OCHACHIO|| 1
Ada beberapa hal ketika kita diam-diam mencintai seseorang, contohnya sulit untuk mengungkapkan perasaan.
-Raninditha Ocha-
🐀🐢
Flashback on.
10 tahun sebelumnya.
Dua orang anak kecil perempuan dan laki-laki yang menenteng tas dengan seragam sekolah merah putih, mereka sedang menyusuri trotoar.
Mereka sama-sama masih duduk di bangku kelas 1 SD. Dan baru masuk 3 hari yang lalu.
Dua anak itu bernama Raninditha Ocha dan Segura Chio. Atau lebih tepatnya di sapa Ocha dan Chio.
Namun posisi langkah mereka tidak saling berdekatan apalagi saling mengenal. Posisi Chio yang berada di belakang Ocha tengah memperhatikan tas yang di kenakan Ocha.
"Heh!" sapa Chio pada si gadis yang sama sekali enggan menoleh padanya.
"Heh boncel." panggilnya lagi sedikit berteriak namun dengan nada ketus.
Ocha menghentikan langkahnya sembari menghentakan sebelah kaki nya lalu menoleh kebelakang menatap tajam pada Chio.
"Aku nggak boncel, aku bilangin sama kakak aku loh. Dia jagaon kayak papah aku," ucap Ocha galak.
Chio tertawa seperti mengejek pada Ocha.
Dengan kesal akahirnya gadis kecil itu memilih pergi meninggalkan Chio.
"Eh tunggu!" sergah Chio.
Ocha terus saja melangkahkan kaki nya lebih cepat tanpa ingin memperdulikan panggilan dari Chio.
"Tunggu anak tikus."
Ocha langsung berjongkok sembari menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Terdenger suara tangis khas dari Ocha. "Hiks... papah, mamah!"
Chio berjongkok di hadapan Ocha "Kok nangis? Cengeng banget kamu,"
"Hiks... Hikss.."
"Maafin aku," ucap Chio.
"Kamu nakal, aku bukan tikus tau," katanya dengan tegas.
"Aku nggak tau nama kamu, jadi aku panggil kamu tikus."
"Sana pulang, aku nggak mau ketemu sama kamu," titah Ocha dengan mengusir Chio.
Chio mencoba menjauhkan telapak tangan Ocha dari wajahnya. "Aku pulang, tapi boleh nggak aku liat muka kamu lagi?"
"Nggak mau!" elak Ocha.
"Kasih tau aku, nama kamu siapa?" tanya Chio.
"Nggak mau!"
Lalu Chio berdiri di belakang Ocha. "Aku manggil kamu cuman mau kasih tau, tas kamu ke buka."
Ocha langsung melihat ke arah tas nya. Dan ternyata benar, tas nya yang berwarna pink bergambar hello kitty itu terbuka.
Ocha dan Chio berdiri saling berhadapan.
"Kamu tadi beneran nangis?" tanya Chio selidik.
Ocha menatap tajam pada Chio sembari memanyunkan bibirnya. "Nggak!" ujarnya.
"Cewek kecil kenapa sih?! Suka banget marah-marah kayak orang dewasa aja." kata Chio.
"Aku mau pulang, kamu jangan ikutin aku!" Ocha begitu saja meninggalkan Chio.
Chio masih berdiri. "Dasar cengeng, dasar cewek tikus." gerutunya.
Tidak lama Ocha sudah berada di perkomplekan rumah nya.
Tanpa sengaja Ocha menoleh kebelakang. Dan Lagi-lagi dia melihat anak laki-laki yang sama.
"Kamu kenapa ngikutin aku?" tanya Ocha dengan galak.
"Apa? Aku nggak ikutin kamu kok," jawab Chio.
"Bohong, aku bilangin kakak aku loh."
"Bilangin aja, aku nggak salah kok." Chio membela diri nya sendiri.
Chio mengamabil sesuatu di dalam tas nya lalu mendekat pada Ocha. "Nih buat kamu, aku duluan ya," pamitnya sembari memeberikan permen warna-warni pada Ocha.
Setelah pamit pada Ocha, Chio berlari dengan kencang. Lalu Chio masuk ke dalam rumah yang bercat warna putih saling bersebrangan dengan rumah Ocha.
"Kok dia ke situ?" tanya Ocha pada dirinya sendiri.
Lalu Ocha memperhatikan permen yang di kasih oleh anak laki-laki tadi yang tidak dia ketahui siapa nama nya.
Kemudian Ocha secepatnya bergegas menuju ke rumah nya yang tinggal beberapa langkah lagi sampai.
Keesokan hari nya.
Chio sudah rapih dengan seragam sekolah merah putih, tak lupa memakai dasi, sabuk, topi dan air minum yang dia gantung di leher nya.
Namun Chio melihat Ocha yang juga mau berangkat sekolah. Chio langsung menghampiri Ocha.
"Hai Ocha!" sapa Chio.
Ocha menoleh ke samping. "Kamu tau nama aku?"
"Tau dong, bahkan rumah kamu juga aku tau. Itu rumah kamu 'kan?" tanya Chio sembari menunjuk pada rumah Ocha.
Ocha mengangguk.
"Nama aku Segura Chio panggil aja Chio." Chio memperkenalkan namanya pada Ocha. Meski Ocha tidak menanyakan siapa nama dirinya.
"Aku Ocha." Ocha mengenalkan nama nya.
"Kepanjangan nya Ocha apa?"
"Raninditha Ocha."
"Panjang nama nya. Nggak kayak orang nya pendek." kata Chio sembari tertawa.
"Aku pendek karna masih kecil. Mamah, papah aku juga dulu pendek, tapi pas udah gede mereka tinggi."
"Maaf aku bercanda kok,"
Ocha memanyunkan bibirnya menatap Chio sinis.
"Mau nggak kamu jadi sahabat pertama aku?" tanya Chio.
"Sahabat itu apa?" tanya Ocha masih tidak paham.
"Kayak temen. Tapi kalau sahabat itu selamanya sampe kita gede dan selalu ada buat kita."
"Kamu kok kayak orang gede ngomong nya?"
"Iya dong, aku emang udah gede kok," ucap Chio.
"Oh!"
"Mau nggak kamu jadi sahabat aku?" tanya Chio lagi.
"Enggak ah, ntar kamu nakal sama aku," ucap Ocha.
"Nggak! Aku nggak akan nakal sama kamu,"
"Bohong!"
"Kamu nggak percaya?"
"Enggak." Ocha menggelengkan kepalanya dengan seberapa kali.
"Janji deh, kalau ada yang nakalin kamu di sekolah. Aku yang lawan mereka,"
"Temen aku nggak ada yang nakal kayak kamu. Kamu udah bikin aku nangis kemarin,"
Chio menyungkingkan cengiran kuda sembari menggaruk-garuk kepalanya. "Kamu aja yang cengeng, aku nggak nakal."
Ocha mengerutkan keningnya, di perhatikan nya gigi Chio. "Gigi kamu kok ompong? Kayak kambing ompong aja, kemarin nggak?"
Chio langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Jangan bilang siapa-siapa ya," bisiknya.
"Kenapa?"
"Karna gigi aku udah goyang kemarin, terus gigi aku copot gara-gara pas makan ayam goreng," ucap Chio dengan tertawa.
Ocha ikut tertawa karena merasa lucu mendengar cerita Chio.
"Jadi kamu mau jadi sahabat pertama aku?" tanya Chio.
Ocha mengangguk. "Aku mau,"
Chio menunjukan jari kelingking nya. "Sahabat ya,"
Ocha mengaitkan di jari kelingking Chio. "Sahabat."
Flashback off.
"OCHAAA... TIKUS.. KUS.. KUS!" teriak seorang laki-laki remaja dengan berseragam putih abu-abu, di lapisi jaket levis di belakangnya bertuliskan nama Ocha dan bergambar tikus warna putih dan mengenakan mahkota.
Dia memegang gigi pagar rumah Ocah.
"OCHAAAA... SEKOLAH YUKKK!"
"YUKKK OCHAAAA... SEKOLAH!"
"SEKOLAH YUKKK OCHAAAA...."
Tidak lama seorang gadis cantik yang juga sudah rapih dengan baju seragam sekolah baru saja keluar dari dalam rumah. Ocha tidak lupa juga memakai jaket di belakangnya bertuliskan nama Chio bergambar kura-kura memakai mahkota.
Ocha dan Chio punya jadwal ketika memakai jaket hari apa dan warna apa.
Seperti sekarang mereka memakai jaket levis dengan warna biru yang sama. Karena ada beberapa jaket dengan warna yang berbeda-beda, namun nama dan gambar di belakang jaket mereka masing-masing tetap sama. Jaket Ocha bernamakan Chio dan jaket Chio bernamakan Ocha.
Namun Ocha pernah tidak setuju dengan jaket Chio bergambar tikus. Akan tetapi Chio tetep memaksa ingin bergambar binatang tikus. Karen bagi Chio tidak semua tikus itu menakutkan dan tidak lucu.
"Bisa nggak sih nggak usah teriak, lo mau di tendang lagi sama kakak gue," omel Ocha.
"Yaelah ogah banget, masa cowok ganteng kayak gue di tendang mulu," sahut Chio.
"Eh! Eh Ocha tunggu!" panggil Aiden kakak pertama Ocha yang masih duduk di bangku kelas 12.
"Apa sih kak?! Gue telat nih," sahut Ocha.
"Lo liat buku tulis matematika gue nggak?" tanyanya.
"Mana gue tau kak, kok malah tanya sama gue. Tanya aja sama kak Airen."
Airen Hanindhita adalah kembaran nya Aiden Algisagam, kembar yang tidak identik. Aiden lahir yang lebih dulu hanya berselang 5 menit Airen baru lahir.
"Nah bener juga apa kata lo ya. Kenapa gue baru inget," ucap Aiden sembari tepuk jidat.
Tiba-tiba seseorang melempar buku tepat mengenai wajah Aiden.
"Airen kampret lo!" hardik Aiden.
Chio tertawa lepas.
"Eh jangan ketawa lo kampret. Awas lo di sekolah gue bakalan suruh temen-temen gue bully lo," ancam Aiden dengan marah.
Chio mengumpet di balik punggung Ocha. Namun Ocha menjauh dari Chio. "Chio apaan sih?!"
"Gue takut sama kakak lo,"
"Lebay banget lo," ledek Ocha.
"Kan gue cuman modus biar bisa deket sama lo, Ocha."
"Berisik Chio." Ocha melempar senjata pamungka nya pada Chio dengan cara melotot.
Chio mengangkat lengan Ocha ke udara. "Eh Aiden, lo berani sama gue. Nih gue punya senjata pamungkas gue, Ocha tikus!"
"CHIO!" murka Ocha dengan teriak.
Secepatnya Chio menghampiri motornya. "Buruan Ocha naik. Nggak usah marah dulu, tahan aja marah nya oke!"
Ocha sekilas menatap sinis pada Chio.
"Kak, gue berangkat duluan ya," pamit Ocha pada Aiden dan Airen.
"Hati-hati dek!" kata Airen.
Ocha mengangguk.
"Chio tunggu pembalasan Aiden si cowok paling ganteng di sekolah. Lo bakalan abis di makan sama temen-temen gue yang rakus." ancam Aiden sembari mengendus-ngenduskan hidung nya.
Airen menjewer ujung kuping Aiden dengan kuat. "Mulut lo bisa diem nggak?"
"Sakit adek kembar terlaknat," ucap Aiden sembari menepis tangan Airen.
"Iren gue dukung lo. Sikat tuh Aiden." gurau Chio dengan cengiran nya.
"CHIO!"
Chio sudah biasa memanggil Aiden dan Airen dengan nama nya saja tidak memakai embel-embel kak. Karena mereka yang menginginkan bukan Chio.
Ocha langsung duduk di jok belakang motor Chio. "Buruan jalan, lo kalau ketemu sama kakak gue pasti debat mulu, bosen gue liat nya tau nggak,"
"Iya, iya ratu tikus maafin Chio si pangeran kura-kura yang ganteng ya." ucapnya dengan tersenyum manis.
Ocha mencubit bagian pinggang Chio dengan kuat. Chio sudah kebal mendapatkan cubitan dari Ocha. Bagi Chio cubitan Ocha seperti makanan favoritenya yaitu telur dadar yang di taburi kecap, saos dan mayonaise.
Tidak lama motor Chio melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
🐀🐢
Gimana part pertama nya?
Jangan lupa Vote dan Coment nya!!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top