45. Pertemuan Kami
Dazai Osamu x Reader
Bungo Stray Dogs (文豪ストレイドッグス, Bungō Sutorei Doggusu; lit. Literary Stray Dogs) is a manga written by Kafka Asagiri and illustrated by Sango Harukawa.
Genre : Tentukan Sendiri
Rate : T
.
.
.
"Ma-"
"Mama..."
"Siapa itu?" aku membentuk posisi siaga, hal terakhir yang kuingat adalah diriku yang terkujur membeku setelah melahirkan anak pertama ku. Lalu tau-tau aku sudah ada disini entah bagaimana caranya.
"Mama" suara itu memanggil ku lagi.
"Kenapa suasananya menjadi horror begini" batinku, merasa sering kali melihat tipuan hantu anak-anak yang tengah mencari ibunya seperti ini.
"Siapapun kau, ku katakan padamu bahwa aku tak takut dengan hantu apapun kecuali pocong yah!" teriakku.
Ku rasakan seseorang memegang pundakku, langsung saja ku genggam tangannya lalu membantingnya ke tanah. Aku menjauh menjaga jarak sementara siluet itu tak segera jatuh dan segera berlari kearahku.
Hanya dalam beberapa detik saja kami saling mengacungkan pistol, tatapannya menusuk hingga aku sempat merinding ketakutan.
"Ku pikir kau mama ku, ternyata bukan" ia menurunkan senjatanya terlebih dulu, namun tidak dengan ku, tidak ada salahnya berjaga-jaga siapa yang tau semua yang ia lakukan hanya tipuan atau tidak?
"Siapa kau?" tanyaku melihatnya berbalik akan pergi.
"Aku Maia, Dazai Maia. Bibi sendiri sedang menunggu siapa? Pintu akhirat ada di sebelah sana" aku terkejut mendengar namanya, itu nama putriku, mungkinkah ia...
Maia menunjuk sebuah tempat, yang dimata ku tempat itu terlihat seperti seuah jalan melainkan lorong gelap tak berujung.
"Akhirat?" ah... jadi begitu, ini klimaksnya. Di akhir cerita main Heroine meninggal setelah melahirkan anak pertamanya. Entah kenapa kisah ku tiba-tiba berubah haluan menjadi kisah sedih seperti ini.
"Tempat seleksi orang mati ada disana, kusaran kan sih bibi memilih Ereshkigal sebeagai pemandu jiwa bibi, tapi semua itu tergantung undian. Bisa jadi juga bibi bertemu Hades atau yang lebih parahnya bibi bisa bertemu Lu." Jelasnya bersabar, ia sepertinya bukan orang jahat.
Aku menurunkan senjata ku, menghampirinya yang hanya duduk bosan.
"Maia kan? Apa yang kau lakukan disini" tanya ku iseng, melihat wajah murungnya membuat ku ikut bersedih, tentu saja aku harap gadis ini bukan putri ku, putri ku masih berumur beberapa jam sementara ia? Aku yakin umurnya sekitar 19 atau 20 tahun.
"Aku menunggu mama" jawabnya singkat tak begitu tertarik padaku.
"Oh..." gumamku pelan.
"Ngomong-ngomong apa kau tau mama mu seperti apa? Maksud ku pasti ada banyak sekali orang-orang mati yang telah berdatangan disini bukan? Maia-chan harus mengingat namanya atau wajahnya oke" saran ku, ia menggeleng pelan.
"Aku ingat namanya semenjak masih di kandungan, tapi wajahnya..." Maia menggantung kalimatnya, ada sesuatu yang tak bisa ia katakan dan aku tau itu.
"Nenekbilang Mama meninggal setelah melahirkanku" ujarnya singkat.
"Akan kubantu mencari mama mu!" putusku, jangan remehkan orang mati yah! Mereka punya banyak waktu luang bahkan kebanyakan memutuskan untuk menakut-nakuti orang.
"Tidak perlu repot-repot bibi, tempat ini tadinya memang sering di kunjungi orang-rang yang tak lagi hidup, tapi beberapa waktu ini dunia baru perlahan tercipta, dunia yang di katakan takkan ada kesengsaraan dan nasib buruk dunia yang semua orang idamkan. Tidak ada lagi orang mati yang harus ketakutan pergi ke lorong itu, tidak ada orang datang kemari."
Aku tak begitu terkejut entah kenapa,semua yang di katakan Maia ada diingatanku.
"Lalu mengapa kau masih disini?" tanyaku kebingungan, jika dunia yang dikatakan Maia itu ada mengapa ia harus tinggal di ruang kosong seperti ini, mungkin saja di dunia itu ia bisa menemukan Mamanya kan?
"Bibi saat ini kau pasti bertanya-tanya kan mengapa aku masih ada disini. Satu hal yang harus ku katakan padamu bibi, dunia dimana kau hidup itu memiliki peraturan yang tak boleh dilanggar, daripada peraturan aku lebih suka menyebutnya sebagai syarat"
"A- apa maksud mu? Syarat apa?"
"Dunia yang bibi tinggali itu, mereka tidak mengizinkan kehidupan baru tinggal disana. Tidak akan ada yang masuk dan tak ada yang keluar. Tidak akan ada pertambahan populasi tidak ada yang berkurang, bayi-bayi yang harusnya dilahirkan dan dikandung oleh cinta Ibu dilindungi oleh cinta ayah semua itu akan digantingan dengan sistem dunia itu sendiri"
"Kau bohong kan!?" tanya ku sinis, aku yakin Maia putriku sempat menendang perutku semasa dikandungan, mana mungkin itu semua bohong.
"Tunggu dulu! Ada yang aneh dari cerita mu. Jika kau bilang tak ada lagi yang datang kesini bagaimana bisa aku ada disini" aku tak tau apa gadis di depan ku ini benar manusia atau mungkin hanya makhluk jadi-jadian yang menyesatkan ku? Ku dengar iblis bisa mengubah wujud mereka.
"Aku belum mengatakan padamu yah, slama ini aku hanya memanggil nama mama dan papa. Jadi hanya mereka berdua yang bisa datang kesini"
"Ngomong-ngomong nama papa ku itu Dazai Osamu dan nama mama (Full Name)"
Masih bungkam, aku terkejut bukan main, mata Maia memandangku sayu, sedih bercampur kecewa tersirat jelas dari kedua mata coklat itu. Tak lama kemudian air mata menyusul.
"Apa yang-" nada ku tercekat, benarkah gadis di depan ku ini putri ku? Kembali ku pandang dirinya, kedua mata menyerupai Osamu-kun dan sifat acuh-tak acuh milikku, lupakan semua kesamaan milik Maia yang lebih menonjol pada Osamu-kun. Perasaan ini, perasaan seorang ibu ini aku yakin, sejak awal pertemuan kami perasaan yang menggangu dada ku ini...
"Maia, ini aku (Full Name), ini mama" suara ku tak berhenti bergetar ingin sekali mendekapnya.
Ia begitu cantik, tatapannya memang tajam namun bersinar, surainya pendek mengembang nan halus, seolah bahagia rasanya dapat menemui putriku.
"Bukan!" ia menepis pelukanku, aku bertanya-tanya mengapa?
"Mama ku itu tidak seperti ini, Mama ku itu bukan orang seperti bibi yang menyerah dengan keadaan dan menerima dunia penuh kebohongan seperti ini, mama ku itu wanita hebat yang tak menyerah bahkan pada papa" setiap perkataannya Maia seolah menyakiti ku.
Ah... benar juga dari awal pertemuan kami Maia telah sadar bahwa aku adalah ibunya, alasan mengapa ia berpura-pura tak mengenaliku adalah supaya aku sadar bahwa menyerah dan menginginkan kebahagaiaan palsu itu salah dan itu bukan diriku sama sekali.
Dalam sekejap semua kenangan tentang diriku yang dulu berputar cepat, seperti tape kaset lama yang rusak. Aku tersenyum miris melihat perbedaan yang sangat jelas antara dunia dimana aku kini bermimpi dan dunia nyata. Keduanya bagai surga dan neraka.
"Dunia palsu ini indah bukan?" suara Maia mengintrupsi pikiran ku, membuatnya buyar dalam sekejap.
Aku mengangguk setuju, apalagi memang yang bisa ku lakukan? Dunia ini memang indah, tidak ada perang saudara, tidak ada penjarahan tidak ada kelaparan tidak ada lagi wanita dan anak-anak yang tertindas, semuanya begitu sempurna untuk jadi kenyataan.
"Semuanya terserah padamu" aku mengigit bibir bawahku, menatap Maia dengan tatapan "Oii, aku ini ibumu" tapi terserahlah.
"Di dunia palsu itu, semua kehidupan akan kembali ke awal, kau bertemu dengan pria bernama Dazai Osamu itu, kau jatuh cinta padanya, kalian menikah memiliki anak palsu bernama Maia, kalian menghabiskan waktu menikmati Maia palsu tumbuh berkembang, kalian melihat Maia menikah, menikmati masa tua kalian melihat cicit-cicit kalian berlarian di taman belakang rumah dan kalian mati lalu dalam sekejap saja kau akan kembali ke titik awal bertemu dengan pria itu. Terus begitu tak ada akhir" Maia menjelaskan, sementara aku masih tak bisa menentukan.
Ini mimpiku, menikah dan membangun rumah tangga bersama Osamu-kun itu mimpi ku.
"Aku-" aku akan menjawab Maia, keputusan ku tak berubah. Aku kan terus berada disini tak peduli jika pun kehidupan ku akan berputar tanpa perubahan.
"Kau akan tinggal bukan?" sanggah nya.
"Sudah kuduga, kalau begitu aku menghormati keputusan mu untuk tinggal dan aku akan menghancurkan dunia itu bahkan jika harus sendirian, tapi pertama-tama aku akan pergi menyelamatkan papa" ku pikir ia akan menentang keputusan ku dan pembicaraan ini akan berlangsung sangat lama namun gadis itu membiarkan ku begitu saja, hanya saja...
"Tunggu dulu! Ikutlah dengan ku, kau bilang ingin bertemu papa kan? Ikutlah dengan ku Maia, Osamu-kun papa mu ada ditempat yang sama dengan ku" paksaku, tentu saja jika ia Maia aku sebagai ibunya tak bisa membiarkannya terus menurus ada disini.
"Apa kau yakin orang itu papa?" tanya nya.
"Apa maksudmu? Itu benar Osamu-kun ! kita berempat bisa hidup bahagia dalam satu atap kau, papa, Maia kecil dan aku" akhir ku dengan tawa, jika memang ia memiliki darah ku dinadinya, ku harap ia tak sekeras kepala diriku.
"Ternyata kau sudah sepenuhnya dibutakan yah mama" ia tertawa meremehkan ku.
"Orang kini menjadi suami mu itu bukan papa, malam-malam yang kau habiskan bersamanya setelah pernikahan kalian itu bukan papa, itu hanya bayangan yang terbentuk berdasarkan keinginanan mu, tak satupun orang-orang di dunia yang kau lihat itu hidup. Sudah kubilang bukan, Mama kau sedang bermimpi" dalam sekejap dunia ku terasa hancur, bahkan pecahannya kini seolah berserakan di bawah kaki ku dan siap melukai ku.
"Kau bohong-"
"Tidak, pria bernama Ren itu, ia belum menyempurnakan dunia ilusi hingga terdapat kerusakan fatal pada beberapa orang, sistem tak bisa merealisasikan sifat seseorang dengan benar. Jadi katakan padaku Mama, kau yakin seorang Dazai Osamu berhenti mengatakan ingin bunuh diri? Papa yang ku kenal itu tidak senormal itu, bahkan jika kalian menikah pun ia akan terus mengajak keluarganya mati bersamanya" Maia tertawa, mungkin mengingat kenangan yang membuat nya bahagia.
Selain itu semua yang dikatakan Maia ada benarnya, Osamu-kun tak bertingkah sebagaimana biasanya, slama ini aku percaya bahwa ia hanya berubah tapi perubahan itu serasa tiba-tiba, siapa lagi yang bertingkah aneh seperti itu selain Osamu-kun.
Papa dan Keita, ada yang aneh dengan mereka berdua, lalu ada lagi beberapa orang dari Tantei-sha seperti Tanizaki bersaudara yang tak lagi saling menempel bahkan saat pernikahan ku di gelar Naomi membawa seorang pria yang pastinya bukan Tanizaki-san.
"Katakan padaku Maia, jika mereka semua hanya refleksi keinginan terdalam dari hatiku, lantas dimana Osamu-kun yang asli?"
"Papa? Lantas kau ingin apa jika tau? Awas saja papa ku mungkin orang aneh tapi Mama ku sangat mencintainya, kau tak boleh dekat-dekat dengan papa" ia mengacuhkan ku.
"Maia!" sentakku.
"Ini dunia mimpi, papa ada di dunia mimpi dan juga seperti nya kau tertipu. Di dunia ini pendosa mendapat mimpi nya sendiri, jika mama mendapat hal yang paling ingin mama lihat maka papa kini sedang bermimpi menjalani hukumannya"
"Apa yang-, tapi Ren bilang-"
"Kau percaya pada pria yang menipumu dengan memalsukan kematiannya dan membiarkan mu hidup dalam rasa bersalah untuk waktu yang lama?" tanya Maia.
"Pembunuh dan semua pekerjaan kotor Dazai Osamu. Pria itu tak lagi memiliki harapan maupun mimpi berbeda dengan mu yang selalu memiliki harapan bahwa suatu hari Dazai Osamu akan benar-benar jatuh cinta padamu, Papa kini hidup dalam penyesalan dan yang kuyakini adalah hidup seperti itu lebih mengerikan daripada membusuk di neraka, kalau begitu aku permisi, waktu yang ku habiskan untuk memanggil mu ternyata sia-sia" Maia pergi, meninggalkan ku yang berlinangan air mata.
Aku yakin aku mencintai Osamu-kun tanpa ada keraguan, aku mengklaim diriku akan terus bersamanya tak peduli entah pihak putih atau hitam yang akan ia pilih. Aku mengatakan pada dunia jika orang-orang akan membungkuk ketakutan padanya maka aku yang akan jadi orang pertama yang memeluknya dengan cinta.
Tapi aku...
Yang kulakukan adalah cerminan egois ku, hidup di dunia mimpi dimana aku pikir semua orang berhak bahagia termasuk diriku.
Maia menatapku nanar, merasa kasihan ia menghentikan langkahnya dan kembali padaku.
"Baik, aku akan menunggu mu sekali lagi. Berbahagialah selagi sempat, namun jika kau sudah merasa cukup, bunuh gadis itu" Maia mengecup keningku, cahaya berkerumun menyelimuti tubuh ini.
"Gadis? Siapa?" tanyaku.
"Seseorang yang harusnya tidak ada dalam hidupmu, aku takkan mengatakan siapa ia karna itu akan menyakitimu, kau harus menemukan jawabannya sendiri mengingat kau adalah orang yang melahirkan ku. Aku yakin orang pertama yang ada di pikiran mu adalah jawaban yang benar, kujamin itu " Aku tak lagi dapat melihat Maia, namun pesan terakhirnya sebelum aku pergi adalah...
"Aku akan menunggu mu dan mendengar jawabanmu sekali Mama"
To Be Continue~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top