Pulau Terpencil 5
Wattpad: BelladonnaTossici9
ADITYA'S POV
Pagi itu, aku terbangun dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Badanku masih terasa hangat, sedikit lelah, tetapi ada sensasi yang berbeda, sebuah perasaan yang membuatku berpikir tentang apa yang terjadi semalam. Suara deburan ombak terdengar jelas, seolah dunia sekitar pun ikut terjaga, mengingatkan aku bahwa satu malam telah berlalu di tempat asing.
Aku memandang Luna yang masih terlelap di sampingku, tubuhnya telanjang dan tampak menggiurkan. Dia bagaikan lukisan yang hidup, di mana setiap lekuk tubuh menyimpan cerita tentang kelembutan sekaligus kekuatan. Luna bukan gadis cengeng dan manja. Dia menyelamatkan nyawaku dengan cekatan.
Aku belum bisa banyak membalas budi. Oleh karenanya kuberikan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Seks pertama.
Aku takjub pada reaksi tubuhnya. Payudaranya terasa pas dalam genggamanku dengan kedua puting cokelatnya tegang di bawah sentuhanku. Perutnya datar dan halus, menggodaku untuk berlama-lama mengecupinya hingga punggungnya melengkung dan bibirnya menggumamkan satu nama, Aditya.
Kakinya yang ramping terbuka, mempersilakanku menyesap manis tubuhnya dan yang terpenting, liang senggamanya. Aku tidak akan melupakan jepitan liang perawannya yang berdenyut hangat bagaikan meremas kejantananku dan mengantar ke gerbang kepuasan.
Lalu wajahnya memerah ketika aku menggagahinya. Sempat mengernyit kesakitan tapi berganti binar kebahagiaan.
Sungguh, menggauli seorang perawan untuk pertama kalinya bukan hal mudah. Dia mungkin belum punya pembanding, tapi kalau kesan pertama kurang menggoda, maka dia akan menolak melakukan selanjutnya. Aku tidak boleh membuatnya trauma sebab di pulau terpencil ini, hanya dia yang aku punya.
Selama sepuluh tahun terakhir, aku sudah terlalu sering terlibat dalam hubungan singkat, hubungan tanpa ikatan, yang hanya meninggalkan kepuasan fisik. Namun semalam, aku tahu, aku baru saja melewati sesuatu yang lebih dari sekadar permainan. Luna, dengan segala kepolosannya, membawa sesuatu yang lebih murni. Dan meskipun aku biasanya tak peduli dengan perasaan, entah kenapa aku merasa sedikit lebih terhubung kali ini.
Aku seorang calon wakil presiden, dan dunia di luar sana menuntut banyak hal dariku. Seks tak ayal menjadi kebutuhan pereda sakit kepala. Kalau tidak mendapatkan seks, kepalaku bisa pecah.
Syukurlah banyak perempuan tergila-gila pada juniorku. Katanya mengintimidasi tapi ujungnya mereka minta lagi. Wanita memang makhluk yang sulit dimengerti.
Morning woods. Aku melirik ke arah penisku yang tegang setiap pagi. Tak sadar aku tersenyum mengingat semalam Luna begitu terperanjat melihat adik kesayanganku dalam ukuran maksimalnya.
Penisku memang monster. Setiap kali mengincar vagina, dia akan mendapatkan bagaimana pun caranya. Jika sudah merangsek masuk, maka penisku akan menghancurkannya hingga sang pemilik tidak berdaya.
Aku melirik vagina Luna yang masih mengeluarkan sisa persetubuhan kami. Cairan yang seharusnya berwarna putih, sedikit merah tercampur darah perawannya. Spermaku menyembur cukup banyak semalam dan meluber keluar dari liang senggama Luna. Selama lebih dari satu minggu, aku tidak berhubungan seks. Rangkaian acara kampanye ini menyiksaku lahir dan batin hingga semalam aku mendapatkan pelepasan yang memuaskan. Aku ingin kembali merasakannya.
Jadi, aku membawa masuk payudara Luna ke dalam mulut, menyedotnya bergantian. Sementara kucelupkan jemariku ke dalam liang yang baru beberapa jam lalu kuperawani. Dua jariku merogoh lubang yang hangat dan licin, meraba dengan lembut, menyusuri permukaan yang basah, seolah merasakan getaran dari dalamnya.
Liang senggama Luna terasa seperti memiliki ritme sendiri, seakan mengundang untuk menyelam lebih dalam lagi.
Gerakan jari-jariku semakin terarah, menyusup lebih jauh ke dalam, merasakan kehangatan yang mendekap, seolah setiap sentuhan menyatu dengan tubuh Luna. Tak lama, jari-jariku berhasil menemukan apa yang kucari. Bulatan sebesar kacang yang tidak pernah gagal membuat wanita kehilangan akal sehat. Aku mencubitnya, menstimulasi dengan gerakan cepat tapi lembut, merasakan sensasi cairan pelumas yang semakin banyak keluar dari sana.
Luna mulai membuka matanya perlahan. Aku memandangnya, memberikan senyum tipis, tetapi jariku tetap bekerja.
"Ngghh... Pak Aditya." Dia langsung bergerak gelisah.
"Selamat pagi," kataku santai, tersenyum sedikit nakal.
"Pak, ini masih pagi." Mulutnya mengeluh tapi kakinya merapat. Bukan karena dia tidak suka, justru sebaliknya, tubuhnya bereaksi sebagaimana mestinya pada rangsangan yang kuberikan.
Kuciumi samping lehernya dan menggoda daun telinganya dengan lidahku. "Let’s have sex," kataku.
"Ih, Bapak. Apaan sih?" rengeknya.
"Kamu pengen punya saya kan? Semalam kamu desah keenakan," godaku.
"Tapi, aku lemes banget."
Bagaimana bisa dia lemas, padahal aku merasa sangat bersemangat. Seks adalah kekuatanku. Seks mengembalikan vitalitas hidupku.
"Sarapan batang saya biar semangat lagi. Saya juga pengen sarapan punya kamu," bisikku dengan suara serak digulung nafsu.
"Oh... Pak..." Kepala Luna mendongak ke atas, menanggapi permainan jariku yang sengaja semakin intens mengocok vaginanya.
"Baru jari saya yang main, kamu sudah kelojotan begini. Gimana kalau penis saya," ucapku membujuk. "Ayolah. Saya pengen setubuhi kamu lagi di tepi pantai."
Aku sengaja berhenti di saat kurasakan vaginanya mulai berdenyut lamat-lamat.
"Pak, lagi," rengeknya frustrasi.
"Boleh, tapi pakai penis ya," rayuku.
Hatiku ingin bersorak gembira karena akhirnya Luna mengangguk dibutakan nafsu. Aku mengulurkan tangan. Luna meraihnya lalu bangun. Kami berdiri berhadapan di dekat sebatang pohon kelapa. Aku mencium bibir tipisnya yang berwarna merah muda dan lembap lalu mengusap kepalanya. Angin laut berembus dan membuat kami kedinginan.
Dia melirik penisku lalu tersipu. "Punya Bapak udah tegang aja."
"Help him. Wake the monster up," pintaku.
"Bukannya udah itu?"
Aku menggeleng. "Belum maksimal buat muasin kamu."
Kutuntun jemarinya yang lentik dan halus menggenggam kejantananku. Patuh, dia menyentuh permukaan penisku yang hitam dan berukuran di atas rata-rata pria Indonesia, lalu mulai memijatnya perlahan. Tangan Luna bergerak dengan lembut, mengikuti instruksi.
Setiap gerakan terasa seperti sebuah ritme yang menyenangkan, seakan dia memahami apa yang dibutuhkan oleh penisku. Waktu terasa melambat saat Luna terus memijat milikku hingga ukurannya membesar.
Aku melepaskan genggamannya lalu memintanya membungkuk membelakangiku dengan berpegangan pada batang kelapa.
"Oh, Pak!" Luna memekik kaget saat aku menampar bokongnya.
Aku memposisikan penisku di depan lubang peranakannya. Ujungnya sudah basah oleh cairan pre-ejakulasi. Aku mulai mendorong, bergerak dengan beringas, seakan tak mengenal kata menyerah.
"Ah, Pak Aditya. Ngghhh..." Luna mengeratkan pegangannya pada batang pohon kelapa saat aku sedikit kesulitan merangsek.
Vagina Luna masih saja sempit sehingga aku harus mengerahkan segenap tenaga untuk membelahnya. Aku mencengkeram dua sisi pinggul Luna dan menariknya.
"Ah, Pak Aditya!" Luna mengerang ketika dengan satu dorongan keras, penisku menembus lubang sempit itu, memaksakan dirinya masuk meski segala hal tampak berlawanan.
"It's nice," racauku seraya bergerak maju mundur dengan penisku timbul tenggelam di lubang kawin Luna. So sexy.
Melihat penis berurat keluar masuk dari vagina yang putih adalah pemandangan yang menggairahkan. Kontrasnya warna kulit kami semakin jelas diterangi cahaya matahari pagi. Pergerakan pinggulku semakin bertenaga. Dengan beringas, dia membobol celah sempit Luna.
"Yah, Pak. Cepetin."
Luna berusaha mengimbangi gerakan pinggulku. Karena dia semakin menunduk, payudaranya bergoyang indah.
Aku memeluknya, hingga punggungnya terpapar pada dadaku. Kuremasi payudara dan mencubiti putingnya sementara penisku terus mengoyaknya. Kusodok dalam-dalam hingga kurasakan menabrak mulut rahimnya.
Giliranku bersandar pada pohon kelapa. Penisku menggagahinya dari belakang. Luna menoleh. Aku tidak menyia-nyiakan ini untuk menyambar bibirnya lalu menyesapnya hingga bengkak.
"Ngghhh... Pak. Punya Bapak gede bangethh.. Ah... Enak," racau Luna.
"Bukan punya," balasku masih menghunjamnya.
"Hah?"
"Penis. Bilang 'Penis Bapak perkasa banget'."
"Ngggghh..." Luna menyerah kalah. Tidak berusaha melawan. Sebaliknya dia menikmati sodokan demi sodokanku.
"Penis.... Ah... Penis Pak Aditya... Nggghhh... perkasa banget."
"Setubuhi aku terus," titahku agar dia mengucapkannya.
"Myaaahhh... Sshhh... Setubuhi aku terus, Pak. Hnggg..."
"Dengan senang hati," kataku mempercepat hentakan pinggul.
Aku membalik tubuh Luna lagi agar dia membungkuk seperti tadi. Menatap punggung mulusnya juga menaikkan nafsuku untuk menggenjotnya tanpa ampun. Liang senggamanya semakin licin. Penisku semakin mudah keluar masuk. Dan inilah saatnya, vaginanya kian intens berdenyut meremas penisku.
"Pak... Ahhh... Aku nggak kuat. Ah!" Luna memejamkan mata. Kurasakan perutnya menegang lalu dia mulai kejang-kejang.
Aku belum mendapatkan apa yang kucari. Maka, aku semakin bergairah menggagahinya. Semakin cepat kugenjot vaginanya tapi Luna sudah lunglai. Bagaikan boneka, dia pasrah vaginanya kusodoki berulang kali.
Aku meraung saat mencapai klimaks. Rasanya bagaikan gunung berapi dalam diriku meledak, berdentum, memuntahkan lahar tanpa ampun.
Kucabut penisku dan muntahan lahar spermaku ikut mengalir keluar menuruni betis jenjang Luna.
***
Kipas-kipas dulu 💅💅
Baca cerita lengkapnya di karyakarsa kak BelladonnaTossici9yaa ~
Yang penasaran sama kelanjutan Danu-Maya bisa cek di Karyakarsaku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top