha." Chio terus saja menjahili Ocha. Padahal beberapa kali Ocha mencubit lengan Chio dengan ganas.

Ocha akhirnya tertawa juga.

"Gue paling seneng kalau udah liat lo ketawa," ucap Chio sembari menghentikan kejahilan nya.

"Ya terus, gue harus ketawa kayak orang gila kayak lo gitu?"

"Maksud lo, lo tergila-gila ya sama gue?" tanya Chio sembari menaikan kedua alisnya beberapa kali.

"Kok lo tau sih?" tanya Ocha dengan senyum masam.

"Jadi bener? Lo tergila-gila sama gue?" tanya Chio memastikan.

"Iya gue tergila-gila sama lo, karna gue pengen getok pala lo biar nggak sok tau!"

"Hehe! Syukur deh, jadi lo nggak ngerasa kalau cinta lo bertepuk sebelah tangan karna gue. Lo tau kan gue sayang sama---"

"Chio ada bu Titi, cepetan lo hormat. Gue mggak mau ya, hukuman kita di tambah lagi gara-gara lo." Ocha memotong ucapan Chio, karena memang adanya bu Titi yang sedang memperhatikan mereka berdua.

Chio menghormat dengan menegapkan tubuhnya. "Tikus! Istirahat gue nggak bareng lo nggak pa-pa ya,"

"Nama gue OCHA, O-C-H-A OCHA bukan tikus, Chio!" Ocha menekankan nama nya dengan jelas.

"Sama aja, anggap aja panggilan sayang buat lo,"

"Kenapa gue dulu mau ya sahabatan sama lo. Kenapa dari kecil sampe sekarang lo masih aja buat gue kesel," ujarnya dengan galak.

"Kita 'kan cuman sahabatan Cha. Bukan pacaran yang harus sayang-sayangan."

Ocha menoyor kening Chio. "Gue juga tau, tapi lo sering banget bikin gue kesel."

Seketika Chio tertawa. Membuat Ocha mengira bahwa otak gila nya Chio balik lagi.

"Cha? Lo inget nggak waktu kita masih kecil, sore-sore kita maen tuh di depan rumah lo," ucap Chio disela-sela tawanya.

"Lo kalau bahas kejadian itu lagi, gue tonjok muka lo," ucap Ocha dengan mengancam.

Chio masih saja tertawa dengan lepas. Ocha sempat berpikir ingin mendendang bokongnya Chio sampe nyangkut di atas pohon jengkol yang ada di belakang rumah Chio.

Sabar Ocha, sabar. Pikir Ocha menyemangati dirinya.

"Woii pacaran mulu lo berdua nggak bosen apa setiap hari ketemu muka itu-itu terus!" teriak Fagi.

Tawa Chio terhenti memandang Fagi kesal.

Fagi menghampiri Ocha dan Chio.

"Ocha selingkuh sama gue aja yuk. Abang lo juga pasti udah restuin kita kok," ucap Fagi.

"Maksud lo apa lentik? Lo jangan ganggu sahabat kesayangan gue ya." kata Chio.

Fagi langsung menarik Chio. Mencapit lehernya Chio di lengan nya. "Lo berani sama gue hah! Lo nggak tau siapa gue?"

"Tau kok gue, lo anggota Pinkyboy kan? Tapi gue punya sesuatu buat lo, mau nggak?"

"Sesuatu apa?" tanya Fagi semangat.

Ocha tahu hadiah apa yang akan Chio berikan pada Fagi.

"Mana telapak tangan lo," pinta Chio pada Fagi.

Fagi nurut-nurut saja apa yang di pinta Chio. Chio dan Ocha sebenarnya adek kelas Fagi. Namun mereka sering berdebat entah masalah kecil pun selalu di besar-bsarkan.

Chio memberikan binatang cicak yang terbuat dari maenan seperti jelly.

Mata Fagi melotot sempurna. "AAAA KUTANG AIDEN ILANG!" teriak Fagi. Fagi paling takut yang namanya binatang cicak apalagi terbuat dari maenan kenyal-kenyal seperti jelly itu.

Chio menarik lengan Ocha agar secepatnya pergi dari amukan Fagi. Tak lupa mereka meraih tas masing-masing.

Chio dan Ocha mempertawakan Fagi.

"OCHACHIO AWAS LO KALIAN!"

🐀🐢

Jam istiraha sudah berbunyi. Seperti yang di katakan Chio. Jika dirinya tidak istirahat bareng dengan Ocha.

Ocha duduk di kursi kantin sendiri. Selera makan Ocha seketika hilang. Entah apa alasan nya.

Tiba-tiba Chio muncul bagaikan supermen  dan langsung duduk di hadapan Ocha.

"Chio! Lo kebiasaan banget lo datang tiba-tiba gitu aja!" ucap Ocha dengan memekik.

Chio hanya nyengir. "Maaf ratu tikus,"

"Lo kata nya nggak bisa bareng istirahat sama gue?" tanya Ocha.

"Gue mau cek lo udah makan apa belum. Tau nya belum 'kan? Lo belum pesen makanan?"

Ocha menggeleng. "Gue males makan,"

"Males apa pengen gue pesenin makanan nya buat lo,"

"Apasih Chio, jangan ngaco deh lo."

"OCHACHIO!" teriak Aiden di belakang nya ada Fagi dan Jiwa.

Mata Ocha dan Chio melotot. Mereka yakin jika Fagi pasti telah memberi tahu pada Aiden jika mereka telah menjahilinya.

Chio langsung menghampiri Ocha dan ngumpet di bawah kolong meja kantin.

"OCHACHIO!" panggil nya lagi.

"Ngapain sih Chio ngumpet segala?" tanya Ocha dengan ketus.

"Shut... diem!" Chio membungkam mulut Ocha dengan telapak tangan nya.

Ocha memandang pada Chio dari samping. Sedangkan Chio tengah di landa was-was kehadiran Aiden dan sahabat-sahabatnya.

"Siapa yang tau di mana dua uler?" tanya Aiden pada siswa-siswi yang ada di kantin. Siswa siswi sudah tahu yang di maksud Aiden 2 uler.

Aiden mempunyai julukan untuk Ocha dan Chio dengan sebutan uler. Karena uler sangat cepat susah di tangkap, dan sama hal nya dengan Ocha dan Chio seperti itu, mereka gesti menghidar dari amukan Aiden. Meski pun Aiden kakak dari Ocha. Namun bagi Aiden sama aja, jika di sekolah selalu ribut. Meski ribut mereka sewajarnya.

"Ocha kambing bahenol keluar lo." titah Fagi

"Chio pacar gue yang paling hot, keluar buruan. Kalau nggak mau keluar gue cium nih," ucap Jiwa dengan mengancam.

"Najis! Awas aja si Jiwa, gue kerjain ntar." ujar Chio.

"Menurut lo gimana Cha. Lo setuju nggak sama usul gue buat ngerjain si cowok lemot?" tanya Chio. Namun pandangan nya masih mengarah pada Aiden dan kawan-kawan nya.

"Jangan diem aja, Cha?"

Mulut Ocha yang masih di bekap oleh Chio. Dengan kesal Ocha mengigit tangan nya.

Chio memekik. "Sakit tikus!"

"Lo lagian dari tadi bekap mulut gue, kalau gue mati gimana?"

"Ntar gue cium kening lo, Cha. Abis gue cium ntar lo bangun lagi, heheh!"

Brak!!

Aiden menggebrak meja tepat di mana Ocha dan Chio ngumpet di bawah kolong meja kantin. Padahal sama saja, mereka ngumpet juga akan terlihat. Aiden jongkok di hadapan Ocha dan Chio.

"Cha, gue nggak kuat Cha." Chio memegangi dada nya lalu ia memejamkan matanya. Ocha menahan tubuh Chio.

"Chio bangun Chio!" Ocah beberapa kali menepuk-nepuk pipi Chio.

Siswa siswi yang memiliki rasa penasaran akhirnya mendekat ke arah Ocha dan Chio.

"Kak lo harus tangung jawab kak, Chio pingsan,"

"Bukan salah gue. Dia aja lebay di gebrak gitu aja pingsan," jawab Aiden.

"Kesayangan gue pingsan, kayak nya dia pengen gue cium biar bangun," ucap Jiwa.

"Nggak! Gila lo." ujar Ocha pada Jiwa. Jiwa nyengir sembari berjongkok di hadapan Ocha dan Chio.

"Kak lo mau ya gue bongkar rahasia lo kalau di rumah gimana," ancam Ocha dengan menyeringai.

Seketika Aiden tersenyum paksa. Ocha tersenyum dengan cara bibir atas dan bawah di satukan sembari menaik turunkan kedua alisnya.

Lengan Chio yang melingkar di pinggang Ocha. Dan Chio menusuk-nusuk pinggang Ocha tanpa mereka sadari.

Chio ngeselin. gerutu Ocha di dalam hati.

Sebenarnya Ocha sudah tahu bahwa Chio hanyalah berpura-pura pingsan. Agar terhindar dari amukan Aiden.

Chio kembali menusuk-nusuk pingang Ocha. Dan lagi-lagi Ocha merasa geli lalu Ocha membalas nya dengan mencubit pinggang Chio.

Senyum Ocha kembali menyeringai menatap pada Jiwa. "Kak Jiwa? Jadi cium Chio. Siapa tau gitu, pas di cium, Chio bangun dan semangat."

Sontak saja Chio kaget. Dan ia mengecangkan rangkulan di pinggang Ocha. Seolah-olah itu adalah kode agar Ocha tidak benar-benar serius menyuruh Jiwa mencium nya.

"Emang bibir gue selalu membangkitkan semangat kok," kata Jiwa.

"Haha! Matep bos!" seru Fagi.

"Lo diem jangan dengerin apa kata adek gue. Kalian cepet bawa si uler ke uks. Kita kerjain di sana," usul Aiden.

"Apa kak? Lo mau jailin Chio?" tanya Ocha.

Aiden menggeleng. "Nggak! Bercanda gue,"

"Udah Chio biar gue aja yang urus. Kalian sana pergi sebelum gue bongkar rahasia kalian di depan temen sekolah," ancam Ocha lagi.

Mereka sama-sama saling menelan salivanya dengan susah paya. Kemudian mereka secepatnya pergi berbarengan dengan yang lain nya juga.

Ocha menatap Chio. "Lo jangan modus pengen terus ada di pelukan gue Chio. Sana lo,"

Dug!

Kepala Chio terbentur akitab dorongan Ocha yang terlalu kuat. 

"Sakit Cha!" ringis Chio.

Ocha melotot. "Bodo amat! Lo juga kenapa tusuk-tusuk pinggang gue."

"Hehe! Pinggang lo empuk Ocha."

Ocha keluar dari kolong meja. Lalu pergi meninggalkan Chio.

🐀🐢

Jangan lupa Vote + Coement nya.
Tau kok cerita ini masih asing kalian baca. Tapi percaya deh, cerita ini nggak kalah seru kok :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top