47. Pernikahan Maya
Dazai Osamu x Reader
Bungo Stray Dogs (文豪ストレイドッグス, Bungō Sutorei Doggusu; lit. Literary Stray Dogs) is a manga written by Kafka Asagiri and illustrated by Sango Harukawa.
Genre : Tentukan Sendiri
Rate : T
.
.
.
Aku duduk di sampingnya, kembali menatap langit malam bersamanya.
Esok adalah hari penting putri tunggal kami, Maya.
Aku ingat hari-hari damai kami dimana hanya tawa-tawa milik Maya dan Osamu- kun dan aku sebagai penengah mereka.
Lalu suatu hari gadis kecil kami itu membawa seorang pria ke rumah, mempertemukan nya dengan suamiku.
Meminta restu kami berdua untuk mempersunting putri kami.
Hari itu aku memang tak bisa menerimanya begitu saja, setidaknya sampai aku tau bahwa ia pria yang baik, orang yang tepat untuk putri ku.
Tapi Maya kukuh untuk tetap bersamanya, putriku telah sepenuhnya jatuh cinta pada pria itu dan aku, Ibunya adalah orang paling tau bagaimana rasanya jatuh cinta tanpa bisa memiliki adalah neraka.
Tak beda jauh dengan rasanya mati, hampa dan tak bewarna, hingga akhirnya aku bisa menerima keberadaan kekasih Maya.
Aku bersyukur ia orang yang baik, lima tahun menjadi kekasih Maya tak membuatnya buta mata untuk menyentuh Maya sebelum waktunya.
Hari itu ku pikir sikap keras kepala milik Maia berasal dariku, namun ternyata aku salah, Osamu-kun juga ikut menurunkan sifat itu padanya.
Baik Osamu-kun dan Maia mereka berdua sama-sama batu, sampai lelah hati ini mengalah akan keras kepalanya mereka berdua.
Aku yang biasanya pasti selalu begitu.
Tapi kali ini rasanya aku harus berjuang sedikit lebih keras untuk membujuk suami keras kepala ku ini agar tak ada satupun dari Maya maupun Osamu-kun menaruh dendam abadi.
"Putri kita telah tumbuh dewasa" aku memulai percakapan kami, karna diam tak selalu bisa saling membuat kami mengerti.
"Kita berdua telah membesarkannya dengan baik, ia telah menjadi gadis hebat yang telah menjaga kita berdua"
"Aku menyayanginya (Name)" balas Osamu-kun singkat.
"Maya membuatku mengerti rasanya berlimpah kasih sayang orang tua, hal yang tak pernah kurasakan sejak kecil, aku ingin selalu bersamanya"
"Maya takkan kemana-mana, ia akan tetap menjadi putri kita berdua yang harus kau lakukan adalah mengerti dirinya, jika kau memang yakin betul telah memberikan yang terbaik untuknya"
Osamu-kun, tetap mematung, menatap bintang-bintang seakan berdoa supaya diberikan kemantapan hati.
Aku pergi, angin malam bersamaan dengan dinginnya Osamu-kun saat ini tak baik untuk kesehatan ku.
Kurasa ini batasnya, perundingan kami berakhir tanpa titik terang, aku akan meninggalkannya dan mulai mengemasi setelan untuk menghadiri upacara esok.
Maya mengirimkannya untuk kami, sepasang Kimono resmi untukku dan Osamu-kun yang rencananya akan kami gunakan untuk menghadiri upacara pernikahan nya.
***
Pagi menyingsing, aku mulai beraktifitas, memasak makanan untuk Osamu kun, karna aku akan meninggalkan rumah untuk sementara.
Ku tulis sebuah catatan kecil yang nanti akan kutempelkan di pintu kulkas untuk Osamu-kun.
Kami pisah ranjang, sejak semalam, aku menghabiskan malam ku di kamar Maya menatap langit-langit kamarnya yang tak berubah sejak kami bertiga menghiasnya saat ia berusia 16 tahun.
Semerbak aroma Maya memenuhi rongga hidungku, aku merindukannya.
Sebulan sudah aku tak melihat wajahnya, menginginkan waktu tetap berhenti hingga anak-anak tak perlu tumbuh dewasa dan meninggalkan kami sendirian.
Aku berhenti mengiris mentimun, pikiran ku mengambang jauh mengingat insiden 20 tahun yang lalu.
Tepat sesudah aku melahirkan Maya dan meninggalkan dunia ini, lalu bertemu Maya di dunia yang lain.
Ia memperingatkan ku, bahwa kehidupan yang ku jalani ini semuanya palsu, semu sementara ada hal penting yang harus ku lakukan di luar sana.
Wajah Maya yang kujumpai di alam baka hari itu, persis seperti wajah Maya putriku ketika ia beranjak dewasa.
Apa boleh buat, tak kutemukan jalan keluar untuk pergi dari ilusi ini. Tidak ada? Benarkah? Atau hanya aku yang tak ingin menemukannya?
Aku menggenggam pisau erat-erat, hal-hal buruk yang telah berlalu itu telah kulupakan, kehadiran Maia dan Osamu menjadi obat segala hal.
Namun perasaan ku tetap tak tenang setiap ku bayangkan Maya yang satunya menunggu, selalu menungguku di tempat mengerikan itu sendirian.
Aku ingin menjemputnya, kubawa dirinya kemari dan melengkapi kebahagiaan ku.
Dunia ini punyaku dan Osamu-kun di dalamnya, meskipun Osamu-kun palsu tapi Maya takkan bisa membedakannya.
Aku cukup puas dengan kebahagiaan semu ini. Andai-andai ku menjadi nyata.
Aku hidup bahagia dengan putri dan suami ku yang kucintai, tak ada yang kurang dan lebih.
"Mama" tersadar dari lamunan ku, ku edarkan pandangan ke seluruh sudut dapur.
Mendapati sosoknya yang berlarian di halaman belakang rumah.
"Maya " Mayaku yang asli.
Segera ku dobrak pintu geser beranda kami, hingga membuat engselnya bengkok.
Aku akan menjemputnya, agar ia pun bisa berbahagia di dunia ini.
Aku akan mengajarinya, dan lambat laun ia akan mengerti bahwa hidup dalam kepalsuan itu tak apa selama kau bahagia.
Hanya beberapa centimeter sampai tanganku berhasil mendekap tubuh kecilnya yang berada dalam balutan dress putih kekecilan.
Sampai ia menghilang, menyisakan suaranya yang menggema di kepalaku, memanggil namaku begitu nyaring hingga menggetarkan ulu hatiku.
Aku ingin menjemputnya, namun jika itu kulakukan...
Aku harus siap kehilangan semua mimpi indah ini.
.
.
.
"Mama, kau terlihat sangat pucat, apa kau baik-baik saja? " Maia menggenggam tangan ku erat, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang teramat dalam.
Aku merasa bersalah harus menghadiri pesta pernikahannya dalam keadaan seperti ini.
Seorang Ibu adalah sosok yang mau tak mau harus tegar saat menghadiri pesta pernikahan putrinya, karna anak yang telah ia besarkan itu, kebanggaannya itu, kini akan menjadi milik pria lain.
Yang mungkin pengorbanannya tak sebanyak seorang Ibu.
9 bulan Maya dan aku tinggal di satu tubuh, dan 28 tahun ia terus berada di sisiku.
"Aku baik-baik saja" jawabku.
"Mama, aku tau kau berbohong Maia, Maia hidup lama sekali bersama Mama dan Papa, Mama terlalu meremehkan Maia sebagai putri Mama yang telah hidup bertahun tahun bersama kalian"
Aku terpaksa menahan tawa ku, Maia terlihat kesal tentang aku yang menyembunyikan perasaan ku sendiria.
"Mama!! " teriaknya kesal.
Sontak aku memeluknya, menempelkan dahi kami berdua dan tersenyum lembut.
Aku tak bisa mengelabuinya.
"Kau akan meninggalkan Mama, aku tau suatu hari nanti akan ada seorang pria yang mencuri hati mu, kalian akan hidup bahagia dan Mama tak bisa melepasmu" ujarku hampir menangis.
Maya tak bergeming, aku tau, aku tau tak ada yang bisa ia ucapkan. Ia hanya tak ingin menyerah pada kami berdua orang tuanya dan pria itu.
Hanya karna keegoisan ku dan Osamu-kun, putri kami hari menanggung dilema yang tak berujung.
"Berjanjilah untuk bahagia Maia, lalu Mama akan berjanji untuk melepasmu dengan kerelaan"
Kupeluk tubuhnya, masa lalu seolah-olah tengah berada di genggaman ku, dimana saat aku masih mendekap Maya dengan kedua lenganku.
"Mama"
Aku menatapnya, bertanya-tanya apa gerangan yang kini mengganggunya.
"Apa Papa benar-benar takkan datang? "
"Papa mu yah... "
Aku menerawang jauh dalam ingatan ku, Dazai Osamu yang ku kenal tak menyerah dengan keinginannya, hatinya begitu kokoh meskipun ia tau dirinya bersalah.
Namun...
25 Tahun hidup satu atap bersamanya, aku seolah melihat sosok lain yang tak kukenal.
Seolah bukan Osamu-kun, namun orang lain, sebuah boneka atau bahkan robot yang selalu mendengarkan ku.
Apa dunia ini benar diatur sesuai keinginan ku? Kini tiba-tiba aku merasa tak ingin semuanya berjalan lancar. Dengan begitu aku punya pembelaan bahwa dunia ini layak ditinggali karna memiliki takdirnya sendiri.
"Maya! "
Sontak kami berdua menaruh perhatian pada mempelai pria yang tersenyum sumringah menggandeng seseorang berwajah masam di sampingnya.
"Papa! " teriak putriku berhamburan memeluk mereka berdua.
Aku terpaksa memasang senyum, semuanya benar, semuanya buatan.
Apa aku...
To be continue~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top